275
Bab 8 Dampak Pendudukan Militer Jepang Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia
Gambar 8.2 Penyerangan Jepang ke
pangkalan militer Pearl Harbour milik Amerika Serikat di Hawaii
Sumber: Encarta 2005
Setelah penyerahan kekuasaan di Kalijati, Jepang kemudian membagi wilayah Indonesia ke dalam tiga wilayah pendudukan
militer, yang meliputi: 1 Wilayah I, terdiri atas Jawa dan Madura yang diperintah oleh
Tentara Keenambelas Rikugun Angkatan Darat yang berpusat di Jakarta;
2 Wilayah II, terdiri atas Sumatera yang diperintah oleh Tentara Keduapuluh Lima Rikugun yang berpusat di
Bukittinggi; 3 Wilayah III, terdiri atas Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali,
dan Nusa Tenggara yang diperintah oleh Armada Selatan Kedua Kaigun Angkatan Laut, berpusat di Makassar.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang
membentuk perhimpunan Gerakan Tiga A yang didirikan pada 29 Agustus 1942. Propaganda Gerakan Tiga A ini dipimpin oleh
Mr. Syamsudin dengan semboyan Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia. Pada awalnya
propaganda Jepang banyak mempengaruhi pola pikir bangsa Indonesia yang masih menaruh dendam terhadap Belanda
sehingga kedatangan Jepang disambut dengan baik.
Sebelum terjadi penyerangan ke Pearl Harbour, Jepang pada tahun 1940 telah merencanakan untuk membentuk kemakmuran bersama Asia Raya. Dari rencana ini, Jepang akan menjadi pusat yang
berpengaruh atas daratan Cina, Manchuria, Asia Tenggara, dan Rusia. Khusus untuk daerah Manchuria dan Cina, oleh Jepang akan dibangun sebagai tempat untuk industri berat dan industri
ringan. Daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia, akan dijadikan daerah sumber bahan mentah untuk menyuplai daerah-daerah industri tersebut. Maka dari itu, ketika Jepang berhasil masuk
dan menguasai Indonesia, dengan landasan Hakko Chiu, Jepang mengajak tersebut.
INFO SEJARAH
276
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
Karena janji-janji Jepang yang manis, pada awalnya bangsa Indonesia menyambut gembira atas kedatangan bala tentara
Jepang. Sebab mereka akan segera membebaskan bangsa Indonesia, dari penjajahan Belanda. Sikap manis dan ramah itu
tenyata hanya sekejap saja. Setelah itu sikap dan tindakan Jepang mulai keras, kejam, dan semena-mena serta menguras habis
sumber daya alam dan tenaga rakyat Indonesia untuk mendukung kepentingan perangnya di kawasan Asia Pasifik. Akibatnya rakyat
mengalami penderitaan yang lebih berat, daripada zaman penjajahan Belanda.
Berikut ini usaha-usaha Jepang dalam mencapai Kemakmuran Bersama Asia Raya, khususnya menyuplai
kebutuhan industrialisasi Jepang.
1. Eksploitasi Alam
Pemerasan sumber alam yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia bisa dipakai untuk mencapai cita-cita dan ambisi
politiknya. Cara-cara tersebut antara lain: a Pemerintahan Jepang mengeluarkan peraturan untuk
melakukan pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran sisa persediaan barang diperketat.
b Semua harta benda dan perusahaan perkebunan milik orang Belanda disita dan beberapa perusahaan vital seperti
pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerintah.
c Jepang memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, kopi, karet, dan kina.
d Jepang melancarkan kampanye penyerahan barang-barang dan menambah bahan pangan secara besar-besaran.
Kampanye ini menjadi tugas Jawa Hokokai dan instansi- instansi lain.
e Jenis perkebunan yang tidak berguna dibatasi, dimusnahkan, dan diganti dengan tanaman bahan makanan seperti teh,
kopi, tembakau yang diganti oleh tebu untuk pembuatan gula.
f Adanya peraturan pembatasan dan penguasaan alat produksi
oleh pemerintah. g Bekas perkebunan tembakau, kopi dan teh dipakai untuk
ditanami bahan makanan. h Rakyat hanya diperbolehkan mempunyai 40 dari hasil
pertaniannya, sedangkan 60 lainnya harus disetorkan kepada pemerintah Jepang dan lumbung desa.
i Rakyat dibebani dengan pekerjaan tambahan yang besifat
wajib seperti menanam pohon jarak yang bisa digunakan untuk pelumas pesawat terbang dan senjata.
277
Bab 8 Dampak Pendudukan Militer Jepang Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia
2. Eksploitasi Manusia
Romusha
Pembentukan romusha ini dilatarbelakangi oleh besarnya kebutuhan Jepang akan tenaga kerja untuk membangun
pertahanannya, seperti gua, gudang bawah tanah, lapangan udara darurat. Tenaga romusha ini diperoleh dari desa di pulau Jawa
yang padat penduduk. Pada awalnya pengerahan tenaga kerja ini bersifat sukarela, namun dalam pelaksanaannya, pengerahan
tenaga kerja ini dilaksanakan secara paksa. Kehidupan para romusha sangat sulit, mereka kelaparan, kesehatan mereka tidak
dijamin, sehingga banyak romusha yang meninggal.
Gambar 8.3 Para pekerja romusha
Sumber: Himpunan Peladjaran Sedjarah
Hal-hal di ataslah yang kemudian membuat rakyat takut dijadikan romusha. Namun, untuk menghilangkan rasa takut
tersebut, tahun 1943 Jepang menggelar propaganda baru yaitu dikatakan sebagai prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja.
Propaganda baru Jepang ini menarik kembali rakyat untuk menjadi Romusha. Akan tetapi kenyataannya tetap saja seperti keadaan yang
sebelumnya. Para romusha ini mendapatkan siksaan yang pedih. Mereka bukan saja dikirim ke luar Jawa, tetapi juga ke luar negeri
seperti Burma, Thailand, Filipina, Malaya, dan Serawah.
Masalah lain yang ada adalah menyangkut kehidupan rakyat yaitu masalah sandang pada masa sebelum pecahnya perang.
Masalah ini tergantung pada impor Belanda. Dan pada masa Jepang, sandang untuk masyarakat sangat kurang. Untuk itu Jepang
memerintahkan menanam kapas di berbagai daerah di Jawa, Sumatera, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Usaha pemintalan
rakyat secara massal didirikan dan rakyat dilatih untuk memintal. Percobaan untuk mencari ganti dengan kapas diintensifkan.
Masalah sandang yang parah pada waktu itu memaksa rakyat desa untuk memakai pakaian dari karung goni atau bagor.
278
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
Selain romusha, bentuk penindasan dan penghisapan sumber daya manusia Indonesia oleh Jepang adalah perekrutan pemuda-
pemuda ke dalam organisasi militer dan semi-militer buatan Jepang. Berbagai macam organisasi kemiliteran dibentuk agat
tersedianya tenaga-tenaga muda untuk membantu pasukan Jepang dalam Perang Pasifik.
KEGIATAN 8.1
Untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan dalam menyajikan fakta-fakta sejarah, lakukanlah kunjungan ke situs-situs peninggalan zaman Jepang yang ada di kotamu.
Lakukanlah observasi terhadap peninggalan Jepang tersebut. Buatlah narasi yang menceritakan fungsi dan proses pembangunan peninggalan Jepang tersebut. Serahkan
kepada gurumu. Selamat berwisata sejarah
B. BENTUK-BENTUK PERJUANGAN INDONESIA
PADA MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG: KOOPERATIF, BAWAH TANAH, DAN SENJATA
Guna merangsang kepercayaan rakyat Indonesia, Jepang membentuk Gerakan Tiga A Nippon Cahaya Asia, Pelindung
Asia, Pemimpin Asia. Jepang berjanji, jika Perang Pasifik dimenangkan, bangsa-bangsa di Asia akan mendapat
kemerdekaannya. Selain itu, Jepang berjanji akan menciptakan kemakmuran bersama di antara bangsa-bangsa Asia. Namun,
dalam kenyataannya perlakuan Jepang yang kejam menimbulkan perlawanan tokoh-tokoh nasionalis dan rakyat Indonesia terhadap
Jepang. Bentuk perlawanan terhadap Jepang ini dilakukan dengan cara kooperatif, gerakan bawah tanah, dan angkat senjata.
1. Perjuangan Kooperatif Kerjasama
Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan kesempatan pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia. Banyak di antara mereka yang menduduki jabatan- jabatan penting dalam lembaga-lembaga yang dibentuk Jepang.
Misalnya, Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur menduduki pimpinan Pusat Tenaga Rakyat
Putera. Mereka dikenal dengan sebutan “Empat Serangkai”. Putera merupakan sebuah organisasi yang dibentuk Jepang pada
Maret 1943, bertujuan menggerakan rakyat Indonesia untuk mendukung peperangan Jepang menghadapi Sekutu.
Melalui Putera, para pemimpin Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melalui rapat-rapat maupun
media massa milik Jepang. Tokoh-tokoh Putera memanfaatkan
Sumber: Album Pahlawan Bangsa
Gambar 8.4 K.H. Mas Mansyur
Kata Kunci Putera, bawah tanah, cou
sang In, Gerakan Tiga A, kelompok Sukarni, kelompok
Ahmad Subarjo, Karun Bukanfu, Peta, Baperpri,
Kooperatif
279
Bab 8 Dampak Pendudukan Militer Jepang Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia
organisasi-organisasi itu untuk menggembleng mental dan membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa
percaya diri serta harga diri sebagai bangsa. Mereka selalu menekankan pentingnya persatuan, pentingnya memupuk terus-
menerus semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat antiimperialisme- kolonialisme. Organisasi Putera
mendapat sambutan yang hangat dari seluruh rakyat. Namun, karena Putera nyatanya bermanfaat bagi bangsa Indoensia,
pemerintah Jepang akhirnya membubarkannya pada April 1944.
Selain melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga berjuang melalui Badan Pertimbangan Pusat atau Cou Sangi In yang
dibentuk Jepang pada 5 September 1943. Badan ini beranggotakan 43 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam sidangnya pada 20
Oktober 1943, Cuo Sangi In menetapkan bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu dikerahkan segala potensi dan produksi dari
rakyat Indoensia. Untuk melaksanakan ketetapan itu dibentuklah berbagai kesatuan pemuda, sebagai wadah penggemblengan mental
dan semangat juang agar mereka menjadi tenaga-tenaga pejuang yang militan. Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk
antara lain: Seinendan Barisan Pemuda, Keibodan Barisan Pembantu Polisi, Seisyintai Barisan Pelopor, Gakutotai Barisan
Pelajar, dan Fujinkai Barisan Wanita.
Pada saat penggemblengan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan penanaman jiwa dan semangat nasionalisme,
pentingnya persatuan dan kesatuan serta keberanian berjuang dengan risiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka. Dengan
demikian, kebijakan pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh nasional untuk perjuangan. Para pemimpin
Indonesia memanfaatkan organisasi ini untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Jelas sekali, para pemimpin Indonesia
tidak bodoh untuk dibohongi oleh Jepang.
2. Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. Perjuang bawah tanah ini dilakukan oleh
para tokoh nasionalis yang bekerja pasa instansi-instansi pemerintahan buatan Jepang. Jadi, di balik kepatuhannya
terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk meneruskan
perjuang untuk mecapai Indonesia merdeka.
Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat: Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, serta Medan. Di Jakarta
terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan model ini. Antara kelompok perjuangan yang satu dengan kelompok
perjuangan yang lain, selalu terjadi kontak hubungan. Kelompok- kelompok perjuang tersebut, antara lain: