103 Di TNB, penggunaan waktu berteduh dan istirahat merak hijau di TNB
juga bervariasi antara 3-7 jam. Waktu penelitian yang merupakan musim kemarau membuat suhu naik lebih cepat dan turun cukup lambat sehingga merak hijau
berteduh dan istirahat lebih awal serta berakhir lebih sore seperti sudah disebutkan diatas. Hal ini juga didukung oleh kondisi TNB yang terbuka sehingga suhu lebih
mudah naik meski waktu masih pagi. Berdasarkan penelitian Mulyana 1988, perilaku istirahat merak hijau di TNB dilakukan mulai pukul 11.15 WIB – 13.49
WIB. Di TNAP, perilaku berteduh banyak dijumpai di padang penggembalaan
Sadengan 9 kali perjumpaan dan areal tumpangsari hutan tanaman jati 5 kali perjumpaan. Nilai ragamnya pun lebih tinggi. Sedangkan di hutan Rowobendo-
Ngagelan tidak dijumpai meskipun lokasinya sangat cocok untuk berteduh. Namun, setelah dilakukan uji chi-square ternyata menunjukkan bahwa perilaku
berteduh dan istirahat tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe habitat. Seperti sudah dijelaskan diatas, bahwa merak hijau di TNAP lebih terkonsentrasi di tempat
terbuka yang banyak tersedia sumber daya yang dibutuhkan oleh merak hijau. Sedangkan, di hutan Rowobendo-Ngagelan, meskipun cukup teduh, namun
persediaan pakan sedikit dan lokasinya cukup tertutup. Perilaku berteduh dan istirahat merak hijau di TNB lebih banyak dijumpai
di savana sebanyak 12 kali dan hutan pantai sebanyak 6 kali. Sedangkan, di hutan musim dan evergreen sangat jarang yaitu 2 kali di hutan musim dan 3 kali di
evergreen . Hasil uji chi-square dan alasan yang sama seperti di TNAP menjadi
penyebabnya. Merak hijau di TNB terkonsentrasi di tempat minum dan tempat minum ini berada di savana dan hutan pantai.
i. Perilaku Berlindung
Apabila, ancaman atau gangguan sudah tidak ada merak hijau akan keluar dari tempat berlindung dan melanjutkan aktivitasnya semula meskipun masih
dalam keadaan siaga dan waspada. Menurut Sativaningsih 2005, cara merak hijau untuk merespon adanya gangguan tersebut tergantung pada jarak gangguan
terhadap merak hijau dan kondisi merak hijau saat gangguan tersebut muncul.
104 Gangguan terhadap merak hijau di TNB relatif lebih banyak daripada di
TNAP. Faktor yang menyebabkan hal ini adalah kondisi lingkungan TNB yang terbuka sehingga gangguan yang berasal dari predator akan mudah muncul karena
merak hijau akan mudah terlihat. Musim kemarau yang sedang berlangsung juga menyebabkan persediaan air di TNB berkurang dan hanya di titik-titik tertentu
mengakibatkan banyak satwaliar berkumpul di waktu yang sama dan saling berebut air minum termasuk juga merak hijau. Hal tersebut juga menyebabkan
merak hijau terganggu karena harus bersaing dengan satwaliar lain dalam memperoleh air.
Hasil uji chi-square di TNAP menunjukkan merak hijau memiliki peluang yang sama untuk mendapat gangguan baik di padang penggembalaan Sadengan,
areal tumpangsari hutan tanaman jati dan hutan alam Rowobendo-Ngagelan. Meskipun, gangguan paling banyak ditemukan di padang penggembalaan
Sadengan dan areal tumpangsari hutan tanaman jati. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan ragam yang menunjukkan nilai yang tinggi di padang
penggembalaan. Seperti sudah dijelaskan diatas, merak hijau lebih banyak berkumpul di kedua lokasi tersebut.
Hasil yang sebaliknya ditunjukkan pada uji chi-square di TNB. Di tempat ini frekuensi merak hijau berlindung dari gangguan akan berbeda di habitat yang
berbeda. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan ragam dan kondisi lapangan yang menunjukkan hal yang sama. Gangguan lebih banyak dijumpai di savana
yaitu di tempat minum Bekol. Sumber gangguannya pun lebih variatif. Kondisi savana yang terbuka merupakan ancaman tersendiri karena hal ini akan
mengakibatkan satwa predator dengan mudah melihat merak hijau.
j. Perilaku Tidur