66
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah metode yang digunakan harus disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai. Sehingga
penelitian akan berjalan dengan sistematis. Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa hal yang berhubungan
dengan metode dan hal-hal yang menentukan penelitian, mencakup jenis dan desain penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan
data, validitas dan reliabilitas serta metode analisis data.
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya
pada data-data numerikal angka yang diolah dengan metode statistika Azwar, 2009:05. Data yang akan disajikan dalam bentuk numerikal atau diangkakan
ialah tingkat Kesiapan Sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus.
3.1.2 Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan
atau menjelaskan variabel masa lalu dan sekarang atau yang sedang terjadi Arikunto, 2006:9.
Menurut Azwar 2009:7 penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau
mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak
bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.
3.2
Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif
Azwar, 2009:59. Sesuai dengan judul tersebut di atas, maka terdapat satu variabel dalam penelitian ini, yaitu Kesiapan Sekolah.
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Kesiapan Sekolah merupakan kondisi sekolah yang bersedia menerapkan kebijakan baru yakni program layanan inklusi serta mampu memberi respon
terhadap situasi baru dimana terdapat anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari peserta didik guna memajukan pendidikan di Indonesia. Adapun komponen
yang perlu disiapkan oleh sekolah antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, manajemen sekolah, dana, peserta didik, lingkungan, dan proses
belajar-mengajar.
Tabel 3.1 Komponen Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan ABK
Variabel Aspek Keterangan
Kesiapan Sekolah
1. Kurikulum Setiap satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusiff tetap menggunakan kurikulum nasional untuk satuan
pendidikan yang bersangkutan, hanya saja diperlukan format GBPP yang lebih sederhana.
Khusus bagi peserta didik berkelainan danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
diperlukan persiapan program pendidikan atau pengajaran individual PPI.
2. Tenaga
Kependidikan Tugas tenaga kependidikan antara lain
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Guru yang terlibat di sekolah inklusi
diantaranya ialah guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru pembimbing khusus.
3. Sarana-
prasarana Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik,
pendidik, danatau tenaga kependidikan yang memerlukan layanan khusus wajib menyediakan
akses ke sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Manajemen
sekolah Dalam pelaksanaan sekolah inklusi, dijelaskan
dalam Buku 7 Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan inklusif tentang Manajemen Sekolah
bahwa pengelolaannya dilandasi dengan pola manejemen mutu total. Manajemen sekolah
inklusi meliputi manajemen kesiswaan, kurikulum, ketenagaan, sarana-prasarana,
keuangan, hubungan dengan masyarakat, dan kegiatan belajar mengajar.
5. Dana
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya personal dan terakhir biaya
operasi. Bagi satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusiff perlu
memiliki alokasi dana khusus.
6. Peserta didik
Penerimaan siswa baru pada sekolah inklusi hendaknya memberi kesempatan dan peluang
kepada anak luar biasa untuk dapat diterima dan mengikuti pendidikan di sekolah inklusi
terdekat.
7. Lingkungan
Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan inklusiff sangat diperlukan
khususnya dalam rangka mensosialisasikan sekolah inlusif. Pemahaman masyarakat tentang
ABK sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar-mengajar
8. Proses belajar
mengajar Proses belajar mengajar lebih banyak
memberikan kesempatan belajar kepada siswa melalui pengalaman nyata. Implikasi yang perlu
disiapkan dalam komponen proses belajar mengajar meliputi perencanaan, pelaksanaan,
serta evaluasi kegiatan belajar mengajar.
3.3 Populasi dan Sampel