BUKTI-BUKTI PROSES INDIANISASI DI INDONE- KEGIATAN 1.1
6
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
ritakan bahwa kapal-kapal dari Aleksandria di Laut Mediterania Mesir berlayar melalui Teluk Persia ke bandar-bandar Baybaza di
Cambay, India dan Majuri di Kochin, India Selatan. Dari daerah ini kapal-kapal melanjutkan pelayaran mereka ke bandar-bandar
di pantai timur India sampai ke kepulauan Aurea Chersonnesus. Di kepulauan itu, kapal-kapal singgah di Barousae, Sinda, Sabadiba,
dan Iabadium. Aurea Chersonnesus merupakan pengucapan Yunani untuk Kepulauan Indonesia, sedangkan Barousae adalah Baros,
sebuah bandar dagang kuno di pantai barat Sumatera. Semen- tara itu, Sinda adalah ejaan lain untuk Sunda, Sabadiba adalah
Svarnadwipa
Sumatera, dan Iabadium adalah Javadwipa Jawa. Indonesia juga disebutkan dalam petunjuk pelayaran laut dari
Yunani Erythraea bersama 27 mancanegara lainnya.
Kitab Ramayana karya Valmiki dari India abad ke-3 SM
juga secara tidak langsung menyebutkan tentang Indonesia. Di-
Gambar 1.5 Peta kuno Asia Tenggara yang
digambar kembali: peta aslinya didasarkan pada sumber-sum-
ber Yunani abad ke-2 M, hal 50
Sumber: Indonesian Heritage 1
ceritakan bahwa setelah Sita Dewi Sinta diculik oleh Ravana Rahwana Raja Lanka Alengka, Hanuman Hanoman atas
perintah Rama mencari Sita hingga ke Javadwipa. Meski bukan kejadian nyata, Ramayana telah menginformasikan bahwa penu-
lisnya setidaknya telah mengenal nama Jawa terlepas dari apa ia pernah pergi sendiri ke Jawa atau hanya mengenal namanya dari
pelaut India yang pernah pergi ke Jawa. Yang jelas, dari kitab tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Pulau Jawa merupakan
tempat strategis dalam dunia perdagangan pada masanya.
Di samping Ramayana, Piagam Nalanda berasal dari Beng- gala, India sebelah timur menyebutkan bahwa Sriwijaya memiliki
dua pelabuhan penting di Selat Malaka sebagai pintu gerbang memasuki bandar-bandar lain di Indonesia. Kedua bandar itu be-
7
Bab 1 Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
rada di Sumatera dan Semenanjung Malaka, yakni bandar Katana di Ligor, dan berperan sebagai bandar transit. Kedua bandar itu
merupakan pusat perdagangan tambang, emas, timah, hasil hutan, dan perkebunan lada, kayu gaharu, dan kelembak.
Para saudagar dan ahli geografi Arab juga telah menulis ten- tang keberadan Indonesia sejak abad ke-6 M. Mereka menyebut
kerajaan bernama Zabaq atau Sribuza untuk Sriwijaya. Raihan Al Beruni
, yang menulis sebuah buku tentang India, menyebutkan bahwa Zabaq terletak di sebuah pulau yang bernama Suwarndib,
yang berarti “Pulau Emas“. Berita Arab lainnya menyebut Sribuza sebagai tempat yang banyak menghasilkan kayu wangi.
Kronik-kronik dari Indocina juga menunjukkan bahwa jalur perdagangan antara Indonesia, India, Cina, dan juga Indocina Viet-
nam, Kamboja, Siam atau Thailand, dan wilayah Asia Tenggara lainnya telah ramai sejak awal masehi. Hubungan perdagangan
tersebut menjadi perintis hubungan yang lebih jauh: politik, agama, dan kebudayaan. Kronik Vietnam dari abad ke-8 M mencatat
serangan dari Jawa dan “Pulau-pulau Selatan“ yang dilakukan pasukan Syailendra dari Sriwijaya terhadap pusat kerajaan maritim
Kerajaan Chenla di Vyadhapura, Kamboja. Berita tersebut diper- kuat oleh catatan dari Champa pada abad ke-8 M, yang mencatat
bahwa pasukan Jawa telah menghancurkan kuil-kuil dan berkuasa di sebagian wilayah Kampuchea Kamboja.
Bukti lainnya adalah prasasti di Nakhon Si Thammarat, Thailand, dari abad ke-8 M. Prasasti itu mengumumkan telah
dibangunnya sejumlah biara Buddha oleh raja Sriwijaya. Lapo- ran serupa terdapat dalam sebuah prasasti di Kra, sebelah selatan
Thailand, dari abad ke-8 M. Prasasti itu melaporkan Raja Sriwi- jaya mendirikan sejumlah bangunan suci Buddha dalam rangka
merayakan kemenangan Sriwijaya menaklukkan Semenanjung Melayu.