c. Derajat Pengeraman
Persentase jumlah telur udang galah yang dierami pada perlakuan A sampai E menunjukkan kisaran dari 95,90 perlakuan E hingga 99,78 perlakuan B Tabel 6.
Tabel 6. Derajat pengeraman telur udang galah
Perlakuan Ulangan
Rataan 1
2 3
A
99,26 99,52
98,88 99,22
B
98,39 99,78
98,93 99,00
C
99,73 98,67
99,04 99,15
D
98,84 99,17
98,93 98,98
E
95,90 97,69
96,46 96,68
Hasil analisis sidik ragam perlakuan A, B, C dan D menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada derajat pengeraman telur udang galah Lampiran 9a, walaupun
pada masing–masing perlakuan relatif tinggi seperti yang ditampilkan pada Gambar 12.
99,22 99
99,15 98,98
96,68
95 95,5
96 96,5
97 97,5
98 98,5
99 99,5
A B
C D
E
Perlakuan Derajat Pengeraman
Gambar 12. Grafik rataan derajat pengeraman telur udang galah Selanjutnya untuk mengetahui apakah perlakuan E kontrol positif memberikan
pengaruh berbeda nyata dibanding perlakuan A kontrol negatif, maka dilakukan uji t Lampiran 9b. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa perlakuan E memberikan pengaruh
nyata terhadap rendahnya jumlah telur yang dierami dibanding perlakuan A. Pemberian hormon 17a-metiltestosteron menyebabkan jumlah telur yang tidak
terbuahi lebih tinggi dibanding pemberian ekstrak steroid teripang, walaupun kisarannya masih di atas 90. Diduga telur telah mengalami penurunan kualitas saat masih dalam
gonad induk. Telur yang tidak terbuahi langsung rontok setelah proses pembuahan, sehingga hanya telur–telur yang terbuahi saja yang melekat di kaki renang induk dierami
sampai proses penetasan.
Tabel 7 menunjukkan perbedaan morfologi telur yang terbuahi dan tidak terbuahi. Telur yang terbuahi mempunyai bulatan lebih sempurna dan korion yang masih utuh serta
tidak mengkerut, sedangkan telur yang tidak terbuahi bulatannya sudah tidak sempurna karena mengalami pengkerutan dengan korion telah mengalami kerusakan. Warna
kemerahan menunjukkan bahwa sel telur telah mati. Tabel 7. Telur udang galah yang terbuahi dan tidak terbuahi
Gambar Keterangan
Telur udang galah yang terbuahi. Ukuran Telur:
Sumbu panjang mm : 0,53 0,46 – 0,59 Sumbu pendek mm : 0,48 0,42 – 0,58
Berat mg
: 0,30 Warna
: kuning muda Telur udang galah yang tidak terbuahi.
Ukuran Telur: Sumbu panjang mm : 0,49 0,46 – 0,56
Sumbu pendek mm : 0,45 0,42 – 0,50 Berat mg
: 0,28 Warna
: kuning kemerahan
Relatif tingginya telur yang tidak dierami pada pemberian hormon 17a-metiltestosteron dibanding kontrol dan pemberian ekstrak steroid teripang, diduga terkait dengan terjadinya
hypercalcemia yaitu kelebihan kalsium dalam hemolymph. Sukendi 2003 menyatakan bahwa injeksi hormon sintetis me nyebabkan terjadinya pengikatan kalsium dari komponen
vitelogenin terfosforilasi sehingga konsentrasi dalam darah dan hati meningkat. Kalsium dalam hemolymph selanjutnya masuk ke dalam telur bersama vitelogenin,
selanjutnya disintesis dalam endoplasmic reticulum menjadi phosphatidylserine yang kemudian mengasosiasi protein kinase terkait dengan pembentukan cangkang telur Dygas,
2003. Semakin tinggi kalsium menyebabkan lapisan telur lebih tebal dan keras, sehingga elastisitasnya berkurang, akibatnya spermatozoa kesulitan melewati mikrofil. Pada
akhirnya, telur akan mati karena tidak ada sperma yang membuahi.
d. Derajat Penetasan hatching rate