19
pada bobot masing- masing simpul. Berdasarkan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Rawa
buaya. Sedangkan berdasarkan bobot jarak, lokasi optimal terletak pada Kelurahan Cengkareng barat.
2.3 Kerangka Penelitian
Pembangunan wilayah merupakan suatu perubahan ke arah positif untuk kemajuan dalam suatu wilayah. Pembangunan wilayah pada hakikatnya adalah
pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayahregion yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial region tersebut seperti Sumberdaya Alam SDA,
Sumberdaya Manusia SDM dan kondisi sosial ekonomi. Dalam suatu wilayah terdapat penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata
dan adanya kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi, maka sering terjadi ketimpangan- ketimpangan dalam pembangunan, seperti ketimpangan pertumbuhan, pendapatan,
pengangguran, kemudahan pelayanan, investasi dan sebagainya. Untuk mengurangi ketimpangan tersebut maka pengembangan wilayah menghendaki adanya penataan
lokasi agar tercapai efisiensi dan optimalisasi bagi suatu kegiatan ekonomi maupun pelayanan sosial. Sasaran utama dari perencanaan pembangunan wilayah pada
dasarnya adalah untuk menghasilkan penggunaan terbaik. Yang dapat dikelompokkan atas tiga sasaran umum, seperti i efisiensi dan produktifitas, ii pemerataan
keadilan dan aksesibilitas masyarakat, dan iii keberlanjutan. Kesehatan memegang peranan penting bagi setiap individu dalam menentukan
kualitas hidup disamping faktor lain seperti pendidikan. Selain itu dengan kesehatan pula akan menentukan peluang kerja dan akhirnya akan berpengaruh pada
pendapatan. Variabel- variabel tersebut merupakan efek lanjutan dari status kesehatan yang baik. Untuk mencapai status kesehatan yang baik di suatu wilayah, maka salah
satu upaya yang diperlukan adalah dengan penataan terhadap fasilitas kesehatan. Kota Bogor dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 855.085 jiwa
termasuk kedalam kriteria kota besar dengan kriteria jumlah penduduk 500.000- 1.000.000 jiwa Dinas PU Propinsi Jawa Barat, 1990. Kota Bogor yang terbagi
20
menjadi 6 kecamatan, memiliki demand yang cukup besar dalam penyediaan fasilitas pelayanan, seperti fasilitas kesehatan.
Saat ini pemerintah Kota Bogor memiliki berbagai permasalahan dalam penataan fasilitas kesehatannya. Hal yang paling mendasar adalah tidak meratanya
fasilitas kesehatan di setiap kecamatan Kota Bogor. Walaupun bila dilihat dari segi kuantitas fasilitas kesehatan dasar maupun rujukan di Kota Bogor sudah memadai
untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dilihat dari kepadatan penduduk di Kota Bogor cenderung mengelompok di pusat kota atau Kecamatan Bogor Tengah,
hal ini dikarenakan Kecamatan Bogor Tengah merupakan pusat kegiatanpelayanan sosial-ekonomijasa dan perkantoranpemerintahan Kota Bogor. Walaupun
Kecamatan Bogor Tengah ini mempunyai luas wilayah yang paling kecil dari kecamatan lain 8,13 km
2
. Sedangkan Kecamatan yang cukup luas wilayahnya seperti Bogor Selatan dan Tanah Sareal masih minim dalam hal fasilitas
kesehatannya. Selain itu, Kota Bogor sampai saat ini belum memiliki Rumah Sakit rujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibawah otoritas pemerintah
daerah. Rumah Sakit rujukan diserahkan kepada Rumah Sakit swasta. Dari permasalahan diatas untuk mencapai penataan fasilitas kesehatan yang
efisien dan optimal bisa dilakukan dengan mengetahui penyebaran fasilitas kesehatan setiap kecamatan Kota Bogo r terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk mengetahui
kecamatan mana yang memiliki hirarki fasilitas kesehatan yang lengkap dan kurang lengkap. Metode skalogram bisa digunakan untuk menganalisis ini karena bisa
memberikan hasil terhadap hirarki fasilitas kesehatan Kota Bogor. Selanjutnya analisis dilakukan secara deskriptif terhadap fasilitas kesehatan pada standar
kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan khususnya pada Rumah Sakit dan Puskesmas. Hal ini untuk melihat sejauh mana daya layan dari fasilitas kesehatan
tersebut. Analisis deskriptif ini merupakan analisis dari segi non-lokasi untuk lebih mempertajam dalam penelitian. Mengingat Kota Bogor yang berencana untuk
membangun Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW nya, agar tercapai lokasi yang optimal dalam pelayanan perlu
dicari lokasi yang optimal.
21
Dalam RTRW Kota Bogor 1999-2009, Rumah Sakit Umum Daerah RSUD direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal dengan luas
1,47334 Ha. Dengan metode P-Median, bisa dilihat apakah lokasi tersebut telah mencapai lokasi optimal atau belum. Selain itu pula metode ini dapat menunjukkan
lokasi optimal RSUD bila lokasi tersebut belum optimal. Kemudian dari hasil analisis skalogram dilakukan analisis kebutuhan fasilitas kesehatan pada kecamatan yang
memiliki skor terendah dalam hirarki fasilitas kesehatan, yaitu Kecamatan Tanah Sareal. Dengan berbagai pertimbangan seperti wilayah yang cukup luas dan melihat
kebutuhan akan Puskesmas pembantu Pustu cukup besar maka ditentukan pula lokasi optimal Puskesmas pembantu Pustu di Kecamatan Tanah Sareal. Selain itu,
berdasarkan usulan Sarasehan Pembangunan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal tahun 2007 memang direncanakan untuk pembangunan Pustu.
Dari uraian diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam mencapai suatu penataan fasilitas kesehatan yang efisien dan optimal selain memperhatikan
ketersediaan dan lokasi optimal fasilitas kesehatan, juga perlu memperhatikan faktor non- lokasi seperti daya layan suatu fasilitas kesehatan baik dari segi fisik maupun
Sumber Daya Manusia SDM tenaga kesehatan.
22
Kerangka Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Penataan Fasilitas Kesehatan Kecamatan di Kota Bogor Dalam Pembangunan Wilayah
Pembangunan Wilayah
Penataan
Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Kesehatan Kota Bogor
Analisis Penyebaran
Analisis Deskriptif Fasilitas Kesehatan
Analisis Penataan Fasilitas
Kesehatan Kota Bogor
Penentuan Lokasi Optimal RSUD
Kota bogor Metode Skalogram
Metode P-Median Analisis Standar
kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan
RS dan Puskesmas Luas Wilayah
Kecamatan Jumlah Penduduk
Jarak antar simpul yang terpilih
Kurang merata Fasilitas Kesehatan
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Kebutuhan Fasilitas
kesehatan Usulan
Sarembang
Penentuan Lokasi Optimal Pustu
Belum adanya RSUD sebagai RS
rujukan SDA
SDM Kondisi sosial
ekonomi
Pembangunan Kesehatan Kualitas individu,
Peluang kerja, Pendapatan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian