106 dewasa dalam satu pohon tidur. Di areal tumpangsari hutan tanaman jati TNAP
juga hampir sama. Di areal ini pohon tidur terletak berdekatan bahkan berdampingan satu sama lain dan di setiap pohon tidur terdapat kurang lebih 5
ekor merak hijau sehingga dapat dikatakan bahwa merak hijau tidur membentuk satu kelompok besar. Hal ini dilakukan supaya bila ada bahaya merak hijau akan
lebih waspada. Bila satu ekor menyadari adanya bahaya, merak hijau yang lain juga bisa langsung tahu sehingga peluang untuk menyelamatkan diri lebih besar.
Di TNB, perilaku tidur ini juga dilakukan dalam kelompok-kelompok yang terdiri 2-14 ekor. Di setiap kelompok merak hijau tersebut hanya ada satu merak
hijau jantan dewasa. Hal ini diduga supaya tidak terjadi pertarungan antar jantan dalam memperebutkan dominansinya dalam kelompok merak hijau betina.
Namun, baik di TNAP dan TNB, dijumpai merak hijau tidur secara soliter. Merak hijau yang tidur sendiri di satu pohon tidur tersebut biasanya dilakukan
oleh merak hijau jantan. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa merak hijau lebih menyukai pohon
yang tinggi, tajuk terbuka dan dekat dengan tempat terbuka sebagai tempat tidurnya. Namun, kondisi ini tidak ditemukan di hutan Rowobendo-Ngagelan.
Hutan di lokasi ini memiliki jenis pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon tidur merak hijau, akan tetapi tempat terbuka sebagai tempat untuk mendarat saat
turun dari pohon tidur tidak ada. Faktor yang sama juga menjadi penyebab tidak ditemukannya merak hijau tidur di hutan musim, hutan pantai dan evergreen.
Kondisi ini berbeda dengan hasil uji chi-square di TNAP dan TNB yang menyatakan bahwa perilaku tidur tidak dipengaruhi oleh tipe habitat.
Hasil uji chi-square ini berbeda dengan kenyataan di lapangan. Merak hijau di TNAP lebih banyak melakukan aktivitas tidur di padang penggembalaan
Sadengan dan areal tumpangsari hutan tanaman jati. Sedangkan, merak hijau di TNB lebih menyukai savana dan ekotonnya sebagai tempat tidurnya.
k. Perilaku Sosial
Winarto 1993 menyatakan bahwa merak hijau sebagai salah satu jenis satwaliar yang memiliki hubungan sosial atau individu. Hal ini merupakan suatu
sistem sosial yang dibentuk oleh merak hijau dalam rangka pemenuhan kebutuhan
107 hidupnya. Suara yang dikeluarkan oleh merak hijau merupakan perilaku sosial
dalam hal komunikasi antar individu dan antar kelompok. Merak hijau di TN Ujung Kulon hidup secara soliter atau berkelompok dengan 5-10 individu
Hoogerwerf, 1949 Menurut Sativaningsih 2005, dalam melakukan aktivitas hariannya
merak hijau melakukannya secara bersama-sama terutama merak hijau betina baik untuk mencari pakan, tempat bertengger dan berlindung. Hal ini dilakukan untuk
menciptakan keadaan saling menjaga satu sama lain. Adanya bahaya atau predator dapat dideteksi dengan lebih cepat bila dilakukan secara berkelompok Perrins
dan Birkhead, 1983. Hasil uji chi-square terhadap hubungan antar merak hijau jantan di TNAP
menunjukkan bahwa hubungan antar merak hijau jantan akan sama di tipe habitat yang berbeda. Namun, di TNB menunjukkan hasil yang sebaliknya. Kondisi TNB
yang sedang mengalami musim kemarau menyebabkan merak hijau jantan juga lebih terkonsentrasi di tempat minum sehingga frekuensi perjumpaan merak hijau
jantan bertemu dengan merak hijau lain juga terjadi disana. Sedangkan, merak hijau jantan di TNAP biasanya dijumpai di padang penggembalaan Sadengan dan
hutan tanaman jati. Sehingga hubungan antar merak hijau jantan pun hanya dijumpai di tempat tersebut.
Terkadang, merak hijau juga bekerja sama dengan sawaliar lain. Bentuk kerjasama tersebut dapat dilihat apabila ada gangguan atau ancaman merak hijau
akan bereaksi lebih awal dengan mengeluarkan suara-suara. Suara tersebut juga dipakai oleh satwaliar lain seperti rusa, banteng, babi hutan, kijang dan satwaliar
lainnya sebagai tanda bahaya sehingga mereka akan bisa menentukan sikap terhadap gangguan atau ancaman tersebut.
Bentuk kerjasama merak hijau dengan srigunting hitam terlihat ketika merak hijau sedang melakukan aktivitas makan. Biasanya, srigunting hitam ini
akan mengikuti merak hijau pergi. Srigunting hitam terkadang terbang meluncur ke arah merak hijau yang sedang makan. Menurut Siyanto Press.comm, 2006,
srigunting hitam tersebut sedang mencari pakan yang berada di dekat merak hijau yaitu kutu atau serangga. Namun, periatiwa ini lebih mengarah kepada
108 penyerangan terhadap merak hijau. Peristiwa ini terjadi di padang penggembalaan
Sadengan. Hubungan merak hijau dengan bangau tongtong pernah terlihat ketika ada
bangau tongtong sedang terbang di atas padang penggembalaan Sadengan, merak hijau mengeluarkan suara ” auwo...auwo...auwo...” sebagai tanda merak hijau
melihat bangau tongtong. Merak hijau akan bereaksi secara negatif terhadap raptor burung
pemangsa seperti elang bondol, elang ular bido dan elang laut. Apabila ada elang, merak hijau akan bersikap waspada. Bahkan pernah terlihat elang laut menyambar
merak hijau namun gagal. Mulyana 1998 menyatakan bahwa bentuk hubungan sosial antara merak
hijau dengan satwa herbivora adalah komensalisme dimana merak hijau mendapat keuntungan sedangkan satwa herbivora dirugikan. Merak hijau mengikuti
herbivora dalam jarak kurang dari 3 meter untuk mendapatkan serangga atau kutu yang berada di tubuh herbivora.
Hal tersebut berbeda dengan hasil pengamatan. Ketika, rusa, banteng, kerbau liar, garangan, lutung, dan ayam hutan memasuki tempat minum di TNB,
merak hijau tetap melanjutkan aktivitas minum dan makannya tanpa merasa curiga. Mereka minum secara berdampingan di tempat yang sama. Pernah pula
terlihat merak hijau sedang berteduh di tempat yang sama dengan ayam hutan. Ketika ada gangguan, merak hijau dan ayam hutan tersebut terbang sambil
mengeluarkan suara secara bersama-sama. Mulyana 1998 menyatakan hal yang sama untuk ayam hutan.
Hal ini berbeda ketika merak hijau melihat monyet ekor panjang, ajag, kucing hutan, dan biawak. Merak hijau akan memberikan respon yang negatif
seperti dengan sikap waspada, pergi menjauh, dan terbang berlindung ke pohon. Sikap waspada ditunjukkan ketika merak hijau bertemu dengan lutung, biawak
dan kucing hutan. Merak hijau pergi menjauh ketika ada rombongan monyet ekor panjang yang datang untuk menguasai tempat minum.
Dalam kasus merak hijau bertemu kucing hutan, merak hijau akan mengawasi dan mengelilingi kucing hutan. Ketika kucing hutan menggeram,
109 merak hijau meloncat kaget dan kembali waspada. Hal ini terjadi hingga kucing
hutan pergi dari tempat minum. Perilaku terbang, ditunjukkan ketika ada ajag yang memasuki tempat
minum. Merak hijau akan terbang bersembunyi di pohon yang lebat tajuknya dan mengeluarkan suara ” tk tk tk kroow...”. Merak hijau akan melanjutkan
aktivitasnya kembali ketika ajag sudah menghilang. Namun, berbeda ketika merak hijau bertemu dengan tekukur. Dalam kasus
ini tekukurlah yang dirugikan. Ketika ada kelompok merak hijau minum di tempat minum, tekukur terpaksa harus menyingkir terlebih dahulu hingga kondisi tempat
minum sepi. Hal yang sama juga terjadi pada jenis-jenis burung lainnya. Namun, Mulyana 1998 mengatakan bahwa hubungan antara merak hijau dan tekukur
adalah netral. Rini 2005 mengatakan bahwa bentuk hubungan merak hijau akan netral
bila bertemu dengan tekukur, rusa, kancil Tragulus javanicus, babi hutan, banteng, kijang, jalak kerbau, elang ular, srigunting hitam dan kuntul kecil
Egretta garzetta.
2. Perilaku Harian Merak Hijau