Penelitian I a. Efektivitas Esktrak Steroid Teripang Untuk Memanipulasi Kelamin Udang Galah

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian I a.

Nisbah Kelamin Jantan Berdasarkan hasil identifikasi keberadaan appendix masculinus yang merupakan ciri kelamin sekunder pada individu jantan, memperlihatkan bahwa persentase jenis kelamin jantan secara umum lebih tinggi dibanding kontrol Tabel 4. Tabel 4. Persentase udang galah berkelamin jantan Perlakuan Ulangan Rataan 1 2 3 A 30,00 36,67 40,00 35,56 B 33,33 53,33 40,00 42,22 C 73,33 56,67 60,00 63,33 D 56,67 46,67 43,33 48,89 E 43,33 46,67 56,67 48,89 Keterangan : A : Tanpa hormon steroid kontrol negatif B : Ekstrak steroid teripang 5 mg1 kg induk C : Ekstrak steroid teripang 10 mg1 kg induk D : Ekstrak steroid teripang 15 mg1 kg induk E : Hormon 17 a Metiltestosteron 15 mg1 kg induk kontrol positif Hasil analisis data pada Tabel 4 dengan taraf kepercayaan 95, menunjukkan bahwa perlakuan memberi perbedaan yang nyata terhadap persentase udang galah jantan Lampiran 7a. Selanjutnya, untuk perlakuan-perlakuan yang memberikan perbedaan nyata dilanjutkan dengan analisis beda nyata terkecil BNT. Hasil analisis BNT menunjukkan bahwa perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan D, B dan A Lampiran 7b. Hasil analisis tersebut membuktikan bahwa ekstrak steroid teripang memberikan respons positif terhadap peningkatan persentase udang galah jantan. Persentase udang jantan hasil pemberian ekstrak steroid teripang 10 mgkg induk perlakuan C adalah 63,33. Hasil ini lebih tinggi dibanding pemberian 17a-metiltestosteron 15 mgkg induk perlakuan E, yaitu 48,89. Diduga penyuntikan ekstrak steroid teripang 10 mgkg induk merupakan dosis yang optimal dibanding perlakuan yang lain, sehingga dapat memberikan efek penjantanan yang maksimal dibanding perlakuan yang lain. Menurut Nakamura et al. 1998 pemberian hormon steroid dengan dosis yang rendah tidak akan mampu untuk membentuk populasi jantan secara maksimal, dan dapat menyebabkan terbentuknya individu interseks. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan efek kebalikan dari populasi yang diharapkan, dan terbentuknya individu steril. Untuk lebih jelasnya, peningkatan persentase udang jantan pada masing- masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Grafik persentase udang galah jantan Gambar 10 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak steroid teripang ataupun hormon 17a-metiltestosteron, menggunakan metode injeksi dapat meningkatkan persentase jantan pada udang uji, walaupun hasilnya belum mencapai 100 jantan. Steroid teripang dan 17a-metiltestosteron merupakan hormon androgenik, sehingga bertambahnya level testosteron dalam tubuh udang galah dapat mengarahkan terbentuknya kelamin jantan. Mekanisme kerja hormon melalui dua cara yaitu masuk ke dalam telur melalui aliran darah dan difusi saat proses vitelogenesis. Matty 1985 menyatakan bahwa kerja hormon tidak harus melalui pembuluh darah, tetapi dapat beraksi dengan cara difusi melalui membran sel di sekitar tempat hormon beredar menuju ke organ target dan berinteraksi langsung dengan reseptor pada juctaposed cell. Penyuntikan hormon menyebabkan konsentrasi testosteron dalam tubuh induk tinggi, sehingga berpengaruh terhadap proses steroidogenesis selama vitelogenesis. Sintesis testosteron yang cukup tinggi oleh enzim 17ß-hydroxysteroid-dehydrogenase 17ß-HSD dalam lapisan teka pada folikel telur, selanjutnya masuk dalam lapisan granulose. Walaupun dalam lapisan granulose testosteron diubah menjadi estradiol-17ß oleh enzim aromatase Arukwe and Goksøyr, 2003, diduga sebagian testosteron tidak tersintesis karena konsentrasinya sangat tinggi serta produksi enzim aromatase terbatas Tchoudakova and Callard, 1998. Selain itu, fungsi utama estradiol-17ß adalah memacu hipotalamus untuk memproduksi GnrH, selanjutnya GnrH ya ng dihasilkan bekerja untuk merangsang hipofisa 35.56 42.22 63.33 48.89 48.89 10 20 30 40 50 60 70 A B C D E Perlakuan Persentase jantan dalam memproduksi gonadotropin. Gonadotropin berperan dalam proses biosintesis estradiol-17ß pada lapisan granulose. Apabila gonadotropin telah cukup untuk mematangkan gonad, maka estradiol-17ß memacu hipotalamus untuk memproduksi gonadotropin releasing inhibitor faktor GnRIF Quackenbush, 1991. Oleh karena itu, kebutuhan produksi estradiol-17ß semakin kecil setelah matang gonad, sehingga tidak semua testosteron disintesis oleh 17ß-HSD. Testosteron yang tidak disintesis selanjutnya masuk ke dalam telur, dan tertimbun dalam kuning telur bersama komponen yang lain lipovitelin dan phosvitin. Penimbunan testosteron dalam telur, direspons oleh kelenjar androgenik udang yang terbentuk setelah telur terbuahi dan menetas menjadi larva dengan mengarahkan perkembangan kelamin menjadi jantan secara fenotipe Ferezou et al., 1978 in Laufer and Landau, 1991. Hal tersebut menyebabkan peningkatan jumlah jantan fenotipe pada udang galah yang saat fase telur diberi perlakuan ekstrak steroid teripang dan hormon 17a- metiltestosteron. Selanjutnya untuk membuktikan apakah perlakuan E memberikan pengaruh berbeda nyata dari kontrol, maka dilakukan uji t dengan taraf kepercayaan 95. Hasil uji t membuktikan bahwa 17a- metiltestosteron tidak berbeda nyata dibanding kontrol negatif, terhadap peningkatan jumlah jantan fenotipe Lampiran 7c.

b. Fekunditas