Perilaku Tidur Perilaku Individu Merak Hijau a.

104 Gangguan terhadap merak hijau di TNB relatif lebih banyak daripada di TNAP. Faktor yang menyebabkan hal ini adalah kondisi lingkungan TNB yang terbuka sehingga gangguan yang berasal dari predator akan mudah muncul karena merak hijau akan mudah terlihat. Musim kemarau yang sedang berlangsung juga menyebabkan persediaan air di TNB berkurang dan hanya di titik-titik tertentu mengakibatkan banyak satwaliar berkumpul di waktu yang sama dan saling berebut air minum termasuk juga merak hijau. Hal tersebut juga menyebabkan merak hijau terganggu karena harus bersaing dengan satwaliar lain dalam memperoleh air. Hasil uji chi-square di TNAP menunjukkan merak hijau memiliki peluang yang sama untuk mendapat gangguan baik di padang penggembalaan Sadengan, areal tumpangsari hutan tanaman jati dan hutan alam Rowobendo-Ngagelan. Meskipun, gangguan paling banyak ditemukan di padang penggembalaan Sadengan dan areal tumpangsari hutan tanaman jati. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan ragam yang menunjukkan nilai yang tinggi di padang penggembalaan. Seperti sudah dijelaskan diatas, merak hijau lebih banyak berkumpul di kedua lokasi tersebut. Hasil yang sebaliknya ditunjukkan pada uji chi-square di TNB. Di tempat ini frekuensi merak hijau berlindung dari gangguan akan berbeda di habitat yang berbeda. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan ragam dan kondisi lapangan yang menunjukkan hal yang sama. Gangguan lebih banyak dijumpai di savana yaitu di tempat minum Bekol. Sumber gangguannya pun lebih variatif. Kondisi savana yang terbuka merupakan ancaman tersendiri karena hal ini akan mengakibatkan satwa predator dengan mudah melihat merak hijau.

j. Perilaku Tidur

Untuk tidur, merak biasanya memilih pohon yang tinggi dengan tajuk terbuka supaya memudahkannya untuk mengawasi keadaan bila ada bahaya. Cabang yang dipilih untuk tidur merupakan cabang yang datar dengan sudut tumpul supaya dengan tubuh yang besar dan berat tersebut merak hijau merasa nyaman dan tidak tergelincir jatuh. Lokasi pohon tidurnya juga dekat atau menghadap ke areal yang terbuka yang digunakannya sebagai landasan saat turun 105 dari pohon tidur. Supratman 1998 juga menyatakan bahwa karakteristik pohon yang digunakan untuk tidur adalah : 1. Letaknya dekat dengan areal terbuka 2. Pohon yang tinggi dan relatif tertinggi dari sekitarnya 3. Tajuk tidak terlalu lebat dengan percabangan mendatar dan relatif tegak lurus dengan batang Terkadang, merak hijau juga turun dari pohon tidur lebih siang yaitu lebih dari 05.30 WIB dari biasanya yang terjadi 3 kali di TNB. Selain kondisi cuaca yang masih gelap, merak hijau tersebut melakukan aktivitas berjemur terlebih dahulu di pohon tidurnya sebelum makan. Peristiwa ini juga pernah dijumpai 1 kali di TNAP, tepatnya di areal tumpangsari hutan tanaman jati. Meskipun merak hijau sudah bangun, namun merak hijau belum juga turun dari pohon tidurnya yaitu mahoni hingga pukul 07.30 WIB. Pada waktu itu, cuaca memang sedang mendung dan gelap sehingga merak hijau mengira kalau hari masih gelap. Pohon yang digunakan untuk tidur oleh merak hijau di padang penggembalaan Sadengan berada di sekeliling padang penggembalaan dengan jarak relatif jauh. Di areal tumpangsari hutan tanaman jati, pohon tidur juga berada di sekeliling areal tumpangsari dengan jarak yang berdekatan dan berada di dalam satu petak tegakan. Sedangkan, di TNB pohon tidur merak hijau terletak menyebar di savana, ekoton savana-hutan musim dan ekoton savana-hutan pantai dengan jarak antar pohon tidur lebih dari 100 meter. Di TNAP, jenis-jenis pohon yang dipakai untuk tidur relatif sama tiap harinya, terutama untuk merak hijau yang tidur dalam kelompok besar seperti di pohon randu alas dan bendo di padang penggembalaan Sadengan serta mahoni di areal tumpangsari. Sedangkan, merak hijau yang tidur soliter dan dalam kelompok kecil cenderung berpindah-pindah. Begitu pula di TNB, merak hijau akan memakai pohon yang berbeda tiap harinya untuk tidur. Hal ini dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkecil gangguan dari predator sehingga merak hijau tidur dengan aman. Biasanya, dalam satu pohon tidur terdapat beberapa ekor merak hijau dan hal ini juga suatu strategi merak hijau dalam rangka keamanan tidur. Di padang penggembalaan Sadengan TNAP terdapat 20 ekor merak hijau dengan satu jantan 106 dewasa dalam satu pohon tidur. Di areal tumpangsari hutan tanaman jati TNAP juga hampir sama. Di areal ini pohon tidur terletak berdekatan bahkan berdampingan satu sama lain dan di setiap pohon tidur terdapat kurang lebih 5 ekor merak hijau sehingga dapat dikatakan bahwa merak hijau tidur membentuk satu kelompok besar. Hal ini dilakukan supaya bila ada bahaya merak hijau akan lebih waspada. Bila satu ekor menyadari adanya bahaya, merak hijau yang lain juga bisa langsung tahu sehingga peluang untuk menyelamatkan diri lebih besar. Di TNB, perilaku tidur ini juga dilakukan dalam kelompok-kelompok yang terdiri 2-14 ekor. Di setiap kelompok merak hijau tersebut hanya ada satu merak hijau jantan dewasa. Hal ini diduga supaya tidak terjadi pertarungan antar jantan dalam memperebutkan dominansinya dalam kelompok merak hijau betina. Namun, baik di TNAP dan TNB, dijumpai merak hijau tidur secara soliter. Merak hijau yang tidur sendiri di satu pohon tidur tersebut biasanya dilakukan oleh merak hijau jantan. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa merak hijau lebih menyukai pohon yang tinggi, tajuk terbuka dan dekat dengan tempat terbuka sebagai tempat tidurnya. Namun, kondisi ini tidak ditemukan di hutan Rowobendo-Ngagelan. Hutan di lokasi ini memiliki jenis pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon tidur merak hijau, akan tetapi tempat terbuka sebagai tempat untuk mendarat saat turun dari pohon tidur tidak ada. Faktor yang sama juga menjadi penyebab tidak ditemukannya merak hijau tidur di hutan musim, hutan pantai dan evergreen. Kondisi ini berbeda dengan hasil uji chi-square di TNAP dan TNB yang menyatakan bahwa perilaku tidur tidak dipengaruhi oleh tipe habitat. Hasil uji chi-square ini berbeda dengan kenyataan di lapangan. Merak hijau di TNAP lebih banyak melakukan aktivitas tidur di padang penggembalaan Sadengan dan areal tumpangsari hutan tanaman jati. Sedangkan, merak hijau di TNB lebih menyukai savana dan ekotonnya sebagai tempat tidurnya.

k. Perilaku Sosial