sel insang. Komponen terlarut yang kontak dengan sel insang masuk melewati mukosa, selanjutnya masuk dalam tubuh dan didistribusikan ke jaringan target Darmono, 2001.
Tubuh udang tertutup oleh kutikula keras dari bahan kitin Wichins and Lee, 2002, sehingga penetrasi hormon melalui kulit hanya sedikit. Sebaliknya saat udang molting
absorbsi relatif besar, karena setelah kutikula lepas selanjutnya tubuh udang membesar disertai absorbsi air sampai akhirnya terbentuk lapisan kutikula baru yang keras Chang,
1991. Namun saat perlakua n dipping tidak ada juvenil yang molting, sehingga absorbsi hormon yang melalui kulit relatif kecil.
Testosteron merupakan steroid yang mudah mengalami metabolisme secara cepat setelah absorbsi atau inaktivasi secara cepat dalam saluran cerna sebelum absorbsi
Fulierton, 1980. Hal tersebut menyebabkan hormon yang masuk melalui saluran cerna sebagian terakumulasi dalam hepatopankreas dan selanjutnya mengalami metabolisme,
sebagian diabsorbsi melalui lumen usus untuk dibawa menuju ke organ target. Pada Penelitian II yang dianalisis menggunakan uji t adalah perlakuan A dan E, dan
terbukti bahwa perlakuan E memberikan pengaruh berbeda nyata dibanding perlakuan A kontrol Lampiran 14c. Antiporda 1986 menyatakan bahwa steroid alami lebih efektif
penga ruhnya terhadap organ target dibanding steroid sintetis, apabila diberikan melalui suntikan. Hasil perlakuan pada masing- masing penelitian menunjukkan bahwa persentase
udang jantan tertinggi pada penelitian II hanya 50,45 sedangkan pada penelitian I adalah 63,33. Hasil tersebut membuktikan bahwa efektivitas metode dipping lebih rendah
dibanding metode injeksi.
b. Derajat Hidup
Rataan persentase juvenil udang galah yang hidup pada masing–masing perlakuan selama penelitian kurang lebih 70, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Persentase juvenil yang hidup per sepuluh hari selama 60 hari
Perlakuan Waktu pengambilan sampel hari ke-
10 20
30 40
50 60
A 89,44
80,56 75,56
71,67 71,11
70,00 B
89,44 80,00
76,67 73,89
72,78 72,22
C 90,56
82,78 81,67
81,11 80,00
78,89 D
91,11 82,78
79,44 76,11
74,44 73,33
E 92,78
87,22 83,89
81,67 81,11
78,89
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa kisaran persentase kehidupan juvenil udang galah pada hari ke-60 adalah 65 perlakuan B sampai 86,67 perlakuan E.
Tabel 18. Derajat hidup udang galah selama 60 hari
Perlakuan Ulangan
Rerata 1
2 3
A
66,67 66,67
76,67 70,00
B
75,00 76,67
65,00 72,22
C
81,67 85,00
68,33 78,33
D
80,00 73,33
66,67 73,33
E
71,67 78,33
86,67 78,89
Hasil sidik ragam membuktikan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup juvenil Lampiran 15a. Untuk mengetahui apakah kontrol positif
perlakuan E berpengaruh nyata dibanding kontrol negatif perlakuan A, maka dilakukan uji t Lampiran 15b. Hasil uji t membuktikan, perlakuan E dan A tidak berbeda nyata.
Persentase juvenil yang hidup sampai akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 18.
20 40
60 80
100
10 20
30 40
50 60
Waktu Hari Rataan jumlah juvenil
A B
C D
E
Gambar 18. Grafik rataan persentase juvenil hidup selama 60 hari Gambar 18 menunjukkan kematian juvenil banyak terjadi pada hari ke-1 sampai hari
ke-10. Menurut Connell and Miller 2006 masuknya zat kimia terlarut seperti bahan sintetis dan logam berat dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah mitokondria.
Semakin tinggi zat kimia terlarut dalam air, jumlah mitokondria dalam sel semakin menurun dan krista dalam mitokondria semakin menghilang. Padahal mitokondria
merupakan bagian sel yang mempunyai aktivitas metabolisme tinggi dan berperan dalam mengatur transportasi ion Na
+
, K
+
serta metabolisme protein. Akibatnya ketika zat kimia masuk melalui insang, menyebabkan jaringan mengalami nekrosis pada bagian distal
lamela insang. Sejumlah besar hemosit mengumpul dalam lamela, sehingga membendung
saluran hemolymph. Akibatnya terjadi penurunan konsumsi oksigen dan udang sulit bernafas karena absorbsi oksigen dalam jaringan insang menjadi lebih kecil. Apabila hal
tersebut berlangsung lama dapat menyebabkan udang stress dan mati. Hari ke-11 setelah perlakuan sampai hari ke-60, jumlah juvenil yang mati cenderung
menurun. Hal tersebut karena air media pemeliharaan yang mengandung hormon dan pelarutnya telah diganti dengan air baru, sehingga udang menjadi sehat kembali. Kematian
yang terjadi setelah perlakuan, sebagian besar disebabkan oleh kanibalisme.
c. Pertumbuhan Juvenil