Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA

89 Berkenaan dengan hal tersebut, Soleh 1998:18 mengungkapkan bahwa media komputer adalah salah satu media belajar yang lebih interaktif. Hal ini karena komputer dapat diprogram untuk menilai pekerjaan siswa, mengingatkan siswa kalau melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah, memberi kesempatan untuk mencoba lagi, dan memberi penguatan dan penghargaan reiforcement dan reward dengan kata-kata pujian lihat Hofe, 2001.

H. Kerangka Berpikir

Dalam belajar diperlukan aktivitas karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat dan bertingkah laku, jadi belajar adalah melakukan kegiatan, tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas. Jadi aktivitas merupakan prin-sip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, sehingga dalam pembelajaran di sekolah, aktivitas perlu diperhatikan oleh guru, agar pembelajaran yang ditempuh benar-benar akan memperoleh hasil yang optimal. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat pada pembelajaran konvensional yang sampai sekarang masih dominan dilaksanakan dalam pembelajaran matematika di sekolah di Indonesia. Dalam pembelajaran konvensional siswa dianggap sebagai penerima pengetahuan yang pasif, metode ceramah yang sering digunakan oleh guru sebagai satu-satunya metode dalam pembelajaran tidak jarang membuat siswa menjadi merasa bosan, kurang menguasai materi pelajaran, cenderung “belajar menghafal” namun tidak 90 menimbulkan adanya “pengertian”, dan inisiatif serta kreati-vitasnya kurang berkembang. Padahal aktivitas yang ditunjukan oleh siswa akan menentukan kualitas pembelajaran, dan proses pembelajaran akan bermakna apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dan menurut Nasution 1995 bahwa dalam pengajaran modern mengutamakan aktivitas siswa. Aktivitas siswa mencakup aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar mengajar kedua kegiatan itu harus selalu terkait. Paul B. Diedrich menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar menjadi delapan kelompok yaitu: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities . Pembelajaran dapat memberikan hasil yang optimal, apabila siswa mempunyai aktivitas yang tinggi dalam mengikuti pembela-jaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, jadi pembelajaran yang efektif didominasi aktivitas siswa. Model pembelajaran Creative Problem Solving CPS merupakan suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keteram-pilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampil-an memecahkan masalah memperluas proses berpikir. CPS merupakan representasi dimensi proses yang alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan. CPS merupakan cara pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih teram-pil sebab siswa mempunyai prosedur internal 91 yang lebih tersusun dari awal. Dengan CPS siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikiran-nya, berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran. Model CPS terdiri dari tahap klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan seleksi, serta implementasi. Dengan membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemam-puan pemecahan masalah dan mengatasi kesulitan dalam mempelajari matematika. Hal ini sesuai dengan teori belajar Jerome Bruner yang menya-takan bahwa pembelajaran adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalam-an yang memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah. Demikian pula teori belajar bermakna David Ausabel yang menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta- fakta baru ke dalam sistem pengertian yang telah dipunyai, dan dalam proses pembelajaran siswa harus aktif Selain aktivitas siswa, dalam pembelajaran matematika kemampuan awal siswa juga turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajar-an. Karena materi matematika pada umumnya tersusun secara hirarkis, materi yang satu merupakan prasyarat untuk materi berikutnya. Apabila siswa tidak menguasai materi prasyarat kemampuan awal maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menguasai materi yang memerlukan materi prasyarat tersebut. Siswa dengan kemampuan awal berada di kelompok atas tidak mengalami kesulitan dalam 92 memahami materi yang ada dan melaku-kan pemecahan terhadap masalah yang diajukan, jika dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal berada di kelompok lain tengah dan bawah Seting kelas dalam pembelajaran CPS terdapat diskusi kelompok small discussion dengan anggota kelompok heterogen berdasarkan ke-mampuan awalnya. Pembagian kelompok yang heterogen ini sesuai dengan penjabaran Piaget terhadap implikasi teori kognitif dalam pendidikan, yang antara lain memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangannya, kemudian dalam pembelajaran guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil peserta didik. Adanya pembagian kelompok siswa dalam pembelajaran dengan kemampuan awal yang heterogen akan mendorong terjalinnya hubungan yang saling mendukung antar anggota kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya baik kepada siswa lain maupun kepada guru, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan hasil belajar yang diperoleh lebih maksimal. Hal ini dimunginkan karena akan terjalin hubungan yang saling mendukung antar anggota kelompok, untuk bersama-sama memperoleh hasil belajar yang maksimal. Siswa yang lebih pandai membantu siswa yang kurang pandai, sehingga siswa yang berkemampuan kurang memiliki guru yang berasal dari teman kelompoknya. Dengan demikian terjadi proses pengajaran oleh rekan sebaya peer teaching. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie 2002: 43 yang menyatakan bahwa kelompok heterogen memberi kesempatan 93 untuk saling mengajar peer tutoring dan saling mendukung. Siswa yang berpengetahu-an lebih tinggi menjadi guru bagi siswa lain, dan siswa yang berpengetahu-an kurang mendapat guru dari teman sekelompoknya, sehingga diharapkan prestasi belajar siswa pada kelompok bawah dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lundgren dalam Ibrahim, 2005: 17 yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya. Demikian pula dengan siswa pada kelompok atas maupun tengah, diharapkan prestasi belajarnya juga dapat meningkat, karena dengan adanya siswa yang berpengetahuan lebih tinggi menjadi guru bagi siswa lain, maka yang berpengetahuan tinggi akan lebih bisa menguasai materi yang diberikan oleh guru, hal ini sesuai dengan pen-dapat Lie 2002: 43 yang mengatakan bahwa dengan mengajarkan apa yang seseorang baru dipelajari, dia akan lebih bisa menguasai atau menginternali-sasi pengetahuan dan ketrampilan barunya. Demikian pula teori Vigotsky yang menekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut-nya interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Kelebihan Model CPS sama seperti halnya kelebihan model-model pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah pada umumnya, Sanjaya 2006: 220-221 menyebutkan keunggulan-keunggulan tersebut antara lain: pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan; pemecahan masalah dapat 94 meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertang-gung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; melalui pemecahan masalah bisa memperlihat-kan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran termasuk matematika pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; pemecahan masalah bisa mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan penge-tahuan baru; pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata; dan pemecahan masalah dapat mengembangkan minat untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Hasil penelitian berkaitan dengan penggunaan model pemecahan masalah juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pemecahan masalah dapat memajukan siswa dari berbagai arah tujuan, antara lain hasil penelitian Hasbullah 2000, Jawahir 2004, Gani 2003, Sukasno 2002, Nurjanah 2006, Ratnasari 2005, dan Dewi 2006. Di sisi lain, adanya kemajuan teknologi di bidang komputer dengan berbagai program dan animasi, maka sangat sesuai bila komputer digunakan 95 sebagai salah satu komponen sumber pembelajaran. Dengan bantuan komputer konsep dan masalah materi pembelajaran yang sebelumnya hanya dituliskan dan digambarkan dalam buku maka selanjutnya dapat ditampil-kan dalam bentuk tayangan melalui media audio yang dikemas dalam CD interaktif. CD interaktif merupakan salah satu sumber belajar yang dirancang learning resources by design dan di dalamnya telah diinstal program yang disiapkan untuk tujuan pembelajaran tertentu, dan sebagai media mutahir berbasis komputer yang diyakini mampu menciptakan pembelajaran yang lebih ”hidup” dan melibatkan interaktifitas siswa. Jadi CD interaktif dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan media pembelajaran matematika yang cukup mudah dan efektif untuk laksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian tentang penggunaan komputerCD interaktif dalam pembela-jaran matematika antara lain hasil penelitian Kariadinata dalam Dwijanto, 2007, Nurdiyanti 2006, dan Nopianto 2006. Jadi berdasarkan kajian teori-teori yang telah disampaikan di atas dan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan, diharapkan model pembelajaran CPS berbantuan CD interaktif dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa, yang pada gilirannya dapat menjadikan pencapaian prestasi belajar matema-tika siswa lebih optimal termasuk sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika.

I. Hipotesis

Berdasarkan uraian landasan teori di atas, maka dapatlah diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 96 1. Aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran matematika dengan model CPS berbantuan CD interaktif berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. 2. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CPS berbantuan CD interaktif lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. 3. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa pada kelompok atas, tengah, dan bawah pada pembelajaran menggunakan model CPS berbantuan CD interaktif, dan lebih baik dibandingkan dengan kemampuan awal siswa masing-masing kelompok. 4. Aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran matematika dengan model CPS berbantuan CD interaktif berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. 5. Siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model CPS berbantuan CD interaktif dapat memenuhi ketuntasan belajar aktivitas, kemampuan pemecahan masalah, dan prestasi belajar. 97

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh pembelajaran matematika dengan model CPS berbantuan CD interaktif terhadap kemampuan pemecahan masalah dan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini kepada kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika dengan model CPS berbantuan CD interaktif dan kelas kontrol diberikan pembelajaran matematika dengan model konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental, karena disamping kelompok eksperimen, ada kelompok kontrol sebagai pembanding Arikunto, 2006: 86.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X reguler SMA Negeri 1 Semarang tahun pelajaran 20072008 yang terbagi menjadi 10 kelas paralel yaitu kelas X-1 sampai dengan X-10, yang secara umum berkemampuan sama, karena pembagian kelas yang dilakukan pada awal tahun pelajaran berdasarkan pada pemerataan nilai hasil ujian sekolah dan ujian nasional dari jenjang pendidikan sebelumnya. Ruang lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi trigonometri yang diajarkan di kelas X pada semester 2, dengan standar kompetensi, kempetensi dasar dan indikator seperti tercantum pada tabel 2.1. di Bab II sub A poin 5.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa

1 43 0

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING ( CPS ) BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MATERI KUBUS DAN BALOK

4 17 221

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN ARTIKEL ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA SISWA SMP

3 28 150

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 2 13

Keefektivan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan Media CD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VIII Materi Pokok Keliling dan Luas Lingkaran.

0 0 1

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan Maple II Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Muhamad Syazali

0 0 8

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII melalui penerapan model pembelajaran creative problem solving (CPS) berbasis kontekstual

1 0 6

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan

0 2 6