MASUKNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

198 Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI

1. Masuknya Armada Dagang Portugis ke Maluku

Portugis mencapai India pada tahun 1498 dengan melalui jalur pantai Barat Afrika dan melewati Tanjung Pengharapan yang terletak di selatan benua Afrika. Tujuan Portugis adalah menguasai daerah-daerah penghasil rempah-rempah, sehingga Portugis tidak segan-segan menyerang dan menaklukkan kota-kota pelabuhan yang tidak mau tunduk. Setelah menaklukkan dan mendirikan kantor dagang di Goa India, Portugis melanjutkan ekspedisinya yang berhasil merebut Malaka pada tahun 1511 dan Maluku tahun 1512. Portugis mendirikan benteng-benteng untuk mempertahan- kan kekuasaan di daerah-daerah yang sudah didudukinya. Daerah- dareah tersebut kemudian dijadikan sebagai bagian kerajaan Portugis yang berada di seberang lautan yang menandai dilaksanakannya politik imperialisme. Gambar 6.14 Kapal Portugis abad ke –16 Sumber:Indonesian Heritage 3 Pertemuan antara Portugis dengan orang Indonesia sudah terjadi sejak Portugis menguasai Goa, India. Ketika Portugis menyerang Malaka, keadaan di Malaka tidak siap untuk melawan serangan Portugis. Ketidaksiapan dalam menghadapi serangan Portugis dikarena faktor kekuatan militer dan persenjataan yang tidak seimbang. Tome Pires, pelaut Portugis, dalam kroniknya menuliskan tentang kekayaaan alam bumi Indonesia dengan kalimat: “Pedagang-pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana dan Banda untuk pala dan Maluku untuk cengkeh, dan barang-barang dagangan ini tidak tumbuh di tempat lain di dunia kecuali di tempat itu.” Pires, 1515:204 INFO SEJARAH 199 Bab 6 Pengaruh Barat terhadap Perubahan Kehidupan Ekonomi dan Sosial .... Penguasaan terhadap Maluku terjadi ketika sedang adanya persaingan antara kerajaan Ternate dan Tidore. Dalam hal ini Ternate meminta bantuan kepada Portugis untuk membantu mendirikan benteng pertahanan. Portugis memanfaatkan dengan baik situasi ini dengan memberikan bantuan kepada Ternate dengan meminta imbalan hak monopoli rempah-rempah. Muncul ketegangan antara Ternate dengan Portugis, karena rakyat mendapatkan kesulitan menjual rempah-rempah akibat dari politik monopoli perdagangan yang dijalanakan oleh Portugis, dan juga dengan adanya aktifitas penyebaran agama Kristen di sekitar Ternate yang merupakan kerajaan Islam. Seorang penyebar agama Kristen Katolik di Maluku yang terkenal yaitu Francis Xaverius. Puncak dari konflik antara Ternate dengan Portugis berakhir dengan terusirnya Portugis dari Ternate pada tahun 1575. Muncul sebagai pahlawan yang gigih berjuang melawan Portugis adalah Sultan Baabullah 1570–1583 bersama dengan puteranya Sultan Said. Dengan kekalahan ini, Portugis pindah ke wilayah Tidore dan pada tahun 1578 mendirikan benteng untuk mempertahankan kekuasannya di wilayah Maluku.

2. Pendaratan Bangsa Spanyol di Maluku

Pada tahun 1521 Spanyol berhasil mendarat di Maluku. Dikarenakan wilayah Ternate dikuasai oleh Portugis, maka Spanyol memilih Tidore sebagai tempat untuk berlabuh. Mereka disambut dengan baik oleh sultan Tidore yang saat itu sedang membutuhkan bantuan untuk menghadapi Ternate yang dibantu oleh Portugis. Bagi Portugis, kedatangan Spanyol menimbulkan ancaman sebagai pesaing dalam perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, terjadilah persaingan tidak sehat di antara keduanya yang menjurus pada peperangan. Selain itu, antara Ternate dan Tidore pun sedang terjadi pertentangan. Pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi, Spanyol bersama dengan Tidore menyerang Portugis yang bersekutu dengan Ternate. Pertempuran ini berakhir setelah diadakannya Perjanjian Saragosa di Spanyol pada tahun 1592. Untuk selanjutnya, bangsa Spanyol Ispanya membuka koloni-koloni mereka di Kepulauan Filipina dengan Manila sebagai pusatnya.

3. Masuknya VOC-Belanda serta Akibat yang

Ditimbulkannya Belanda mendarat di Indonesia, tepatnya di pelabuhan Banten, pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dengan tujuan untuk mendapatkan rempah-rempah. Sebelumnya Belanda hanya merupakan pedagang perantara yang membeli rempah- Sumber: Lukisan Sejarah Gambar 6.15 Francis Xaverius 200 Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI rempah di Lisabon, Portugis untuk dijual kembali. Belanda pada masa itu masih berada di bawah jajahan Spanyol. Pada tahun 1585 pada perang 80 tahun Portugis dikuasai oleh Spanyol, yang mengakibatan Belanda tidak dapat membeli rempah-rempah di Portugis. Kedatangan Belanda di Banten, pada awalnya disambut dengan baik karena memberikan keuntungan perdagangan bagi Banten, tetapi pedagang-pedagang Belanda mulai menunjukkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan seperti melakukan penekanan-penekanan agar bisa mendapatkan rempah-rempah dalam jumlah yang lebih besar, sikap yang tidak sopan terhadap pedagang pribumi. Selain itu, Belanda juga terlibat persaingan dengan Portugis, berebut pengaruh terhadap raja Banten. Portugis berhasil mendekati raja Banten, dan berhasil merusakkan hubungan Banten dengan Belanda. Maka terjadilah perang antara Belanda dengan Banten dan Portugis. Belanda berhasil di usir dari Banten, kemudian berlayar ke Madura, dan di Madura Belanda kembali di usir karena sikapnya yang tidak menghormati penduduk pribumi. Akhirnya dengan sisa kekuatan yang ada Belanda kembali ke negaranya dengan membawa sedikit rempah-rempah. Rombongan Belanda yang kedua tiba di Banten pada tahun 1598 di bawah pimpinan Jacob van Neck. Pada saat itu hubungan antara Banten dengan Portugis sedang mengalami keretakan, dan belajar dari pengalaman pendahulunya, van Neck besikap hati- hati dalam melakukan hubungan dengan para pembesar Banten sehingga Belanda diterima dengan baik dan berhasil mengirim pulang tiga kapalnya ke Belanda dengan muatan penuh rempah- rempah. Belanda pada tahun 1599 meneruskan pelayarannya hingga ke Maluku. Penduduk Maluku menerima dengan baik kedatangan Belanda, selain karena menunjukkan sikap yang baik, juga dianggap sebagai musuh dari orang-orang Portugis yang tidak disukai oleh penduduk Maluku. Pada tahun 1600 armada Belanda kembali ke negerinya dengan membawa rempah-rempah yang banyak. Keberhasilan inilah yang menjadikan kongsi-kongsi dagang di Belanda berbondong-bondong datang ke Indonesia. Akibatnya adalah Indonesia dipenuhi oleh para pedagang dari Belanda. Di antara kongsi dagang Belanda sendiri terjadi persaingan, selain itu persaingan juga terjadi dengan Inggris, Spanyol dan Portugis. Akibatnya mereka tidak mendapatkan keuntungan bahkan merugi.

a. Latar Belakang Berdirinya VOC

Atas dasar inilah, diprakarsai oleh pembesar Belanda Olden Barneveldt , pada bulan Maret 1602 semua kongsi dagang Belanda di Hindia Timur dipersatukan dalam sebuah kongsi besar dengan Sumber: Lukisan sejarah Gambar 6.16 Cornelis de Houtman 201 Bab 6 Pengaruh Barat terhadap Perubahan Kehidupan Ekonomi dan Sosial .... nama Verenigde Oost-Indishce Compagnie VOC yang disahkan oleh Staten-General, yakni Republik Kesatuan Tujuh Propinsi berdasarkan suatu piagam yang memberikan hak eksklusif kepada perseroan untuk berdagang, berlayar, memonopoli pedagangan, dan memegang kekuasaan. Pimpinan VOC terdiri atas tujuh belas orang, maka disebut Hereen Zeventien. Dalam perkembangannya Belanda VOC menjadi satu-satunya bangsa Eropa yang mendominasi perdagangan di Indonesia, serta mampu menancapkan kuku kekuasaannya dengan menjadikan Indonesia sebagai wilayah kolonial dan imperialisnya hingga ratusan tahun lamanya. Kongsi besar VOC menjadi cikal bakal kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Tujuannya tidak lagi sebatas berdagang tetapi termasuk di dalamnya adalah penguasaan wilayah dan menerapkan sistem monopoli perdagangan. Jaringan perdagangan yang sudah berkembang sebelumnya yang dipelopori oleh para pedagang Islam secara berangsur-angsur mengalami keruntuhan. VOC dalam memaksakan sistem perdagangan monopolinya yaitu dengan cara militer. Walaupun VOC sebagai kongsi dagang, tetapi oleh pemerintah Belanda diberi kekuasaan yang besar, dengan diberikannya hak Octrooi. Hak octrooi tersebut, antara lain: a hak monopoli perdagangan; b hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri; c hak mengadakan perjanjian; d hak mengumumkan perang dengan negara lain; e hak menjalankan kekuasaan kehakiman; f hak mengadakan pemerintahan sendiri; g hak melakukan pungutan pajak; h hak memiliki angkatan perang sendiri; i menjadi wakil pemerintah Belanda di Asia. Gambar 6.17 Anggota Dewan VOC, dikenal dengan sebutan Hereen Zeventien Sumber: Indonesian Heritage 3 202 Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI

b. Sepak Terjang VOC di Indonesia

Gubernur jenderal VOC pertama di Indonesia adalah Pieter Both. Ia menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon atas dasar kemudahan monopoli rempah-rempah. Belakangan, ia berencana memindahkan pusat kekuasaan ke Jayakarta karena dipandang lebih strategis dan berada di jalur perdagangan Asia. Dari Jayakarta pula VOC lebih mudah mengontrol gerak Portugis yang ada di Malaka. Untuk itu, Pieter Both meminta izin Pangeran Jayakarta untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Permintaan itu dikabulkan, namun harus berbagi juga dengan EIC yang juga akan mendirikan kantor di Jayakarta. Dalam upaya mempertahankan kekuasaannya, VOC mendirikan benteng di wilayah-wilayah yang strategis. Pada awalnya, VOC memusatkan kegiatannya di Maluku, tetapi karena letaknya yang kurang strategis maka dipindahkan ke pulau Jawa, yaitu Jayakarta. Dalam usahanya mendirikan benteng di Jayakarta, Jan Pieter Zoen Coen oleh kaum pribumi disebut “Mur Jangkung ”, gubernur jenderal VOC, mendapatkan tentangan dari Pangeran Jayakarta, Wijayakarma, dan Inggris, karena kehadiran bagi Wijayakarma dan Inggris, kehadiran VOC dapat menimbulkan ancaman terhadap kepentingan dagang mereka. Pada awalnya, VOC mengalami kekalahan dalam dalam peperangan menghadapi Wijayakarma yang dibantu oleh EIC East India Company dari Inggris ketika terjadi pertempuran di laut, yang memaksa J.P. Coen melarikan diri ke Maluku. Pada tanggal 30 Mei 1619 VOC, di bawah komando J.P. Coen VOC kembali dari Maluku dengan membawa pasukan yang besar, menyerang Jayakarta yang berakhir dengan kemenangan VOC. Maka bergantilah pada tahun itu nama Jayakarta menjadi Batavia, yang diambil dari kata Bataaf, yang merupakan nenek moyang bangsa Belanda. Dan pada tanggal 4 Maret 1622 Batavia diakui dengan resmi oleh Hereen Zeventien sebagai pusat VOC di Indonesia. Wilayah lain yang dikuasai oleh VOC setelah Jayakarta adalah Banten, yang berhasil diduduki pada tahun 1621. Dalam usahanya menduduki Banten, Belanda memanfaatkan konflik internal kerajaan Banten dengan cara politik adu domba. Antara Sultan Haji, Putra Mahkota Banten, sedang berselisih dengan Sultan Ageng Tirtayasa mengenai pergantian kekuasaan kerajaan. Dalam hal ini VOC memberikan bantuan kepada Sultan Haji untuk melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah berhasil melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa, VOC meminta imbalan berupa perjanjian, yang menyatakan bahwa Banten merupakan wilayah yang berada di bawah kekuasaan VOC, dan VOC diijinkan mendirikan benteng. Banten juga harus memutuskan hubungan dengan dengan bangsa-bangsa lain dan memberikan hak monopoli kepada VOC untuk berdagang di Banten. Sumber: Lukisan Sejarah Gambar 6.18 Gubernur Jenderal VOC pertama di Indonesia, Pieter Both Sumber: Kompas Gambar 6.19 Makam Jan Pieter Zoen Coen di Jakarta, daerah Kota Lama 203 Bab 6 Pengaruh Barat terhadap Perubahan Kehidupan Ekonomi dan Sosial .... Kerajaan-kerajaan yang saat itu sedang berkuasa di Indonesia di antaranya, Mataram, Cirebon, Maluku, Banda, Ambon, Makassar, dan Bone, satu persatu dilucuti wibawa dan kekuasaannya. VOC melakukan cara apapun untuk dapat mencapai tujuannya, seperti pembantaian, tipu daya, politik Devide et Impera pecah belah dan kuasai. Di Makassar, selain rempah-rempah, berbagai komoditas bumi lainnya juga diperdagangkan, di antaranya: produk hutan kayu cendana, kayu sapan, rotan, damar, produk laut sisik penyu dan mutiara, industri rumah tangga parang, pedang, kapak, kain selayar, kain bima, produk Cina porselin, sutera, emas, perhiasan emas, alat musik gong, dan produk India berupa kain tekstil. Pada masa ini, selain hasil bumi, manusia pun dijadikan komoditas perdagangan: perbudakan. Perdagangan budak ini tidak dicegah oleh VOC, malah mendorong timbulnya “pencurian orang” sehingga dalam klasifikasi budak terdapat kelompok “orang curian”. Budak tidak hanya diekspor ke Batavia namun juga ke berbagai bandar yang berada di bawah pengawasan VOC, seperti Maluku, sehingga jumlah budak yang diimpor dari Makassar meningkat. Catatan VOC tentang budaj di beberapa bandar penting pada 1680-an menunjukkan jumlah budak dari Bugis dan Makassar adalah yang terbesar. Berdasarkan perkiraan, Makassar mengekspor sekitar 3.000 budak per tahun pada abad ke-18. Harga seorang budak 100 ringgit 250 gulden, yang berarti nilai ekspor budak setiap tahun sebesar 750.000 gulden. INFO SEJARAH Sumber: Indonesian Heritage 3 Gambar 6.20 Damar, salah satu komoditas Makassar

c. Keruntuhan VOC Tahun 1799

Menjelang abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan yang ditandai dengan memburuknya kondisi keuangan VOC dan menumpuknya utang-utang VOC. Korupsi merupakan sebab utama kebangkrutan itu. Hal itu diperparah oleh hutang peperangan VOC dengan rakyat Indonesia dan Inggris dalam memperebutkan kekuasaan di bidang perdagangan yang semakin menumpuk. Sebab lainnya adalah kemerosotan moral di antara penguasa akibat sistem monopoli perdagangan. Keserakahan VOC membuat penguasa setempat tidak sungguh-sungguh membantu VOC dalam memonopoli perdagangan. Akibatnya, hasil panen rempah-rempah yang masuk ke VOC jauh dari jumlah yang diharapkan. Hal utama lainnya adalah ketidakcakapan para pegawai VOC dalam mengendalikan monopoli. Akibatnya verplichte leveranties penyerahan wajib dan Preanger Stelsel Aturan Priangan tidak berjalan semestinya. Kedua aturan itu tadinya dimaksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong. Verplichte leveranties mewajibkan tiap daerah mneyerahkan hasil bumi berupa lada, kayu, beras, kapas, nila, dan gula dengan harga yang ditentukan VOC. Sedangkan Preanger-stelsel mewajibkan rakyat Priangan 204 Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI menanam kopi dan menyerahkan hasil panennya kepada VOC, juga dengan tarif yang ditentukan VOC. Sementara itu, perang antara Belanda dan Ingrris terjadi juga di Asia. Armada kapal EIC berturut-turut merebut kedudukan VOC di Persia, Hindustan, Sri Lanka, sampai Malaka. Gambar 6.21 Perkebunan kopi pada abad ke-19 Sumber: Indonesian Heritage 3 Menyadari ancaman itu, Republik Bataaf mulai bertindak keras kepada VOC. Selain VOC tidak dapat diandalkan lagi dalam menghadang serangan Inggris, persoalan internal yang berarut-larut dalam tubuh VOC dan anggaran VOC yang menyedot uang negara membuat pemerintah Republik Bataaf mencabut Hak Octrooi izin usaha VOC dan pada 31 Desember 1799 VOC pun dibubarkan. Sejak itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan Republik Bataaf. Tidak lama kemudian, pada 1804, Napoleon Bonaparte berkuasa sebagai kaisar Prancis. Ia mengubah Republik Bataaf kembali menjadi Kerajaan Belanda dan menunjuk adiknya, Louis Napoleon menjadi Raja Belanda. Dengan perubahan itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan kerajaan Belanda tetapi di bawah kekuasaan Prancis.Untuk menangani Indonesia, Louis Napoleon menunjuk Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. KEGIATAN 6.3 Untuk menumbuhkan tantangan untuk belajar lebih jauh, lakukan kegiatan berikut ini. Kalian tahu bahwa VOC cukup banyak mendirikan benteng-benteng pertahahan untuk mempertahankan kepentingan ekonomi dan politiknya di Indonesia. Carilah olehmu salah satu benteng fort peninggalan VOC di Indonesia. Cantumkan sejarah singkat didirikannya benteng tersebut dan cantumkan pula fotonya. Kamu bisa mencarinya di ensiklopedia, buku sejarah lainnya, surat kabar, atau internet. Kumpulkan pada gurumu 205 Bab 6 Pengaruh Barat terhadap Perubahan Kehidupan Ekonomi dan Sosial ....

D. PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA

PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA Dengan dibubarkannya VOC, Indonesia secara resmi berada langsung di bawah kekuasaan kerajaan Belanda dengan nama Hindia Belanda. Sebelumnya, pada tahun 1795, Belanda sendiri telah menjadi jajahan Perancis di bawah Kaisar Napleon Bonaparte, dan yang menjadi penguasa Belanda adalah adiknya Napoleon yaitu Louis Napoleon yang berkuasa sejak 1806. Jadi, secara tidak langsung, Indonesia berada di bawah kekuasaan Perancis.

1. Pemerintahanan Daendels 1808 – 1811 dan Akibat yang

Ditimbulkan pada Bidang Sosial-Ekonomi dan Administrasi Pemerintahan Khususnya di Jawa Tujuan dikirimnya Gubernur Jenderal Daendels ke Jawa adalah untuk memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis melawan Inggris di Samudera Hindia. Daendels adalah seorang pemuja prinsip-prinsip revolusioner ala Revolusi Prancis. Napoleon Bonaparte adalah idolanya. Usahanya dalam membangun Pulau Jawa salah satunya adalah dengan jalan memberantas ketidakefisienan, penyelewengan, dan korupsi yang menyelimuti administrasi di pulau tersebut. Dalam rangka mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, Daendles membuat beberapa kebijakan, di antaranya: a Membuat Grote Postweg Jalan Raya Pos dari Anyer Banten sampai Panarukan Jawa Timur; jalan ini didirikan agar di setiap kotakabupaten yang dilaluinya terdapat kantor-kantor pos; dengan adanya pos-pos ini maka penyampaian berita akan lebih cepat sehingga berita apa pun akan lebih cepat diterima. b Mendirikan benteng-benteng pertahanan sebagai antisipasi terhadap serangan dari tentara Inggris yang juga ingin menguasai Jawa. c Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon. d Menambah jumlah pasukan dari 4.000 orang menjadi 18000 orang, yang sebagian besar orang-orang Indonesia dari Maluku, Jawa. e Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya. Selain itu, Daendels juga mengubah sistem pemerintahan tradisional dengan sistem pemerintahan Eropa. Pulau Jawa di bagi menjadi sembilan prefektur keresidenan, yang dikepalai oleh seorang residen yang membawahkan beberapa bupati kabupaten. Para bupati ini diberi gaji tetap dan tidak diperkenanan meminta upeti kepada rakyat. Dampaknya kewibawaan para bupati Sumber: Indonesian Heritage 3 Gambar 6.22 Herman Willem Daendels 1762-1818 Kata Kunci kantor pos, prefektur, pajak, partikelir, tanam paksa, preanger stelsel, rodi, ekspor, surplus, liberal, undang-undang agraria, gubernur jenderal, tiras politika, edukasi 206 Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI dihadapan rakyatnya menjadi merosot, karena bupati adalah pegawai pemerintah yang harus tunduk kepada keinginan pemerintah. Rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat hebat. Selain dituntut untuk membayar pajak-pajak pemerintah, mereka juga diharuskan terlibat dalam kerja paksa rodi pelaksanaan pembangunan Jalan Raya Pos. Untuk menutupi biaya pembangunan, tanah-tanah rakyat dijual kepada orang-orang partikelir Belanda dan Tionghoa. Penjualan tanah juga termasuk penduduk yang mendiami wilayah tersebut, sehingga penderitaan rakyat kecil semakin bertambah akibat dari tindakan sewenang- wenang para pemilik tanah. Ribuan rakyat Indonesia meninggal dalam pembuatan Jalan Raya Pos dikarenakan kerja yang sangat berat sedangkan mereka tidak dibayar dan diberi makan dengan layak. Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels digantikan oleh Willem Janssens. Janssens tidak lama memerintah di Indonesia, karena pada tanggal 18 September 1811 Janssens menyerah kepada Inggris di dekat Salatiga, setelah gagal dalam menahan serangan Inggris di Semarang bersama dengan Legiun Mangkunegara, pecahan Mataram. Pada tahun 1811 Belanda, Prancis menyerah kalah kepada Inggris di daerang Tuntang, daerah sekitar Salatiga Jawa Tengah. Pemerintah kolonial Belanda terpaksa menandatangani perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang tahun 1811, yang berisi: 1. Pulau Jawa dan daerah sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan kepada Inggris. 2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris. 3. Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.

2. Masa Sistem Tanam Paksa

Cultuur Stelsel Pada masa awal ke-19 pemerintahan Belanda mengeluarkan dana yang sangat besar untuk membiayai peperangan di Eropa maupun di Indonesia, sehingga kerajaan Belanda harus menanggung hutang yang sangat besar. Kesulitan ekonomi semakin parah dengan terjadinya pemisahan Belgia 1830 dari Belanda, yang berakibat Belanda banyak kehilangan bisnis industrinya. Maka dari itu, muncul pemikiran Van den Bosch dalam rangka menyelamatkan negerinya. Ia menyatakan bahwa daerah jajahan merupakan tempat mengambil keuntungan bagi negeri induknya atau seperti dikatakan Baud “gabus tempat Belanda mengapung”, artinya bahwa Jawa dianggap sebagai sapi perahan. Antara tahun 1830-1870 giliran kaum konservatif Belanda yang mendominasi Indonesia yang memberlakukan sistem tanam Sumber: Tempo Gambar 6.23 Van den Bosch