93 sekitarnya tanpa perlu naik ke atas pohon. Sumberdaya yang dibutuhkan oleh
merak hijau di savana juga cukup melimpah terutama sumberdaya untuk makan, berteduh, dan tidur. Namun, hal ini tidak sejalan dengan hasil uji chi-square yang
menerangkan bahwa tipe habitat tidak memberi pengaruh terhadap perilaku menelisik bulu. Kondisi lokasi terbuka juga memudahkan merak hijau untuk
melakukan pergerakan sehingga bulu-bulunya akan mudah rusak sehingga aktivitas menelisik bulu dilakukan untuk merapikan bulu.
c. Perilaku Makan
Menurut Winarto 1993 tempat makan merak hijau tidak tetap atau selalu berpindah-pindah tergantung pada tingkat ketersediaan pakan dan cover
peneduh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa merak hijau makan sambil berjalan kearah tempat minum, berteduh dan istirahat, dan
tidur. Rini 2005 menyatakan bahwa merak hijau melakukan aktivitas makan
dalam dua periode yaitu makan pagi dan makan sore serta ditemukan pula merak hijau yang makan pada pukul 10.00 WIB. Begitu pula Supratman 1988 yang
melakukan penelitian di TNAP menjelaskan bahwa merak hijau melakukan aktivitas makan utamanya di pagi yaitu pukul 05.30 WIB – 08.00 WIB dan sore
hari pada pukul 15.00 WIB – 17.30 WIB, tetapi ditemukan juga merak hijau makan pada siang hari antara pukul 10.00 WIB – 14.00 WIB di tempat teduh.
Sedangkan, Sativaningsih 2005 membagi waktu makan merak hijau di TNAP menjadi tiga kategori yaitu makan pagi pukul 05.00 WIB – 10.00 WIB, makan
siang 10.00 WIB – 14.00 WIB, dan sore hari 14.00 WIB – 18.00 WIB dengan presentase adalah 39 , 22 , dan 39 di areal tumpangsari dan di padang
penggembalaan adalah 58 , 4 , dan 38 . Merak hijau di areal tumpangsari hutan tanaman makan lebih lama
daripada di padang penggembalaan. Perbedaan waktu makan tersebut, dikarenakan kondisi berbeda. Padang penggembalaan Sadengan TNAP sangat
terbuka sehingga temperaturnya pun lebih cepat panas daripada areal tumpangsari hutan tanaman yang relative tertutup. Persediaan makanan di areal tumpangsari
juga lebih melimpah, selain rerumputan yang lebat juga terdapat tanaman
94 tumpangsari yang amat disukai oleh merak hijau seperti kacang panjang Vigna
sinensis , kacang tanah Arachis hypogea, cabai rawit Capsium frutescens dan
tanaman lainnya. Hal ini seperti dinyatakan oleh Winarto 1993 yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya perbedaan
tempat makan tersebut adalah : 1.
Ketersediaan pakan dan air tawar 2.
Tingkat ketersediaan cover 3.
Ketersediaan tempat terbuka Di padang penggembalaan Sadengan TNAP, aktivitas makan merak hijau
berakhir sebelum pukul 08.30 WIB yang dijumpai sebanyak 3 kali. Hal ini diduga disebabkan adanya kegiatan pemeliharaan habitat padang penggembalaan yaitu
pembabatan semak kirinyuh Eupatorium odoratum. Pembabatan ini dilakukan supaya rumput pakan satwa yang ada di padang penggembalaan Sadengan dapat
tumbuh dengan baik. Banyaknya pengunjung yang datang ke padang penggembalaan Sadengan dan cepatnya suhu matahari meningkat juga menjadi
faktor penyebab hal tersebut. Setelah kegiatan pembabatan berjalan beberapa hari, merak hijau mulai
terbiasa dengan para pekerja. Merak hijau tetap melakukan aktivitas makannya dengan memilih lokasi yang jauh dengan pekerja. Lokasi yang dipilih pun berada
dekat dengan semak-semak kirinyuh Eupatorium odoratum yang belum dibabat supaya merak hijau dapat segera berlindung apabila mereka merasa terancam oleh
para pekerja. Di TNB, merak hijau makan antara pukul 05.12 WIB - 09.13 WIB dan
antara 13.55 WIB - 17.18 WIB. Aktivitas makan ini lebih sedikit waktunya dari pada aktivitas makan di TNAP. Hal ini diduga karena persediaan pakan di TNAP
lebih banyak dan lebih hijau. Sedangkan di TNB pakannya banyak yang kering dan mati. Kondisi suhu yang panas pun menyebabkan merak hijau di TNB makan
lebih cepat daripada di TNAP. Faktor lain yang menyebabkan aktivitas makan merak hijau di TNB
terganggu adalah pemeliharaan habitat savana yang dilakukan dengan cara dibakar. Pada saat savana dibakar merak hijau akan menjauh dari sumber api
untuk mencari makanan. Pembakaran ini juga berakibat merak hijau menangkap
95 serangga sebagai pakan di savana bekas terbakar yang dijumpai sebanyak 6 kali.
Dengan kata lain, persediaan pakan merak hijau yang berupa rumput menjadi berkurang sehingga merak hijau mencari makan dengan menangkap serangga
yang ditemukannya. Aktivitas menangkap serangga ini pun tidak semudah mematuk biji atau bunga rumput. Namun, kadar gizi yang didapat dari biji atau
bunga rumput dibandingkan dengan serangga tersebut lebih tinggi. Serangga mengandung protein hewani yang akan menghasilkan energi lebih besar daripada
protein nabati yang dikandung rumput. Aktivitas makan pagi lebih lama daripada aktivitas makan di sore hari. Hal
ini diduga karena temperatur yang panas di siang hari baru mulai turun setelah menjelang sore sehingga saat itu merak hijau baru memulai aktivitas makan.
Aktivitas makan pagi mengawali aktivitas lain seperti berjemur, mandi debu, menelisik bulu, minum, berteduh. Ada kalanya di tengah-tengah aktivitas makan
paginya merak berjemur dahulu. Rini 2005 juga menyatakan bahwa merak hijau jantan lebih banyak
makan daripada merak hijau lainnya. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah waktu makan merak hijau jantan lebih lama daripada merak hijau lain
sehingga menyebabkan jumlah pakannya pun lebih banyak. Merak hijau jantan makan selama 334 menit per hari, sedangkan merak hijau betina hanya 253 menit
per harinya. Ukuran tubuh merak hijau jantan lebih besar, sehingga diduga makannya juga lebih banyak.
Berdasarkan uji chi-square perilaku makan di berbagai tipe habitat didapat bahwa frekuensi perilaku makan tidak dipengaruhi oleh tipe habitat baik di TNAP
maupun di TNB. Hal ini menunjukkan bahwa merak hijau akan melakukan aktivitas makan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Merak hijau akan mencari
pakan di semua tipe vegetasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Hasil uji chi-square tidak sesuai dengan kenyataan yang menjelaskan
bahwa merak hijau lebih memilih tempat yang potensi pakannya berlebih untuk memenuhi kebutuhan makannya seperti di padang penggembalaan dan areal
tumpangsari di hutan tanaman jati TNAP dan savana di TNB. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini diduga karena merak hijau memiliki kriteria-
kriteria tertentu dalam pemilihan tempat makan. Selain memiliki potensi pakan
96 yang banyak, tempat tersebut juga harus cukup terbuka supaya banyak rumput dan
semak pakan merak hijau serta bila ada bahaya yang mengancam merak hijau dapat segera mengetahuinya dan menyelamatkan dirinya.
Dengan demikian, hutan Ngagelan TNAP tidak begitu disukai oleh merak hijau seperti ditunjukkan dari hasil perhitungan ragam dalam mencari makan
karena kondisinya yang rapat meskipun di hutan Ngagelan tersebut terdapat pakan merak hijau. Begitu pula hutan pantai, hutan musim dan evergreen di TNB tidak
begitu disukai oleh merak hijau sehingga aktivitas makan merak hijau di TNB lebih terkonsentrasi di savana, ekoton savana dan hutan musim, dan ekoton
savana dengan hutan pantai. Jenis pakan yang disukai oleh merak hijau di padang penggembalaan
Sadengan TNAP adalah sidaguri Sida acuta, meniran Phyllanthus niruri, pahitan Paspalum conjugatum, putihan Paspalum compresus, dan kaki
kambing Pseuderantemum diversifolium dan jenis pakan yang disukai di areal tumpangsari adalah kacang kedelai Glycine max, uwi-uwian Mikania
micrantha , meniran, bobohan Cleome rutidosperma, sidaguri, teki rawa
Cyperus rotundus dan lain-lain Rini, 2005. Kacang kedelai tidak ditemukan sewaktu penelitian karena pesanggem sudah tidak menanamnya lagi. Pesanggem
menanam kacang tanah, kacang panjang dan jenis-jenis lain. Menurut Mulyana 1988, jenis pakan di TNB dibagi menjadi 3 tingkat
kesukaan yaitu : 1.
paling disukai yaitu bayam ri Amaranthus spinosus, padi-padian Shorgum nitidum
, emprit-empritan Eragrostis amabilis, jawan Echinochloa crosgalli
dan pring-pringan Pogonatherum paniceum. 2.
disukai yaitu mimba Azadirachta indica, lamtoro gung Leucaena leucocephala
, asam Tamarindus indicus, talok Grewia eriocarpa, rayapan Glinus lotoides, dan lulangan Eleusine indica.
3. kurang disukai yaitu kemloko Emblica officinalis dan legetan Urena lobata
Jenis-jenis pakan tersebut, jarang dimakan oleh merak hijau pada waktu penelitian. Hal ini disebabkan karena waktu penelitian yang musim kemarau
menjadikan pohon maupun rumput pakan merak hijau jadi kering. Jenis pakan
97 yang paling banyak dimakan pada saat penelitian adalah jarong Stachytarpeta
jamaicensis yang mendominasi savana.
d. Perilaku Berjemur