bina diri guna menambah ketrampilan siswa. Selain mata pelajaran yang ada di kurikulum Sekolah Dasar, sekolah juga memberikan layanan pembelajaran lain
yaitu Pendidikan Teknologi Dasar sebagai mata pelajaran tambahan yang dimuat dalam Kurikulum Lokal Pilihan Sekolah bagi siswa kelas 5 dan 6. Di pelajaran
tersebut siswa diberi kesempatan untuk mempelajari dan mempraktekkan berbagai kegiatan, misalnya ketrampilan pertukangan melalui kegiatan mengebor dengan
alat khusus, ketrampilan pembangunan dengan kegiatan membuat maket dan miniatur bangunan, ketrampilan pertukangan melalui kegiatan budidaya ikan
gurami dan lele di area halaman sekolah, dan banyak lagi. Selain ditunjang dengan laboratorium khusus Pendidikan Tekhnologi Dasar juga dilengkapi
berbagai alat bantu ajar, selain itu juga terdapat laboratorium komputer dan bahasa untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai kegiatan di atas tentu sangat bermanfaat bagi siswa berkebutuhan khusus karena melalui pembelajaran nyata
siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih maksimal dan bermakna.
c. Pembahasan Aspek Manajemen Sekolah
Secara umum 68,67 atau 57 guru menilai kondisi manajemen di sekolah tempat mereka mengajar telah siap untuk mengimplementasikan program layanan
inklusi. Lebih rinci hasil analisis deskiptif menunjukkan 6 sekolah tergolong siap, dan sisanya 2 sekolah dikategorikan cukup siap. Pada pelaksanaan sekolah
inklusi, dijelaskan dalam Buku 7 Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan inklusi tentang Manajemen Sekolah bahwa pengelolaannya dilandasi dengan pola
manejemen mutu total. Berdasarkan hasil analisis deskriptif manajemen sekolah
menunjukkan kondisi siap dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus dilihat dari pola manajemen mutu total seperti mengutamakan kepuasan
pelanggan, melakukan perbaikan terus menerus, berbicara sesuai fakta, menghargai orang lain, serta melaksanakan fungsi sesuai pembagian tugas.
Berbeda dari hasil di atas menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai kroscek terhadap metode angket, hampir di seluruh sekolah yang
menjadi lokasi penelitian justru belum memenuhi kriteria siap untuk mengimplementasikan manajemen program layanan inklusi. Hal ini terbukti dari
ketiadaan data seperti misalnya berita acara evaluasi program. Padahal menurut buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi seluruh pengelola dan
penyelenggara sekolah inklusi harus senantiasa melakukan perbaikan. Landasan untuk melakukan perbaikan ini adalah adanya evaluasi program yang terus
menerus dilakukan. Selain itu sebagai sekolah yang siap untuk mengimplementasikan program layanan inklusi semestinya sekolah dapat
membangun kebiasaan berbicara dengan fakta melalui pengoleksian data, pengolahan data, penyajian data terutama berkenaan dengan layanan inklusi.
Temuan menunjukkan delapan sekolah dasar yang ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan layanan inklusi belum dapat menyajikan data secara lengkap.
Seluruhnya memang berhasil menyajikan data siswa berkebutuhan khusus akan tetapi sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki data mengenai kurikulum inklusi
maupun sistem evaluasi, kemudian hanya SD Negeri di Semarang Barat yang mampu menyajikan data mengenai dana inklusi. Pada penyajian data sarana-
prasarana inklusi, dari delapan sekolah hanya dua sekolah yang dapat
menunjukkan data yaitu SD Swasta yang ada di Semarang Tengah dan SD Negeri di Timur Semarang.
Dilihat dari manajemen kesiswaan, terdapat empat sekolah yang melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan, melakukan identifikasi, serta
asesmen yaitu SD Negeri dan Swasta di Semarang Tengah, SD Swasta di Selatan Semarang, serta SD Negri di Semarang Barat. Seluruh sekolah yang menjadi
lokasi penelitian mengatur dan memperhatian kehadiran siswa, mutasi siswa, serta memiliki papan statistik siswa dan buku induk siswa. Akan tetapi pada indikator
lain seperti pengelompokan belajar, belum terlaksana secara optimal. Komponen dari manajemen sekolah inklusi berikutnya ialah manajemen
kurikulum. Kesiapan manajemen kurikulum dapat dilihat dari penjabaran kalender akademik, penyusunan jadwal pelajaran sekaligus pengaturan pelaksanaannya,
pembagian tugas mengajar, pengaturan serta pelaksanaan program kurikuler dan ekstra kurikuler, pengaturan dan pelaksanaan penilaian, pengaturan dan
pelaksanaan kenaikan kelas, pembuatan laporan kemajuan belajar siswa, pengaturan usaha perbaikan dan pegayaan pengajaran seluruh sekolah dasar
inklusi di Kota Semarang yang menjadi lokasi penelitian ini dapat dikatakan telah siap. Hanya saja pada indikator modifikasi kurikulum, dari delapan sekolah hanya
ada tiga sekolah yang melaksanakan modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakterisik siswa.
Kekhasan manajemen tenaga kependidikan di sekolah inklusi terletak pada pengaturan pembagian tugas dan pola kerja antara tenaga kependidikan khususnya
antara guru reguler dengan guru pembimbing khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi siswa ABK. Data dokumentasi menemukan tiga sekolah yang
melakukan kerjasama dengan guru pembimbing khusus, sedangkan sekolah lain tidak melaksanakan kerjasama dengan tenaga ahli. Tiga sekolah yang melakukan
kerjasama tersebut sekaligus juga melaksanakan pengaturan pembagian tugas serta pola kerja antara guru dengan shadow teacher maupun psikolog.
Menurut buku pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusi telah dijelaskan tugas dari manajemen sarana-prasarana. Dalam melaksanakan
pengorganisasian sarana-prasarana inklusi terdapat dua sekolah yang memiliki data lengkap sarana-prasarana antara lain yakni SD Swasta di Semarang Tengah
dan SD Negri di Timur Semarang. Sekolah lain hanya dapat menunjukkan sarana yang ada dalam kondisi kurang perawatan, tidak pernah terpakai dan hanya
sebagai pajangan di almari penyimpanan. Salah satu kondisi manajemen sekolah yang siap dalam layanan inklusi
tercermin pula dari visi maupun misi pendidikan yang ramah terhadap pembelajaran. Hasil studi dokumentasi menunjukkan hanya SD Swasta di Selatan
Semarang yang memiliki visi maupun misi pendidikan inklusi. Sedangkan di beberapa sekolah lain seperti salah satu SD Negeri dan Swasta di Semarang
Tengah, serta SD Negri dan Swasta di Semarang Barat, kesiapan dalam layanan inklusi tersebut tercermin dari misi yang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mengembangkan serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh masing- masing anak.
d. Pembahasan Aspek Lingkungan