III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sengaja dengan pertimbangan bahwa
Kota Bogor merupakan kota yang pembangunan wilayahnya sedang berkembang di Jawa Barat dan merupakan pintu gerbang Jawa Barat menuju ibu kota DKI Jakarta
sehingga merupakan jalur strategis dan akan berpengaruh terhadap pembangunan wilayahnya. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari-Maret 2007.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di tingkat kecamatan. Penelitian di tingkat kecamatan ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang fasilitas kesehatan untuk mencari
pelayanan dari fasilitas kesehatan secara optimal. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan beberapa staf Dinas kesehatan, Bapeda, arsip daerah dan instansi-
instansi terkait lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti, Bapeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Badan Pusat Statistik pusat di
Jakarta, Dinas kesehatan, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DLLAJ Kota Bogor.
3.3 Metode Analisis Data 3.3.1 Metode Skalogram
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan peringkat pemukiman atau wilayah dan kelembagaan atau fasilitas pelayanan. Metode ini memberikan hirarki
yang lebih tinggi kepada pusat pertumbuhan dan pelayanan yang memiliki jumlah unit sarana dan prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode skalogram lebih
menekankan kriteria kualitatif dibandingkan kriteria yang menyangkut derajat fungsi sarana dan prasarana pembangunan. Distribusi penduduk dan luas jangkauan
pelayanan sarana dan prasarana pembangunan secara spesial tidak dipertimbangkan
24
secara spesifik. Tetapi metode ini dapat memberikan informasi tentang hirarki pusat- pusat pelayanan yang disebabkan oleh penyebaran sarana dan prasarana
pembangunan yang terdapat dalam wilayah tersebut Afrianto, 2000. Tahapan- tahapan metode skalogram, misalnya akan disusun hirarki peringkat kecamatan-
kecamatan dalam suatu kabupaten, adalah sebagai berikut : 1.
Kecamatan-kecamatan disusun urutannya berdasarkan peringkat jumlah penduduk.
2. Kemudian kecamatan-kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan
jumlah jenis fasilitas yang ada pada wilayah tersebut. 3.
Fasilitas-fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah wilayah yang memiliki jenis fasilitas tersebut.
4. Peringkat jenis fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah total unit
fasilitas. 5.
Yang terakhir, peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang dimiliki oleh masing- masing wilayah tersebut.
Penelitian ini memakai analisis skalogram karena metode ini dapat mengetahui hirarki wilayah dengan cepat berdasarkan fasilitas pelayanan yang
tersedia. Metode skalogram ini mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan metode skalogram ini antara lain dapat digunakan untuk :
1. Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas
pelayanan. 2.
Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah. 3.
Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan.
4. Memperlihatkan hirarki pemukiman atau wilayah.
5. Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan
memantaunya. Kelemahan dari metode skalogram ini, yaitu :
1. Hasil akhir dipengaruhi oleh pemilihan indikator sarana dan prasarana
pembangunan yang diamati,
25
2. Tidak memberikan informasi tentang ukuran, kondisi dan kualitas pelayanan
prasarana dan sarana pembangunan, 3.
Tidak mencakup faktor lokasi tata ruang, 4.
Hasil perhitungannya kasar.
3.3.2 Metode P-Median Algoritma
Dasar metode P- median Algoritma adalah teorema yang dikembangkan oleh Hakimi 1964 dalam Rushton 1979 menyatakan bahwa titik optimum dari suatu
jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak-jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpulan jaringan tersebut.
Untuk persoalan meminimumkan jarak rata-rata, teorema Hakimi masih mampu memecahkan persoalan yang ada dengan lokasi dari simpul-simpul pada jaringan.
Dengan memperhitungkan simpul-simpul yang dilayani sebagai lokasi potensial untuk pusat pelayanan.
Penentuan lokasi dan alokasi untuk meminumkan jarak dapat ditunjukkan oleh rumus berikut :
Meminimumkan Z = ∑
∑ aij wi dij
Dimana : Z = Sekian Y km, yang maknanya adalah semua Y dari semua simpul dengan sekian
km untuk mencapai pusat pelayanan. a
ij
= 1, jika simpul dilayani i lebih dekat ke simpul pelayanan j dari pada ke simpul pelayanan lainnya, selain dari itu = 0
w
i
= 1 bobot dari simpul yang dilayani i d
ij
= jarak terpendek antara simpul yang dilayani idan j Perhitungan P-Median ini diselesaikan dengan menggunakan program
komputer Java Applet P-Median Problem, karena program ini dapat digunakan untuk analisa dengan sejumlah besar simpul. Program komputer ini akan menandai solusi
terbaik node dengan warna hijau. Sedangkan untuk hasil-hasil yang dipertimbangkan under consideration dari iterasi- iterasi tertentu akan ditandai dengan lingkaran
merah pada node Kurniawan, 2006.
26
Dalam kasus satu dimensi garis lurus penentuan lokasi optimal, fungsi objektif dapat dirumuskan sebagai berikut :
Minimum Z = ∑
|Pi – X| M isalkan 0-10 ada jarak antar kantor kecamatan asumsi lokasi pusat pelayanan
kesehatan, titik iterasi adalah 5 untuk X maka didapat nilai sebagai berikut : Z=|1-5| + |3-5| + |4-5| + |6-5| + |10-5| = 13
Jika titik iterasi adalah 4 untuk X maka didapat nilai sebagai berikut : Z=|1-4| + |3-4| + |4-4| + |6-4| + |10-4| = 12
Jika titik iterasi adalah 6 untuk X maka didapat nilai sebagai berikut : Z=|1-6| + |3-6| + |4-6| + |6-6| + |10-6| = 14
Titik Pelayanan A
B C
D E
| |
| |
| |
| |
| |
| 1
2 3
4 5
6 7
8 9 10
Koordinat Nilai Lokasi Gambar 2. Lokasi Optimal Satu Dimensi Garis Lurus
Jika ia berpindah ke lokasi 6, kemudian sebuah titik koordinat kurang dari 5 lokasi sebelumnya adalah x masing- masing akan menyumbangkan satu unit
peningkatan terhadap nilai fungsi objektif. Terdapat tiga macam titik dalam kasus ini jadi penambahannya terjadi 3 unit. Sebaliknya, semua titik dengan koordinat lebih
besar 6 akan memberikan masing- masing satu unit penurunan terhadap fungsi. Terdapat dua macam titik, jadi penurunnya terhadap nilai fungsi sebesar dua unit.
Efek keuntungan perpindahan lokasi x dari 5 ke 6 adalah sebuah peningkatan nilai fungsi objektif dari 13 ke 14 unit. Alternatifnya, sebuah perpindahan x dari posisi 5
ke 4 akan menyebabkan penurunan masing- masing satu unit untuk tiga titik pertama dan peningkatan masing- masing satu unit dua titik.
27
Dalam metode P-Median ada 2 buah faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor lokasi jarak antara simpul-simpul dan faktor bobot simpul yang akan dianalisis.
Penggunaan P-Median dimaksudkan karena metode ini dapat mengkombinasikan 2 buah faktor dalam analisis sehingga menghasilkan solusi terbaik yang diinginkan. Ini
memungkinkan kita dapat melihat optimasi suatu lokasi tidak dari sisi satu aspek saja, melainkan beberapa aspek. Disamping itu, penentuan faktor jarak dan bobot
tergantung pada 3 hal yaitu : 1.
Masalah apa yang sedang diselidiki 2.
Kelengkapan data yang diperlukan 3.
Pertimbangan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki Adapun yang dimaksud dengan faktor jarak dan bobot dapat dijelaskan
sebagai berikut : a.
Faktor Jarak Pengertian jarak dalam studi kasus ini erat kaitannya dengan lokasi suatu
tempat dalam ruang. Ada 2 pengertian mengenai lokasi, yaitu : 1.
Lokasi absolut, yaitu posisi yang erat kaitannya dengan suatu sistem jaringan konvensional atau dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur astronomis.
Pada dasarnya lokasi yang demikian tidak berubah letaknya dan satuan jarak yang umumnya diapaki ialah mil, km, dan m, misalnya alamat perusahaan X.
2. Lokasi relatif, ialah posisi yang dinyatakan dalam bentuk jarak atau
diidentikkan dengan salah satu faktor lain. Misalnya kota X terletak 100 km dari kota Y atau kota X terletak 3 jam perjalanan mobil dari kota Y.
Disamping itu, lokasi relatif dapat pula dinyatakan dalam bentuk karcis bus atau kereta api.
b. Faktor Bobot Pengukuran massa dari suatu simpul tertentu sangat tergantung pada masalah
yang sedang diteliti. Bobot tersebut dapat berbentuk sebagai jumlah penduduk suatu kota, jumlah komoditi suatu daerah, jumlah tenaga kerja, pendapatan daerah,
besarnya modal yang ditanam, jumlah keluarga, jumlah kendaraan, jumlah tempat tidur di rumah sakit dan lain- lain.
28
Data yang diperlukan untuk analisa dengan metode P-Median dengan program komputer Java Applets P-Median Problem ini adalah data sekunder yang terdiri dari :
a. Data Jarak Sesuai dengan program yang digunakan, maka data jarak yang dibutuhkan adalah
jarak dari setiap calon pusat ke simpul lain yang jaraknya lebih kecil dari batasan jarak maksima l implisit yang ditentukan.
b. Data Bobot Bobot simpul ditentukan oleh besarnya kebutuhan pelayanan. Pengukuran bobot
dari suatu simpul tertentu sangat tergantung pada masalahnya yang sedang diselidiki. Dalam penelitian ini bobot yang akan dipakai adalah jumlah penduduk dan luas
wilayah. c. Jumlah Pusat-pusat yang Dipilih
Jumlah pusat ditentukan oleh jumlah seluruh kebutuhan pusat pelayanan. Dalam studi kasus Kota Bogor ini jumlah pusat pelayanan ditentukan oleh simpul yang
dijadikan alternatif pemilihan fasilitas kesehatan Kota Bogor.
3.3.3 Analisis Deskriptif Fasilitas Kesehatan
Analisis deskriptif fasilitas kesehatan dilakukan dengan kajian literatur dengan mengumpulkan data dan informasi tentang data-data fasilitas kesehatan,
standar kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan fasilitas kesehatan di Kota Bogor. Dari kajian literatur tersebut akan didapatkan fasilitas kesehatan mana
yang sudah optimal dan yang belum optimal dari segi non-lokasi dalam pelayanan kesehatan.
3.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis hanya menganalisis aspek spasial dari fasilitas kesehatan Kota Bogor dengan menekankan pada variabel bobot jumlah
penduduk, bobot luas pemukiman dan bobot sama dalam pengaruh jarak serta analisis pada aspek non-spasial pada standar kebutuhan dan pelayanan fasilitas kesehatannya.
Dalam penelitian, lebih difokuskan pada Rumah Sakit dan Puskesmas dikarenakan
29
permasalahan yang terjadi lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kedua fasilitas tersebut. Dan kedua fasilitas tersebut cukup penting dan lebih
jamak digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan. Keterbatasan penelitian : 1 Penelitian tidak menganalisis faktor- faktor lain
diluar variabel bobot jumlah pendud uk bobot luas pemukiman dan bobot sama dalam pengaruh jarak. Seperti aspek kepuasan terhadap fasilitas kesehatan. 2 Program P-
Median memiliki kelemahan statis, yaitu tidak berpengaruh terhadap perkembangan waktu, faktor lain diluar faktor yang ditekankan dalam penelitian tidak dapat
digunakan dalam program ini sehingga hasil analisis berdasarkan masing- masing faktor terdapat kemungkinan berbeda. 3 Dalam penentuan simpul-simpul dalam
analisis P-Median memakai kantor kecamatan sebagai simpul dalam penentuan lokasi optimal RSUD Kota Bogor dan memakai kantor kelurahan dalam penentuan lokasi
optimal Puskesmas pembantu Pustu Kecamatan Tanah Sareal dengan asumsi kantor kecamatan dan kantor kelurahan berfungsi pula sebagai pusat pelayanan. 4 Untuk
mendukung analisis penyebaran fasilitas kesehatan dan analisis P-Median tentang lokasi optimal RSUD Kota Bogor dan Puskesmas Pembantu Pustu, penelitian tidak
menggunakan analisis selain analisis terhadap standar kebutuhan fasilitas kesehatan, mutu pelayanan, efisiensi pengelolaan dari Rumah sakit dan Puskesmas. 5 Dalam
analisis penyebaran fasilitas kesehatan dengan metode skalogram, tidak memakai Posyandu dengan alasan kuantitas yang sangat memadai di Kota Bogor dan bisa
mempengaruhi hasil perhitungan dengan signifikan. 6 Dalam penentuan lokasi optimal Puskesmas pembantu Pustu Kecamatan Tanah Sareal memakai data tahun
2004 dikarenakan keterbatasan data yang didapat.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Kota Bogor
Wilayah Kota Bogor meliputi areal seluas 118,50 km
2
dibagi atas enam kecamatan yang terdiri dari kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Utara,
Bogor Tengah, Bogor Barat dan Tanah Sareal. Secara geografis wilayah administrasi Kota Bogor terletak pada koordinat 106
°
43`30” BT, 106
°
51’00” BT dan 6
°
36`30’30” LS- 6
°
41’00” LS. Serta mempunyai ketinggian rat-rata minimal 190 m dan maksimal 350 m dengan jarak ± 60 km dari Kota Jakarta. Terdiri dari 6 kecamatan 68
kelurahan, yang berbatasan dengan : a.
Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja.
b. Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dan
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor c.
Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
d. Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor.
4.1.1 Kondisi Topografi
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0-15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30 persen. Jenis tanah hampir dalam
seluruh wilayah adalah lotosil cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tektur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap
erosi. Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 0 sd 350 m diatas permukaan laut
dengan kemiringan lereng berkisar antara kelompok 0 - 2 adalah datar yaitu dengan luas 1.763,94 Ha, 2 – 5 adalah landai yaitu dengan luas 8.091,27 Ha, 15 –