Analisis Deskriptif Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Kota Bogor Keterkaitan antara Usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun

67

7.6 Analisis Deskriptif Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Kota Bogor

Pada saat ini di Kota Bogor belum terdapat Rumah Sakit Umum Daerah RSUD sehingga pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan oleh rumah sakit swasta. Untuk melihat efisiensi pengelolaan Rumah Sakit terlihat pada tabel berikut. Hal ini juga bisa dipergunakan untuk mengetahui kebutuhan Rumah Sakit di Kota Bogor. Apakah mencukupi atau belum mencukupi dalam pelayanannya bagi masyarakat Tabel 25. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit di Kota Bogor Tahun 2005 Sumber: Laporan Rumah Sakit, Tahun 2005 Bila dilihat pada tabel diatas, rumah sakit swasta yang ada di Kota Bogor secara umum belum berada pada wilayah efisien BOR, TOI, LOS, BTO. Secara umum Rumah Sakit yang ada di kota Bogor seluruhnya belum mencapai kinerja yang baik berdasarkan indikator-indikator yang tertera pada tabel. Bila dilihat dari BOR tampaknya Kota Bogor belum memerlukan tambahan Rumah Sakit baru, karena rata- rata hunian semua Rumah Sakit masih 56,2 persen. Sedangkan untuk Rumah Sakit Marzoeki Mahdi tidak dapat dinilai berhubung adanya perubahan status dari Rumah Sakit Jiwa ke Rumah Sakit Umum, sehingga indikator-indikator tidak dapat dipakai. No Rumah Sakit Jml TT Jml Hari Perawa tan Jml hari lama dirawat BOR N=60- 80 LOS N=6- 9 TOI N=1- 3 BTO N=40- 50 GDR N=45 1000 NDR N=2 51000 1 Salak 183 44.964 33.964 75.85 3.12 1.31 0.04 0.02 0.04 2 Islam 37 5.898 6.158 2.55 2.55 3.98 59.87 0.02 0.01 3 Azra 109 21.039 20.852 63.5 4.0 2.3 4.8 1.7 1.2 4 PMI 262 72.033 77.852 73.5 4.2 1.3 70.1 5.2 2.8 5 Karya Bakti 196 37.974 38.112 53.08 4.19 3.69 46 13 10 6 Hermina 43 6.940 7.175 44.2 3.11 3.81 53 0.83 0.43 7 BMC 54 9.765 12.980 49.54 4.04 2.41 66.92 2.4 1.12 892 28.373 56.2 3.60 2.68 3.31 2.2 1 Marzoeki Mahdi 641 189.294 80.90 49 9 7.95 3.75 1.08 68

7.7 Analisis Penentuan Lokasi Optimal Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota Bogor

Kota Bogor layaknya kota-kota satelit lainnya seperti Depok, Tanggerang dan Bekasi yang berfungsi sebagai Counter Magnet Metropolitan Jakarta. Kota Bogor memerlukan dukungan infrastruktur dan fasilitas sosial yang memadai guna menjadikan Kota Bogor ideal sebagai Hint erland Ibukota. Kebijakan RTRW Jawa Barat Perda No.2 Tahun 2003 yang memfungsikan Kota Bogor sebagai Kawasan Andalan dengan kegiatan utama industri, pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia. Sejak diberlakukannya Perda No.1 Tahun 2000 tentang RTRW tahun 1999-2009 terdapat beberapa perubahan-perubahan kebijakan, diantaranya perubahan visi Kota Bogor dari sebelumnya “Kota dalam Taman Menuju Kota Internasional” menjadi “ Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan yang Amanah”. Rencana Pe ngembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor Tahun 1999-2009 memuat tentang rencana penyediaan fasilitas kesehatan di Kota Bogor sampai tahun 2009 yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari tingkat lingkungan sampai tingkat kota, meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dari fasilitas yang ada dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan sebagai berikut : a. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibawah otoritas pemerintah daerah maka perlu diadakan Rumah Sakit Umum Daerah RSUD, yang direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal dengan luas 1,47334 Ha. b. Poliklinik dengan skala pelayanan 1.600 jiwa sebagai penunjang fasilitas kesehatan pada tingkat lingkungan, perlu penambahan sebanyak sebanyak 58 unit. c. Praktek Dokter dengan skala pelayanan 5.000 jiwa sebagai penunjang fasilitas kesehatan pada tingkat lingkungan, perlu penambahan sebanyak 46 unit. d. Apotik dengan skala pelayanan 10.000 jiwa, penambahan sebanyak 48 unit. 69 e. Pengembangan fasilitas kesehatan lainnya seperti posyandu, puskesmas harus sesuai dengan standar kebutuhan yang berlaku dan ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan peruntukkannya. f. Memindahkan fasilitas kesehatan yang berada pada lokasi bukan peruntukkannya ke lokasi yang sesuai. g. Rehabilitasi gedung fasilitas kesehatan yang sudah rusak berat yang masih sesuai dengan peruntukkan. Sampai sejauh ini, Kota Bogor belum memiliki pelayanan Rumah sakit dibawah otoritas pemerintah daerah dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah RSUD. Seperti tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor RTRW tahun 1999-2009 akan direncanakan tentang pengadaan RSUD bagi Kota Bogor. Hal ini bukan tanpa sebab, pengadaan RSUD Kota Bogor bisa dikarenakan beberapa faktor, antara lain karena Kota Bogor masih mengandalkan pelayanan kesehatan rujukan pada Rumah sakit swasta. Hal ini bisa sangat memberatkan bagi masyarakat kurang mampu atau masyarakat miskin. Selain itu terdapat beberapa permasalahan dengan fasilitas kesehatan swasta, seperti belum seluruh fasilitas kesehatan swasta menerapkan standar mutu pelayanan, belum adanya peraturan daerah tentang pola pengaturan fasilitas kesehatan swasta di Kota Bogor. Oleh karena itu pengadaan RSUD Kota Bogor menjadi perlu,melihat beberapa faktor diatas dan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan oleh pemerintah daerah pada masyarakat. Walaupun melihat standar kebutuhan dan analisis efisiensi pengelolaan rumah sakit Kota Bogor menunjukan bahwa Kota Bogor belum memerlukan rumah sakit baru. Akan tetapi sebagai bahan antisipasi dan alternatif dalam meningkatkan dan pemerataan pelayanan kesehatan di Kota Bogor RSUD bisa dijadikan sebagai solusi. Permasalahannya dimana lokasi yang tepat untuk pengadaan RSUD Kota Bogor. Lokasi yang tepat dari suatu fasilitas pelayanan merupakan suatu jaminan bagi terwujudnya efisiensi, baik teknis maupun ekonomis dan pelayanan yang baik Alifah, 2005. Keputusan lokasi yang optimal sangatlah sulit, karena banyaknya pertimbangan dan sering terjadi konflik kepentingan antara kelompok masyarakat. 70

7.7.1 Analisis Penentuan Lokasi Optimal RSUD Kota Bogor dengan Analisis P-Median

Untuk mencari alternatif yang paling baik bagi penentuan lokasi optimal dari sebuah RSUD maka digunakan program komputer Java Applets P-Median Problem sebagai alat analisis. Pada prinsipnya penggunaan ini bertujuan untuk meminimalkan jarak yang akan ditempuh berdasarkan pada bobot masing- masing simpul. Pada penelitian ini pemilihan lokasi didasarkan pada lokasi pusat kota-kota satelit dari tiap kecamatan Kota Bogor yang tercantum dalam Rencana Pengembangan Sistem Perwilayahan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bogor. Berdasarkan asumsi bahwa pusat kota-kota satelit tersebut merupakan pusat pelayanan seperti pelayanan sosial dan pusat pemerintahan. Adapun alternatif lokasi yang ditunjuk sebagai lokasi optimal RSUD Kota Bogor adalah masing-masing ibukota atau kantor kecamatan dengan fungsinya sebagai berikut : a. Kecamatan Bogor Tengah sebagai Pusat Kota Satelit, Fungsi utamanya sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa ditunjang oleh kegiatan perkantoranpemerintahan, permukiman dan obyek wisata. b. Kecamatan Bogor Selatan sebagai Kota Satelit I, Fungsi utamanya sebagai pusat kegiatan permukiman yang ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan jasa serta merupakan daerah konservasi. c. Kecamatan Bogor Barat sebagai Kota Satelit II, Fungsi utamanya sebagai kegiatan permukiman yang ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan jasa serta merupakan daerah obyek wisata dan daerah konservasi. d. Kecamatan Tanah Sareal sebagai Kota Satelit III, Fungsi utamanya sebagai kegiatan perkantoranpemerintahan yang ditunjang oleh kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa. e. Kecamatan Bogor Utara sebagai Kota Satelit IV, Fungsi utamanya sebagai kegiatan industri non-polutan, yang ditunjang oleh kegiatan permukiman serta perdagangan dan jasa. 71 f. Kecamatan Bogor Timur sebagai Kota Satelit V, Fungsi utamanya sebagi kegiatan permukiman yang ditunjangoleh kegiatan industri non-polutan serta perdagangan dan jasa.

7.7.2 Faktor Jarak

Pengertian jarak dalam studi ini mengikuti pengertian lokasi relatif, yaitu posisi yang berkenaan dengan posisi lain. Dalam studi kasus ini jarak yang dilihat adalah jarak antar lokasi yang terdapat disetiap kecamatan. Satuan jarak yang dipakai adalah km, sedangkan simpulnya adalah ibukota kecamatan. Asumsi dalam faktor jarak ini hanya mencakup jarak dari ibukota kecamatan dengan aksesibilitas penduduk disekitar atau diwilayah yang terkait.

7.7.3 Faktor Bobot

Pengukuran dari nilai suatu simpul tertentu akan sangat mempengaruhi hasil dari pengolahan dan sangat tergantung pada masalah analisa. Pada penelitian ini faktor bobot yang dilihat sebagai berikut: 1. Jumlah Penduduk Asumsi jumlah penduduk dari tiap kecamatan dapat mewakili suatu lokasi. Sehingga dengan semakin besar jumlah penduduk maka bobot suatu wilayah akan semakin besar pula dan terkait dengan keberadaan suatu RSUD untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. 2. Luas Wilayah Luas wilayah yang memadai dianggap merupakan syarat bagi pembangunan RSUD dan akan disesuaikan dengan hasil yang akan diperoleh dengan Metode Analisis P-Median. 7.7.4 Hasil Analisis P-Median 7.7.4.1 Dengan Bobot Jumlah Penduduk Berdasarkan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat 72 dari hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kecamatan Bogor Tengah melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 402,0 dan nilai lower bound 402,0 lampiran 5. Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemuk an. Karena pertimbangan lokasi yang telah memiliki fasilitas lengkap dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kecamatan Bogor Barat.

7.7.4.2 Dengan Bobot Luas Wilayah

Berdasarkan bobot Luas Wilayah, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat dari hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kecamatan Bogor Tengah melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 424,0 dan nilai lower bound 424,0 lampiran 6. Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah memiliki fasilitas lengkap dan luas wilayah yang sempit maka dicarikan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kecamatan Tanah Sareal.

7.7.4.3 Dengan Bobot Sama, Pengaruh Jarak

Berdasarkan bobot sama pengaruh jarak, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat dari hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kecamatan Bogor Tengah melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 22,0 dan nilai lower bound 22,0 lampiran 7. Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi 73 kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah memiliki fasilitas lengkap dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kecamatan Tanah Sareal.

7.7.4.4 Hubungan antara Hasil Analisis P-Median dan Skalogram

Penentuan lokasi optimal Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota Bogor dengan metode P-Median adalah memilih lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dari berbagai daerah sekitar dengan meminimalkan jarak tempuh. Semakin minimal jarak tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi tersebut, maka oleh program akan dipilih suatu lokasi yang paling optimal dan efisien. Metode Skalogram mencoba mengetahui hirarki wilayah berdasarkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Dengan menggabungkan kedua hasil analisis tersebut, maka akan didapat kesimpulan dari hasil analisis Skalogram didapatkan bahwa kecamatan yang memiliki hirarki fasilitas kesehatan yang terendah adalah Kecamatan Tanah Sareal. Dengan berbagai pertimbangan pengadaan RSUD maka dianalisis lokasi optimal dengan metode P-Median. Hasil analisis menunjukan bahwa lokasi optimal RSUD Kota Bogor adalah Kecamatan Bogor Tengah dan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi adalah Kecamatan Tanah Sareal. Analisis ini merupakan analisis dengan bobot jumlah penduduk dan bobot sama pengaruh jarak. Sedangkan dengan bobot luas wilayah alternatif lokasi adalah Kecamatan Bogor Barat. Hasil yang optimal adalah dengan menempatkan RSUD di Kecamatan Tanah Sareal mengingat kecamatan tersebut memiliki skoring terendah dalam hiraki fasilitas kesehatan di Kota Bogor. 7.7.5 Analisis Penentuan Lokasi Optimal Puskesmas Pembantu Kecamatan Tanah Sareal dengan Analisis P-Median Berdasarkan hasil analisis penyebaran dan hirarki fasilitas kesehatan kecamatan di Kota Bogor, menunjukan bahwa Kecamatan Tanah Sareal merupakan Kecamatan yang menempati peringkat terakhir dalam ketersediaan fasilitas kesehatan 74 di Kota Bogor. Dengan alasan tersebut, maka perencanaan penataan fasilitas kesehatan sangat diperlukan. Salah satunya dengan pengadaan puskesmas pembantu. Puskesmas di Kecamatan Tanah Sareal sudah memadai namun untuk puskesmas pembantu yang berfungsi untuk menjangkau penduduk yang jauh dari suatu puskesmas induk dan juga dikarenakan wilayah yang luas dari Tanah Sareal maka pengadaan puskesmas pembantu menjadi suatu kebutuhan. Perencanaan Puskesmas pembantu Pustu menurut Dinas Kesehatan Kota Bogor telah masuk dalam usulan hasil Sarembang Sarasehan Pembangunan Kecamatan Tanah Sareal tahun 2007. Perencanaan Puskesmas berawal dari usulan Sarembang tingkat Kelurahan yang biasanya dilakukan setiap bulan Februari. Setelah itu dibawa ke Sarembang Kecamatan dan Kota untuk membahas kebutuhan Pustu. Setelah disetujui oleh DPRD kemudian diserahkan ke Dinas yang terkait yakni Dinas Kesehatan. Untuk selanjutnya disinkronisasi dengan adanya Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Setelah itu ditindak lanjuti dengan Kebijakan Umum Anggaran KUA lalu setelah disetujui oleh DPRD maka dibuat Rencana Kerja Anggaran RKA dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA oleh Dinas Kesehatan. Perencanaan Puskesmas pembantu Pustu di Kecamatan Ta nah Sareal berdasarkan usulan hasil Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2007 menetapkan Pustu pada Kelurahan Sukaresmi dan Kencana. Alasan perencanaan lokasi Pustu di kelurahan tersebut menurut Dinas Kesehatan adalah adanya usulan masyarakat dalam Sarembang, upaya mendekatkan lokasi dan ketersediaan lokasi. Hal yang sering menjadi permasalahan dalam penentuan lokasi Pustu adalah status tanah, letak dari lokasi yang direncanakan, apakah strategis atau tidak dan ketersediaan Sumberdaya Manusia SDM dalam hal ini tenaga ahli kesehatan. Puskesmas pembantu Pustu mencakup beberapa kelurahan yang mempunyai jarak yang cukup jauh dari puskesmas induk. Cakupan sebuah Pustu yang meliputi beberapa kelurahan di Kecamatan Tanah Sareal dapat dilihat dalam tabel. 75 Tabel 26. Puskesmas, Pustu dan Kelurahan di Kecamatan Tanah Sareal No Puskesmas Puskesmas Pembantu Kelurahan 1 Tanah Sareal Tanah Sareal 2 Pondok Rumput Kebon Pedes 3 Kedung Badak Kedung Waringin Kedung Badak Kedung Jaya Kedung Waringin 4 Kayu Manis Kayu Manis Cibadak Kencana 5 Mekar Wangi Mekar Wangi Suka Resmi Suka Damai Mekar Wangi Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2004 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Tanah Sareal yang memiliki wilayah yang cukup luas, hanya memiliki 2 Pukesmas pembantu Pustu dengan 11 kelurahan. Hal ini menandakan bahwa keberadaan puskesmas pembantu di Kecamatan Tanah Sareal memang merupakan kebutuhan, mengingat jumlah kelurahan yang cukup banyak dan wilayah yang cukup luas. sampai tahun 2005 Kecamatan Tanah Sareal hanya mempunyai 2 Puskesmas pembantu yang menjangkau 6 kelurahan. Sementara kelurahan yang tidak tercakup oleh 2 Pustu itu mengandalkan pada pelayanan Puskesmas induk. Faktor jarak yang digunakan adalah jarak antar kelurahan yakni antar kantor kelurahan. Dengan asumsi bahwa kantor kelurahan merupakan pusat pelayanan sosial dan pusat pemerintahan. Bobot yang digunakan adalah bobot jumlah penduduk, luas wilayah dan bobot sama pengaruh jarak. 76 Hasil Analisis P-Median 7.7.5.1 Dengan Bobot Jumlah Penduduk Berdasarkan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Suka Damai . Hal ini terlihat dari hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kelurahan Suka Damai melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 157,0 dan nilai lower bound 157,0 lampiran 9.. Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah dicakup oleh puskesmas pembantu dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kelurahan Kayu Manis.

7.7.5.2 Dengan Bobot Luas Wilayah

Berdasarkan bobot Luas Wilayah, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Suka Damai. Hal ini terlihat dari hasil olahan program komputer yang menunjuk an bahwa Kelurahan Suka Damai melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 188,0 dan nilai lower bound 188,0 lampiran.10. Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah dicakup oleh puskesmas pembantu dan luas wilayah yang sempit maka dicarikan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kelurahan Kayu Manis.

7.7.5.3 Dengan Bobot Sama, Pengaruh Jarak

Berdasarkan bobot sama pengaruh jarak, hasil perhitungan program menunjukkan bahwa lokasi optimal pada Kelurahan Suka Damai. Hal ini terlihat dari 77 hasil olahan program komputer yang menunjukan bahwa Kelurahan Suka Damai melalui satu kali iterasi dengan nilai upper bound 18,0 dan nilai lower bound 18,0 lampiran 11. Nilai upper bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terburuk dari skenario sedangkan nilai lower bound menunjukan nilai estimasi kemungkinan terbaik dari skenario. Karenanya nilainya sama, menurut program ini solusi optimal dari permasalahan telah ditemukan. Karena pertimbangan lokasi yang telah me miliki fasilitas lengkap dan kepadatan penduduk maka dicarikan alternatif lokasi lain dengan asumsi 2 lokasi. Untuk hasil lokasi optimal kedua adalah Kelurahan Kayu Manis.

7.8 Keterkaitan antara Usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun

2007 dari Usulan masyarakat dan Dinas Kesehatan dengan Hasil Sarembang Tingkat Kota Oleh Pemda dan Hasil Analisis P-median Hasil usulan Sarembang tentang kebutuhan fasilitas kesehatan di Kecamatan Tanah Sareal di tingkat Kota, memutuskan untuk meloloskan pembangunan Puskesmas di Kelurahan Cibadak. Sementara dari usulan Sarembang dari masyarakat dan Dinas Kesehatan mengajukan Puskesmas pembantu Pustu di Kelurahan Sukaresmi dan Kencana. Dalam penetapan prioritas untuk meloloskan suatu kebutuhan fasilitas di Sarembang tingkat Kota hanya memilih 1 prioritas, sedangkan di tingkat kelurahan hanya boleh mengusulkan 3 prioritas. Penetapan prioritas pembangunan Puskesmas di Kelurahan Cibadak mungkin merupakan prioritas yang diutamakan oleh pemda. Dilihat dari kebutuhan akan Puskesmas pembantu menurut Dinas Kesehatan cukup besar mengingat target yang seharusnya dicapai atau standar kebutuhannya adalah 1 kelurahan mempunyai 1 Pustu. Hal ini menimbulkan ketidaksinkronan dalam permintaan atau kebutuhan masyarakat akan suatu fasilitas kesehatan puskesmas. Sementara Hasil analisis P-median untuk menetapkan lokasi Puskesmas pembantu Pustu Kecamatan Tanah Sareal adalah Kelurahan Sukadamai dan sebagai asumsi alternatif 2 lokasi adalah Kelurahan Kayu Manis. Hal ini tidak sesuai dengan hasil usulan Sarembang Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2007 yang menetapkan 78 Kelurahan Sukaresmi dan Kencana dalam rencana penetapan Pustu. Hal ini bisa disebabkan karena analisis P- median melihat lokasi optimal ditengah wilayah tersebut. Padahal dalam kondisi riil, kebutuhan Pustu lebih diarahkan pada Kelurahan Sukaresmi dan Kencana yang notabene merupakan keluarahan yang letaknya jauh dan tidak strategis. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari analisis P- median itu sendiri.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis skalogram terhadap fasilitas kesehatan kecamatan Kota Bogor dapat disimpulkan bahwa setiap kecamatan di Kota Bogor tidak ada yang memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap. Kecamatan dengan jumlah total jenis unit fasilitas kesehatan terlengkap adalah Kecamatan Bogor Barat dengan 175 unit, sedangkan Kecamatan Tanah Sareal menempati peringkat terakhir dalam hirarki fasilitas kesehatan ini dengan 55 unit. 2. Menurut hasil skalogram, wilayah yang memiliki peringkat jumlah fasilitas pelayanan lebih tinggi atau sama bila dibandingkan dengan peringkat jumlah penduduk tentu akan lebih mudah untuk melayani penduduk yang membutuhkan pelayanan. Kecamatan yang termasuk kategori ini adalah Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Kota Bogor sebesar 190.421 jiwa, telah memiliki fasilitas kesehatan yang mencukupi untuk melayani masyarakatnya. Wilayah yang memiliki peringkat jumlah fasilitas pelayanan lebih rendah dari pada peringkat jumlah penduduk adalah Kecamatan Bogor Selatan dan Tanah Sareal. Kecamatan yang juga memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak seperti Bogor Selatan 166.745 jiwa dan Tanah Sareal 158.187 jiwa belum memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani masyarakatnya. 3. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap standar kebutuhan fasilitas kesehatan dalam Revisi RTRW Kota Bogor 2002-2012, kebutuhan fasilitas kesehatan sampai tahun 2012 di Kota Bogor secara umum terus mengalami kenaikan. Kecamatan-kecamata n yang bisa dikatakan cukup memadai dalam kuantitas fasilitas kesehatannya adalah Bogor Barat, Bogor Utara dan Bogor Tengah. Sementara kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemerataan fasilitas kesehatan adalah Kecamatan Tanah Sareal, Bogor selatan dan Bogor Timur.