diminati dan bernilai ekonomis tinggi yaitu udang galah Macrobrachium rosenbergii de Man. Salah satu perbedaan morfologi udang galah adalah pada umur yang sama ukuran
tubuh udang jantan lebih besar daripada ukuran tubuh betina. Maka akan lebih
menguntungkan jika dilakukan budidaya udang galah jantan semua, sehingga biomass yang dihasilkan lebih besar dibandingkan budidaya udang galah betina saja atau campuran jantan
dan betina Balamurugan et al., 2004.
1.2 Perumusan Masalah
Secara alami produksi benih udang galah sebagian besar merupakan individu betina, dengan perbandingan 1 jantan : 3–6 betina. Pada umur sama, ukuran tubuh betina lebih
kecil dari individu jantan Murni, 2004. Hal tersebut menyebabkan biomass yang dihasilkan lebih kecil, sehingga apabila dibudidayakan maka produksi tidak maksimal.
Jika lingkungan budidaya sudah memenuhi syarat hidup dan pakan yang diberikan sudah mencukupi energi untuk pertumbuhan, maka budidaya monoseks jantan merupakan cara
untuk memaksimalkan produksi. Steroid yang strukturnya sama dengan testosteron, telah berhasil diekstrak dari
organ dalam tubuh jeroan teripang. Untuk lebih mengetahui efektivitasnya dalam sex reversal, perlu dicobakan pada komoditi perikanan yang banyak diminati, bernilai
ekonomis tinggi dan mempunyai rasio populasi jantan dengan betina yang significant yaitu udang galah.
Efektivitas sex reversal ditentukan oleh dosis, waktu dan metode pemberian hormon. Untuk itu dilakukan penelitian dalam rangka menentukan dosis, waktu dan
metode pemberian hormon testosteron yang tepat dari ekstrak jeroan teripang pada udang galah, serta mendeteksi konsentrasi testosteron dalam hemolymph, dan melihat efek–efek
negatif yang mungkin ditimbulkan setelah pemberian hormon. 1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sejauh mana hormon testosteron dari ekstrak jeroan teripang dapat meningkatkan jumlah udang galah jantan.
1.4 Perumusan Hipotesis Apabila pemberian hormon testosteron dari ekstrak jeroan teripang secara efektif
dapat mempengaruhi zigot dan larva berkembang menjadi jantan, maka jumlah udang galah jantan akan lebih banyak dibanding udang galah betina.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Biologi Udang Galah
Klasifikasi udang galah Macrobrachium rosenbergii de Man menurut Barnes 1987 adalah sebagai berikut; filum Arthropoda, kelas Crustacea, ordo Decapoda, famili
Palaemonidae, genus Macrobrachium, species Macrobrachium rosenbergii de Man. Ciri khusus udang galah yang berbeda dengan jenis udang lain adalah bentuk rostrum
panjang dan melengkung. Rostrum bagian atas terdapat 11–13 gerigi bagian bawah terdapat 8–14 gerigi. Bagian dada terdapat lima pasang kaki jalan periopoda, bagian
badan abdomen terdiri lima ruas masing–masing dilengkapi kaki renang pleiopoda. Perbedaan morfologi udang galah jantan dengan betina, terlihat dari bentuk badan, bentuk
dan ukuran kaki jalan kedua Gambar 1, serta letak alat kelamin Wichins and Lee, 2002.
Gambar 1. Perbedaan morfologi udang galah jantan dan betina. Siklus hidup udang galah secara alami memerlukan lingkungan tawar dan air payau,
tumbuh dan dewasa di perairan tawar sungai atau rawa yang berhubungan langsung dengan laut. Pada Gambar 2 terlihat bahwa udang galah muda juvenile beruaya ke air tawar,
selanjutnya menjadi dewasa dan matang gonad memijah di sungai atau danau. Induk betina yang telah memijah dan mengerami telur, selanjutnya kembali beruaya ke muara
sungai untuk melepas telurnya. Larva baru menetas segera mencari lingkungan hidup yang sesuai, yaitu air payau, untuk tumbuh menjadi pasca larva juvenile setelah melewati
perkembangan larva stadium I sampai XI. Setiap tahap perkembangan terjadi pergantian kulit yang diikuti perubahan struktur morfologis. Juvenile selanjutnya beruaya kembali ke
air tawar D’Abramo et al., 2001.
Jantan Betina
Gambar 2. Siklus hidup udang galah Murni, 2004. Jenis kelamin jantan dan betina udang galah terpisah secara nyata pada individu yang
berbeda diocious. Alat kelamin jantan petasma berfungsi untuk menyalurkan sperma ke alat kelamin betina thelicum yang berfungsi untuk menampung sperma sebelum terjadi
pembuahan. Telur yang keluar dari saluran telur oviduct selanjutnya dibuahi oleh sperma yang telah tersimpan. Pembuahan terjadi di luar tubuh external. Telur yang telah
dibuahi selanjutnya dierami induk betina sampai menetas Wichins and Lee, 2002. Fekunditas udang galah tergantung ukuran, umur dan ketersediaan makanan.
Semakin besar induk maka fekunditas semakin besar, dan jumlah telur berbanding konstan dengan bobot tubuh. Induk berbobot 50 g mampu menghasilkan telur antara 16.000–
25.000 butir Graziani et al., 2003, atau yang mempunyai panjang 14–20 cm mampu menghasilkan telur 14.000–69.000 butir Murni, 2004.
Gambar 3 menunjukkan perbedaan bentuk dan letak alat kelamin udang galah jantan dengan betina, apabila dilihat dari sisi lateral dan abdominal. Dari sisi lateral i, alat
kelamin jantan terlihat lebih menonjol dari alat kelamin betina. Dari sisi abdominal ii, terlihat alat kelamin jantan berbentuk bulat kecil agak memanjang dan terletak di antara
kaki jalan ke-4 dan ke-5. Alat kelamin betina berbentuk bulatan besar dan terletak di antara kaki jalan ke-3.
i ii
A
i ii
B Gambar 3. Alat kelamin udang galah dilihat dari sisi lateral i dan abdominal ii.
A: Petasma pada udang jantan terletak antara kaki jalan ke 4 dan 5, B: Thelicum pada udang betina terletak antara kaki jalan ke 3
Susilowati, 1996.
Kematangan gonad betina dicapai pada bobot tubuh 20 g, tetapi fekunditas terbaik untuk pembenihan dicapai pada bobot tubuh 40 g Mossolin and Bueno, 2002; Graziani et
al., 2003 dan panjang tubuh 18,1–22,9 cm Wichins and Lee, 2002. Berdasar hasil penelitian, pada panjang tubuh 15,5 cm telah dapat melakukan pemijahan Murni, 2004.
Kriteria tingkat kematangan gonad TKG udang galah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tahap awal a dan akhir b tingkat kematangan gonad TKG udang galah
Murni, 2004
No TKG
Keterangan 1
Ia
b Garis ovari kelihatan berwarna hijau kehitaman, selanjutnya
volume bertambah besar. Pada akhir stadia pertama garis ini sudah jelas dan terlihat memanjang pada bagian dorsal dari
cephalothorax
2
IIa
b Warna dan bentuk ovari semakin tebal dan jelas. Pada akhir
stadia kedua warna ovari tampak kuning dan bentuknya semakin melebar ke arah belakang rostrum.
3
IIIa
b Warna ovari kuning tua dan volumenya berkembang ke arah
samping cephalothorax. Di akhir stadia ke- 3 warna ovari dan organ eksternalnya telikurri menjadi merah oranye ,
spermatofor semakin berkembang dan siap memijah
4
IVa
b
Pada stadium ke-4 i n i sudah terjadi ovulasi. Warna dan bentuk gonad mengalami perubahan y a i t u warna semakin pucat dan
volumenya semakin mengecil yang ditandai adanya garis putus- putus dan tanda tersebut akan hilang dalam waktu dua hari
Pada kondisi budidaya, udang galah mengkonsumsi baik jasad hewan maupun tumbuhan seperti, cacing, moluska, krustase, daging dan organ dalam ikan, binatang lain,
biji–bijian, beras, gandum, daging kelapa, buah–buahan, dan pelet. Untuk mendeteksi pakan, udang galah dilengkapi dengan sepasang kaki jalan 1 dan 2. Pakan dideteksi dari
rambut sensor pada kedua pasang kaki jalannya Wichins and Lee, 2002. 2.2 Morfologi dan Pemanfaatan Teripang
Morfologi teripang pasir Holothuria scabra, Jaeger menurut Skewes et al.2004 adalah bulat panjang elongated cylindrical sepanjang sumbu oral–aboral. Mulut dan
anus terletak di ujung poros berlawanan, yaitu mulut di anterior dan anus di posterior. Di sekitar mulut teripang terdapat tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik dengan cepat.
Tentakel merupakan modifikasi kaki tabung yang berfungsi untuk menangkap pakan. Warna teripang berbeda–beda, yaitu putih, hitam, coklat kehijauan, kuning, abu–abu,
jingga, ungu, bahkan ada yang berpola garis. Teripang pasir mempunyai dorsal berwarna abu–abu kehitaman dengan bintik putih atau kuning Purwati, 2005, seperti yang terlihat
pada Gambar 4.
a b
Gambar 4. Teripang pasir Holothuria scabra, Jaeger di alam aSkewes et al., 2004, dan teripang pasir beku yang akan diekstrak b
Permukaan tubuh teripang tidak bersilia dan diselimuti lapisan kapur, yang ketebalannya dipengaruhi umur. Dari mulut membujur ke anus terdapat lima deret kaki
tabung ambulaceral, tiga deret kaki tabung berpenghisap trivium terdapat di perut berperan dalam pergerakan dan perlekatan. Dua deret kaki tabung terdapat di punggung
bivium sebagai alat respirasi. Di bawah lapisan kulit terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Di bawah lapisan otot terdapat rongga tubuh yang berisi
organ tubuh seperti gonad dan usus Barnes, 1987 dan Conand, 1990, seperti yang terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Organ tubuh teripang Conand, 1990 Menurut James et al. 1994 teripang pasir mempunya i panjang maksimal 40 cm dan
bobot saat kondisi hidup adalah 500 g, serta matang gonad saat usia 18 bulan. Ukuran saat matang gonad pertama diperkirakan 20 cm, dan usia teripang bisa mencapai 10 tahun.
Zat gizi yang terkandung dalam teripang antara lain protein 6,16, lemak 0,54, karbohidrat 6,41 dan kalsium 0,01 kondisi segar, kadar air 86,73, teripang kering
mempunyai kadar protein tinggi yaitu 82 dengan kandungan asam amino yang lengkap, dan asam lemak jenuh yang penting untuk kesehatan jantung. Selain itu teripang juga
mengandung phosphor, besi dan yodium, natrium, kalium, vitamin A dan B, thiamin, riboflavin dan niacin Wibowo dkk., 1997.
Menurut Wibowo dkk. 1997, teripang mengandung bahan bioaktif antioksidan yang berfungsi mengurangi kerusakan sel jaringan tubuh. Hasil penelitian Kaswandi dkk.
2000 menunjukkan bahwa ekstraksi komponen antibakteri dari teripang Holothuria vacabunda cukup efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Vibrio
damsela, Vibrio harveyi, Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio charcariae. Ekstrak teripang juga menunjukkan aktivitas antiprotozoa dan menghambat pertumbuhan sel tumor.
Pemanfaatan dan penelitian tentang teripang telah dimulai sejak lama. Etnis Cina
tercatat mengenal teripang sebagai makana n berkhasiat medis sejak dinasti Ming. Tubuh dan kulit teripang Stichopus japonicus banyak mengandung asam mukopolisakarida yang
bermanfaat untuk penyembuhan penyakit ginjal, anemia, diabetes, paru-paru basah, anti tumor, anti inflamasi, pencegahan penuaan jaringan tubuh dan mencegah arteriosclerosis,
sedangkan ekstrak murninya menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimisin dosis 6,25-25,00
µ gml Wibowo dkk., 1997.
Sampai saat ini, penelitian teripang yang sudah dilakukan masih terbatas pada teknik budidaya, daerah penyebaran dan ekologi, teknologi pengolahan Purwati, 2005, aktivitas
antibakteri Cucumaria frondosa Kaswandi dkk., 2000, aktivitas antijamur Holothuria tubolosa Lian et al., 2000, efek ekstrak ethanol Stichopus variegatus Semper Jamiah et
al., 2000, efek ekstrak methanol Holothuria atra dan Stichopus variegatus Ping et al., 2000, aktivitas serum amyloid A Holothuria glaberrina, struktur glikosida Stichopus
mollis, dan isolasi fucan sulphate Stichopus japonicus sebagai penghambat osteoclastogenesis Tan et al., 2000. Di lain pihak penelitian mengenai pemanfaatan bahan
aktif teripang pasir yang diyakini merupakan aprodisiaka steroid alami belum pernah dilakukan, karena baru sebatas pengalaman masyarakat pesisir indigenous knowledge.
2.3 Manipulasi Kelamin