Perkembangan dan Keruntuhan Kerajaan-

48 Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI

A. PERKEMBANGAN POLITIK, KETATANEGARAAN,

DAN MILITER KERAJAAN-KERAJAAN HINDU- BUDDHA DI INDONESIA

1. Kutai

Kerajaan Kutai terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Berdasarkan bukti-bukti berupa yupa yang ditemukan, Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Yupa tersebut berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa. Dalam salah yupa dinyatakan nama-nama raja Kutai seperti Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Yupa-yupa tersebut merupakan peringatan upacara kurban yang dilakukan kaum brahmana. Dilihat dari bentuk tulisan diduga yupa itu dibuat pada abad ke- 4 Masehi, pada masa Raja Mulawarman. Mulawarman adalah raja terkenal dari Kutai, seperti diungkapkan pada salah satu yupa berikut: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur bernama Aswawarman. Dia mempunyai tiga orang putra yang seperti api. Yang terkemuka di antara ketiga putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan.” Mulawarman, menurut yupa tersebut, sering diwujudkan dengan Ansuman, yaitu Dewa Matahari. Raja Mulawarman dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum brahmana yang datang ke Kutai. Diceritakan bahwa Mulawarman sangat dermawan. Ia memberikan sedekah berupa minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 lembu kepada brahmana di suatu tempat yang disebut Waprakeswara tempat suci untuk memuja Dewa Siwa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Mulawarman menganut Hindu-Siwa. Dari besarnya sedekah raja Mulawarman ini memperlihatkan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur. Kemakmuran ini didukung oleh peranan yang besar Kutai dalam pelayaran dan perdagangan di sekitar Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena letak Kutai yang strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama Cina−India. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa raja pertama Kutai yang bernama Kudungga diyakini belum dipengaruhi agama Hindu—setidaknya terlihat dari namanya yang masih asli. Kudungga diperkirakan adalah seorang pemimpin suku setempat yang kemudian mendirikan kerajaan pada saat pengaruh Hindu− Buddha mulai masuk ke Indonesia. Putra Kudungga, Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama Kutai yang beragama Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti sehingga diberi gelar Kata Kunci kerajaan, raja, candi, prasasti, yupa, Sansekerta, Pamalayu, Mongol, Nalanda, dharma dyaksa, Bubat Sumber: Indonesian Heritage 1 Gambar 2.2 Yupa yang menyebutkan kebesaran Mulawarman 49 Bab 2 Perkembangan dan Keruntuhan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Wangsakerta yang artinya pembentuk keluarga. Dalam masa pemerintahannya wilayah Kutai makin diperluas. Hal ini diketahui dari diadakannya upacara aswamedha, yaitu upacara pelepasan kuda. INFO SEJARAH Pada zaman kerajaan dahulu, bila seorang raja ingin memperluas wilayah politiknya dan wilayah tersebut “belum” ada pemiliknya, maka ia akan melepaskan seekor kuda untuk dibiarkan berlari hingga kuda tersebut berhenti. Upacara semacam ini pernah diadakan oleh masyarakat India pada masa pemerintahan Raja Gupta, Samuderagupta. Untuk menentukan luas wilayah, Samuderagupta melepaskan kuda − kuda mereka. Sejauh mana kuda − kuda itu berlari, sejauh itu pula luas wilayah kerajaannya. Tradisi asmamedha ini tak hanya berlaku di India, melainkan juga di Eropa dan daerah Asia lainnya. Setelah Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putra Aswawarman. Dari prasasti yang ditemukan diketahui bahwa dalam masa pemerintahan Mulawarman pada abad ke−4 M, Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Pada masa pemerintahannya pula, rakyat Kutai hidup makmur. 2. Tarumanagara Tarumanagara berdiri sekitar abad ke-5 M di sekitar Bogor dan Bekasi, Jawa Barat. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman, seorang Indonesia. Fa-Hsien , seorang rahib Buddha dari Cina, menyebutkan adanya kerajaan To-lo-mo. Pada tahun 414 M, Fa-Hsien bertolak dari Sailan atau Ceylon, sekarang Sri Lanka untuk balik ke Kanton, Cina. Sebelumnya ia bertahun-tahun belajar Buddha di kerajaan-kerajaan Buddhis. Ia sering berziarah ke India. Setelah dua hari berlayar, kapalnya diterjang topan. Ia pun terdampar dan mendarat di Ye Po Ti, ejaan Cina bagi kata Jawadwipa, yaitu Pulau Jawa. Diduga, tanah yang ia darati adalah Tarumanagara. Kronik lain yang menyinggung Tarumanagara adalah berita Cina era Dinasti Tang. Sekitar tahun 528-539 dan 666-669 M, datang seorang utusan dari To-lo-mo ke Cina. Tolomo adalah ucapan lidah orang Cina untuk “taruma”. Sebelum ada pengaruh India, di sekitar Tarumanagara terdapat kerajaan Aruteun. Setelah dipengaruhi Hindu, Aruteun pun berganti nama menjadi Tarumanagara. Oleh karena itu, Aruteun atau Ci Aruteun kata “ci” dalam bahasa Sunda berarti “air” atau “sungai” atau “tanah” dijadikan pusat pemerintahan Tarumanagara. Pendapat ini didapat dari kronik Cina abad ke-5 M. Menurut