saluran hemolymph. Akibatnya terjadi penurunan konsumsi oksigen dan udang sulit bernafas karena absorbsi oksigen dalam jaringan insang menjadi lebih kecil. Apabila hal
tersebut berlangsung lama dapat menyebabkan udang stress dan mati. Hari ke-11 setelah perlakuan sampai hari ke-60, jumlah juvenil yang mati cenderung
menurun. Hal tersebut karena air media pemeliharaan yang mengandung hormon dan pelarutnya telah diganti dengan air baru, sehingga udang menjadi sehat kembali. Kematian
yang terjadi setelah perlakuan, sebagian besar disebabkan oleh kanibalisme.
c. Pertumbuhan Juvenil
Pertambahan ukuran juvenil, baik pertambahan panjang maupun bobot tubuh per sepuluh hari pengambilan sampel pada masing–masing perlakuan relatif sama Tabel 19.
Tabel 19. Pertambahan panjang dan berat juvenil udang galah Perlakuan
Waktu sampling hari 1
10 20
30 40
50 60
Panjang tubuh A
11,67 15,17
17,17 25,50
26,93 33,30
34,37 B
12,50 16,00
18,00 26,10
27,63 33,73
34,73 C
12,00 15,23
18,27 26,43
27,33 31,60
33,40 D
12,00 15,23
17,33 26,13
27,17 33,80
34,97 E
11,50 15,20
18,30 23,17
26,20 33,20
35,03 Bobot tubuh mg
A 44,21
83,89 150,49
241,91 278,58
376,38 622,38
B 54,96
88,50 157,81
281,73 306,93
380,94 615,88
C 46,43
86,11 169,80
293,81 303,83
367,59 610,08
D 47,81
83,63 161,28
294,59 306,93
381,98 628,06
E 43,57
91,35 165,45
269,72 304,75
368,87 626,60
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan udang galah, selanjutnya dihitung rata–rata pertumbuhan hariannya ADG, hasil perhitungan
ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20. Rata–rata pertumbuhan harian ADG juvenil udang galah
Perlakuan Bobot tubuh mg ADG
A juvenil 1 : 44,21
tokolan : 622,38 juvenil 1 hari ke 45 – tokolan hari ke 105:
104,38
B
juvenil 1 : 54,96 tokolan : 615,88
juvenil 1hari ke 45 – tokolan hari ke 105:
103,95
C juvenil 1 : 46,43
tokolan : 610,08 juvenil 1hari ke 45 – tokolan hari ke 105:
104,25
D juvenil 1 : 47,81
juvenil 1hari ke 45 – tokolan hari ke 105:
tokolan : 628,06
104,25
E juvenil 1 : 43,57
tokolan : 626,60 juvenil 1hari ke 45 – tokolan hari ke 105:
104,42
Pada Tabel 20 terlihat bahwa hasil perhitungan ADG pada masing–masing perlakuan menunjukkan kisaran yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa hormon
steroid yang diberikan tidak mengganggu pertumbuhan. Seperti yang dinyatakan oleh Fulierton 1980 bahwa selain mempunyai sifat androgenik, testosteron ternyata
mempunyai sifat anabolik, yaitu dapat memacu pertumbuhan otot. Hal tersebut diduga mempengaruhi juvenil udang gala h pada perlakuan E menjadi tumbuh relatif lebih cepat.
d. Efek Negatif Akibat Pemberian Hormon
Pemberian hormon steroid dan pelarutnya ternyata berpengaruh terhadap tingginya mortalitas juvenil. Ditunjukkan dengan tingkat kematian yang mencapai 10 dari
populasi 1 hari setelah perlakuan, selanjutnya kematian terus menurun hingga mencapai 1. Kematian juvenil saat diberi perlakuan diduga disebabkan keberadaan hormon dan
pelarutnya di air, dan selanjutnya masuk ke dalam tubuh melalui insang. Menurut Conne ll and Miller 2006 toleransi avertebrata air terhadap senyawa organik sintetik terlarut sangat
rendah. Pada konsentrasi tertentu senyawa organik sintetik dapat menyebabkan terganggunya metabolisme dalam tubuh dan mengakibatkan kematian.
Jumlah juvenil cacat akibat perlakuan hanya ditemukan 1 ekor pada perlakuan E. Juvenil yang cacat memiliki tubuh yang bengkok baik saat berenang maupun berjalan.
Kelainan morfologis yang terjadi diduga merupakan efek dari hormon sintetis seperti yang terjadi pada penelitian I. Hal tersebut diduga karena informasi yang disandi dalam molekul
DNA dan diekspresikan lewat transkripsi serta translasi, pada urutan basanya mengalami kerusakan. Kerusakan pada urutan basa tersebut akan mengubah susunan asam amino
pada protein yang disintesis Murphy et al., 2001. Perubahan tersebut selanjutnya mengubah sel normal menjadi sel kanker Lu, 1995.
Juvenil hasil perendaman menggunakan 17a- metiltestosteron ukuran tubuhnya dalam satu populasi relatif tidak seragam. Begitu juga ukuran juvenil terbesar sampai terkecil
kisarannya cukup besar yaitu 1,3 cm sampai 3,7 cm, apabila dikelompokkan berdasarkan kesamaan panjang tubuh bisa 3 sampai 5 kelompok. Hal tersebut merupakan efek anabolik
dari hormon sintetis yang telah ditingkatkan beberapa kali lipat, sehingga efektivitasnya di
dalam tubuh udang menjadi lebih lama Fulierton, 1980. Konsentrasi hormon sintetis terlarut yang masuk ke dalam tubuh udang berbeda-beda, akibatnya udang yang
mengabsorbsi hormon dengan konsentrasi yang tinggi menjadi tumbuh jauh lebih cepat dari udang-udang yang lain.
e. Kualitas Air