1. Full Costing
Merupakan metode penetapan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi , yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Harga pokok produk yang dihitung dengan
pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap ditambah dengan
biaya nonproduksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Perhitungan harga pokok dengan pendekatan full costing dapat dilihat pada Gambar 2.
2. Variable Costing
Merupakan salah satu metode penetapan harga pokok produksi yang membebankan biaya produksi yang hanya berperilaku variabel saja kepada
produk. Biaya penuh merupakan total biaya variabel biaya bahan baku , biaya +
+
+ Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik variabel
= Full production
cost dengan
pendekatan full costing
+
+ Biaya
administrasi dan umum
Biaya pemasaran =
Biaya penuh
Gambar 2. Perhitungan Harga Pokok dengan Pendekatan Full Costing Sumber: Mulyadi, 1993
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya administrasi dan umum variabel, biaya pemasaran variabel ditambah dengan total biaya tetap
biaya overhead pabrik tetap, biaya administrasi dan umum tetap, biaya pemasaran tetap. Perhitungan harga pokok dengan pendekatan variable costing
dapat dilihat pada Gambar 3.
3. Activity Based Costing
Activity based costing merupakan metode penetapan harga pokok produksi
yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur konsumsi sumberdaya dalam
+
+ Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
= Full production
cost dengan
pendekatan variable costing
+
+ Biaya
administrasi dan umum variabel
Biaya pemasaran variabel
=
Biaya penuh +
+
+ Biaya overhead
pabrik tetap
Biaya administrasi dan
umum tetap
Biaya pemasaran tetap
Gambar 3. Perhitungan Harga Pokok dengan Pendekatan Variable Costing Sumber: Mulyadi, 1993
setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Dengan pendekatan Activity based costing
, aktivitas pembuatan produk dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase desain dan pengembangan, fase produksi, dan fase dukungan logistik. Biaya
penuh mencakup total biaya desain dan pengembangan produk biaya desain, biaya pengujian produk, biaya produksi facility sustaining activity cost, product
sustaining activity cost , batch related activity cost, unit-level activity cost
ditambah dengan biaya dukungan logistik biaya iklan, biaya distribusi, biaya garansi produk. Perhitungan harga pokok dengan pendekatan Activity based
costing dapat dilihat pada Gambar 4.
Rincian biaya setiap aktivitas desain, produksi, dan distribusi produk dalam metode Activity based costing adalah sebagai berikut:
+ +
Biaya tahap desain dan pengembangan
produk Biaya tahap
produksi
Biaya tahap dukungan logistik
facility sustaining activity cost
+
+ product
sustaining activity cost
batch related activity cost
=
Biaya penuh +
unit-level activity cost
Gambar 4. Perhitungan Harga Pokok dengan Pendekatan Activity Based Costing Sumber: Mulyadi, 1993
1. Unit-Level Activity Cost, besarnya biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya energi, dan biaya angkutan. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan.
2. Batch Related Activity Cost, biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh biaya ini adalah set-up cost, yang merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan ekuipment sebelum suatu order produksi diproses, biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi,
dan biaya order pembelian. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh
jumlah unit produk yag diproduksi dalam setiap order produksi. 3. Product Sustaining Activity Cost, biaya ini berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk
yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk,
dan pengujian produk. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut.
4. Facility Sustaining Activity Cost, biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh biaya ini
adalah biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci perusahaan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk
yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.
Dari uraian
mengenai unsur
yang membentuk biaya produk dengan pendekatan full costing, variable costing, dan activity based costing dapat dibuat
ringkasan tentang perkembangan metode penetapan harga pokok produk seperti pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Beda Unsur Biaya Produk dalam Pendekatan Full Costing, Variable Costing
, dan Activity Based Costing Full Costing
Variable Costing Activity Based Costing
Biaya produksi Biaya administrasi dan
umum Biaya pemasaran
Biaya variabel Biaya tetap
Unit-level activity cost Batch related activity cost
Product sustaining activity cost Facility sustaining activity cost
Sumber: Mulyadi, 1993 Perbedaan antara penetapan harga pokok produksi metode konvensional
metode full costing dan variable costing dengan metode activity based costing dapat dilihat pada Tabel 5. Perbedaannya dilihat dari tujuan, ruang lingkup, fokus,
periode, dan teknologi informasi yang digunakan. Tabel 5. Perbedaan Conventional Costing Method dengan Activity Based Costing
Method Conventional Costing
Method Activity Based Costing
Method Tujuan
Penilaian persediaan Penentuan harga pokok
produk Lingkup
Tahap produksi Tahap desain, tahap
produksi, tahap dukungan logistik
Fokus Biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik
Periode Periode akuntansi
Daur hidup produk Teknologi
informasi yang digunakan
Metode manual Komputer telekomunikasi
Sumber: Mulyadi, 1993
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tujuan sosial pemilik untuk mempertahankan harga jual per bibit yang dapat dijangkau oleh petani. Pemilik
berupaya agar harga jual yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan daya beli petani yang umumnya rendah. Harga jual yang selama ini ditetapkan perusahaan
sebesar Rp. 200 per bibit memang sudah sesuai dengan daya beli petani. Dikatakan sesuai dengan daya beli petani karena harga tersebut terbilang rendah
bila dibandingkan harga yang ditetapkan pesaing-pesaing perusahaan. Harga jual yang rendah ini dilatarbelakangi oleh adanya persediaan bahan kimia untuk
kegiatan kultur jaringan perusahaan yang masih tersedia sampai saat ini, tepatnya sampai penelitian ini dilakukan. Penggunaan bahan kimia ini berpengaruh pada
perhitungan biaya produksi yang dilakukan perusahaan karena dari awal berproduksi sampai sekarang harga yang digunakan untuk bahan kimia tersebut
adalah harga saat itu harga pada pembelian awal. Penggunaan harga lama ini tentu saja akan berdampak pada rendahnya biaya produksi yang ditetapkan
perusahaan. Biaya produksi yang rendah akan menyebabkan harga pokok produksi yang rendah pula, dan pada akhirnya harga jual per bibit pun akan relatif
rendah. Terkait dengan tujuan sosial pemilik di atas, maka perusahaan berupaya
untuk mempertahankan harga jualnya harga jual yang selama ini dietapkan perusahaan. Namun, tujuan tersebut terkendala oleh adanya peningkatan biaya
produksi yang dialami perusahaan terutama biaya bahan baku. Bahan kimia yang merupakan bahan baku utama dalam kegiatan kultur jaringan diperkirakan akan
habis pada tahun 2008 ini. Jika persediaan bahan kimia habis, maka tentu saja