168
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
Pada bab-bab sebelumnya kalian telah melihat perkembangan pengaruh agama dan budaya Hindu-Buddha dan
Islam terhadap tradisi agama dan kebudayaan di Indonesia. Dari hasil peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu-Buddha dan
Islam, terlihat jelas pengaruh Hindu-Buddha dan Islam dari segi politis, sosial, sistem tatanegara, bahasa, kesusastraan, seni
arsitektur, seni rupa, dan aspek-aspek kepercayaan.
Pada bab ini kalian akan lebih mendalami hasil interaksi antara budaya pribumi-lokal, dengan budaya Hindu-Buddha dan
Islam sebagai tradisi dan budaya ”baru” dan sinkretis. Akan terlihat bagaimana masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia−
sesuai kearifan lokalnya masing-masing−menyatukan ketiga tradisi tersebut secara damai dan bijak tanpa mempertentang-
kannya satu sama lain.
A. PERKEMBANGAN TRADISI AGAMA DI INDONESIA
SEBAGAI PERWUJUDAN INTERAKSI ANTARA AGAMA LOKAL, HINDU-BUDDHA DENGAN ISLAM
Bila melihat sejarah, diperkirakan agama Buddhalah agama yang pertama masuk ke Indonesia, khususnya Sumatera Sriwijaya pada
abad ke-7, sebelum akhirnya ke Jawa Tengah Mataram Kuno dengan adanya Dinasti Syailendra abad ke-9. Setelah itu barulah
agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya Kalimantan dan Jawa bagian barat, tengah, dan kemudian timur. Persinggungan
dua agama produk Jazirah India dengan kepercayaan lokal melahirkan praktik keagamaan yang tipikal. Konsep pemujaan
terhadap arwah leluhur berpadu dengan konsep pengagungan terhadap dewa-dewi India.
Kepercayaan animisme dan dinamisme yang bercampur dengan praktik paganisme membentuk tradisi yang sinkretis,
unsur-unsur asli sudah bersenyawa dalam bentuk yang ”baru”. Bangunan zaman Megalitikum yang sederhana dan kaku
dipersatukan dengan candi-candi Hindu-Buddha yang arsitekturnya lebih maju dan modern. Jenazah seseorang yang
berkuasa kepala suku atau ketua adat yang sebelumnya disimpan di peti batu, sarkofagus, menhir, dan bangunan
megalitik lainnya tidak dikubur dalam tanah diganti oleh pembakaran jenazah yang abunya diletakkan di ruangan candi.
Lalu abu jenazah tersebut ditaburkan di sungai atau laut agar jasad besarnya ”menyatu” lagi dengan alam dan jiwanya tenang
di alam swarga.
Proses interaksi masyarakat Indonesia dengan budaya asing berlanjut terus-menerus hingga datanglah pengaruh Islam yang
dimulai dari Pasai hingga Ternate-Tidore, dari Malaka hingga
Sumber: Indonesian Heritage 6
Gambar 5.2 Menhir yang ditemukan di Bori
Toraja, Sulawesi Selatan, bersifat ritual dan spiritual bagi
masyarakat prasejarah
Kata Kunci pluralisme, kearifan lokal,
interaksi, sinkretisme, Hindu- Buddha, Islam, tahlilan, halal bi
halal, ziarah, nyadran, silaturahmi, akulturasi, kejawen,
kebatinan, sekatenan, tembangan, wetu telu, ashura,
aqiqah
169
Bab 5 Proses dan Hasil Akulturasi Budaya antara Tradisi Lokal, Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia
Maluku. Ketika Islam datang, masyarakat Indonesia telah berada dalam pengaruh Hindu-Buddha yang masing-masing
penganutnya hidup berdampingan. Kedatangan kaum muslim yang relatif damai tersebut diterima oleh sebagian masyarakat
pribumi Indonesia, terutama kaum bangsawan dan pedagang. Melalui pendekatan budaya, pengenalan Islam sebagai agama
pendatang kepada masyarakat Indonesia penganut Hindu- Buddha, berproses cukup damai. Peranan para ulama dalam
penyebaran agama Islam disambut oleh masyarakat karena dakwah yang dilakukan menggunakan pendekatan yang
menyesuaikan dengan adat lokal, tanpa menghilangkan tradisi sebelumnya yang lebih tua.
Pendekatan kultural ini dapat dilihat pada, misalnya, menara Masjid Kudus yang mirip dengan atap candi Hindu-Buddha atau
gapura di komplek makam raja-raja Mataram-Islam di Imogiri yang berbentuk seperti gapura zaman Majapahit. Dalam hal seni,
ada Sunan Kalijaga yang konon sering mempertunjukkan tontonan wayang dalam menarik perhatian umat nonmuslim di
Jawa dengan menyisipi ajaran-ajaran Islam yang ringan. Meskipun, kisah yang digelarnya diambil dari kakawin
Mahabharata
dan Ramayana atau cerita-cerita rakyat-tutur legenda dan mitos, namun sehabis pagelaran wayang usai Sunan
Kalijaga tidak meminta upah melainkan meminta para penonton mengucapkan dua kalimat syahadat Aku bersaksi, tiada Tuhan
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan [rasul] Allah
.
INFO SEJARAH
Selain dikenal sebagai ulama dan budayawan, Sunan Kalijaga juga terkenal sebagai ahli ukir dan ahli busana. Maka dari itu, dalam hal berpakaian Kalijaga tetap memakai busana bangsawan ala
Jawa, tidak seperti para wali yang lain yang berbusana ala Timur-Tengah. Dengan demikian, penampilan Sunan Kalijaga dikenal cukup fashionable.
Cerita pewayangan yang telah dikenal sejak zaman Mataram Kuno yang semula berwujud boneka golek yang tiga dimensi
oleh Sang Sunan dibentuk menjadi pipih dua dimensi yang terbuat dari kulit binatang. Contoh lain dari islamisasi dalam
koridor kebudayaan ini adalah busana yang dipakai Raden Patah sewaktu menjadi penguasa Demak bukanlah pakaian adat Timur-
Tengah, melainkan memakai kuluk, jamang, dan sumping laiknya bangsawan Jawa yang Hindu-Buddha. Selain hanya cukup
mengucapkan syahadat, Islam tidak mengenal struktur sosial kasta seperti dalam Hindu.