11
C. PRODUK PANGAN DARI BEKATUL
Terdapat hubungan yang kuat antara jenis pangan yang dikonsumsi dengan kesehatan tubuh seseorang. Salah satu contohnya adalah konsumsi
lemak khususnya asam lemak jenuh yang terlalu banyak, tetapi sebaliknya konsumsi serat, sayuran, dan buah yang rendah dapat mengakibatkan penyakit
jantung dan kanker. Saat ini pengetahuan tentang peranan berbagai komponen pangan pada pencegahan dan pengobatan penyakit tertentu, yang disebut
dengan komponen bioaktif pangan, telah berkembang sedemikian pesatnya. Seiring dengan hal tersebut, teknologi-termasuk bioteknologi dan rekayasa
genetik-telah menciptakan penemuan sains, inovasi produk dan produksi massal. Pengembangan ini menghasilkan bertambah besarnya jumlah produk
yang berpotensi bagi kesehatan, yang disebut dengan pangan fungsional. Istilah pangan fungsional ditujukan bagi makanan yang dapat melindungi dan
mengobati penyakit Goldberg, 1994. Bekatul memiliki kandungan zat gizi yang cukup tinggi dan ditambah
dengan komponen bioaktif oryzanol menjadikan bekatul sebagai bahan baku yang berpotensi untuk dijadikan pangan fungsional. Oleh karena itu para
peneliti merekomendasikan untuk mengembangkan produk pangan dari bekatul awet yang memiliki palatibilitas tinggi Damardjati et al., 1987.
Secara khusus juga direkomendasikan untuk memanfaatkan minyak bekatul di dalam bahan pangan karena adanya kandungan tokoferol dan oryzanol
McCaskill dan Zhang, 1999. Selama ini bekatul padi sebagai hasil samping penggilingan padi
bersifat limbah dan dimanfaatkan sebagai makanan ternak pakan dengan nilai ekonomi yang rendah. Sebenarnya bekatul padi dapat dipakai sebagai
bahan baku industri farmasi dan makanan manusia. Dengan penemuan lembaga Eykman Jakarta, bekatul padi dapat diekstrak untuk sumber vitamin
B. Untuk makanan manusia, bekatul padi dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit, kue dan minuman fungsional. Penggunaan bekatul
secara komersial di luar negeri baru pada pengekstrakan bekatul untuk minyak goreng dan bahan pembuatan sabun Tangenjaya, 1991.
12 Pemanfaatan bekatul yang telah diawetkan dengan ekstruder sebagai
makanan sarapan sereal dilaporkan oleh Damardjati dan Luh 1986. Tepung beras : bekatul dari perbandingan 90 : 10 sampai dengan 30 : 70 dicampur lalu
diekstrusi pada kadar air 21. Hasilnya berbentuk ekstrudat yang terbagi dua yaitu irregular round untuk kadar bekatul sedang 10-30 dan oblonglong
rectangular untuk kadar bekatul tinggi 50-70. Peningkatan penambahan
bekatul sampai 30 akan menurunkan viskositas awal, indeks penyerapan air, sebaliknya meningkatkan indeks kelarutan air dan densitas kamba.
Substitusi bekatul padi 15 pada terigu dilaporkan memberikan hasil yang optimal terhadap penerimaan cookies dan roti manis metode dough
sponge dan straight dough. Substitusi ini meningkatkan kandungan serat
pangan hemiselulosa, selulosa, dan lignin dan niasin pada produk Muchtadi et al
., 1995. Substitusi tepung bekatul padi varietas IR 64 terhadap tepung terigu atau tepung beras pada bolu kukus memberikan penerimaan yang baik
dengan substitusi hingga 45 sedangkan besar substitusi pada risoles, nagasari, dan cucur masing-masing sebesar 55 Damayanthi et al., 2001.
Terdapat lebih dari 100 perusahaan yang menjual atau mengembangkan produk pangan fungsional dan lebih dari 70 produk tersebut berupa
minuman. Penyebaran kandungan dalam berbagai pangan fungsional yang potensial adalah serat pangan 40, kalsium 20, oligosakarida 20,
bakteri asam laktat 10 dan bahan lain 10 Goldberg, 1994. Kebanyakan pangan fungsional dikembangkan dalam bentuk minuman,
seperti Fibe Min yang merupakan minuman ringan terlaris di Jepang produksi Otsuka Pharmaceuticals. Minuman ini mengandung suplemen serat pangan,
mineral, dan vitamin. Bekatul sebagai sumber serat dan vitamin yang cukup baik dapat dikembangkan sebagai minuman fungsional yang dapat
memberikan efek fisiologis bagi tubuh. Pangan, termasuk minuman fungsional didefinisikan sebagai suatu
makanan atau minuman yang dimodifikasi dengan ditambahkan satu atau lebih komponen bahan alami. Minuman fungsional, dapat menguntungkan
kesehatan di samping adanya zat-zat nutrisi, dan secara tidak langsung berfungsi dalam pencegahan dan pengobatan penyakit Goldberg, 1994.
13 Departemen Kesehatan Jepang telah mengidentifikasi minimal terdapat 12
komponen yang dipertimbangkan dapat meningkatkan kesehatan, yaitu serat kasar makanan, oligosakarida, gula alkohol, asam amino, peptida dan protein,
glikosida, alkohol, isoprenoid, vitamin, kolin, bakteri asam laktat, mineral, PUFA Poly Unsaturated Fatty Acid, fitokimia, dan antioksidan Goldberg,
1994. Suatu produk dapat dikategorikan dalam kelompok pangan fungsional
bila berupa pangan dan dikonsumsi sebagai bahan pangan sehari-hari, mempunyai fungsi tertentu saat dicerna atau selama proses metabolisme di
dalam tubuh dan mengandung komponen bioaktif. Suatu produk pangan fungsional juga harus memiliki 3 fungsi dasar yaitu : 1 sensorik warna dan
penampilan menarik, serta citarasa enak; 2 nutrisional bernilai gizi tinggi; dan 3 fisiologis dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi
tubuh. Fungsi fisiologis tersebut meliputi pencegahan timbulnya penyakit, peningkatan daya tahan tubuh, pengatur kondisi ritme fisik tubuh, perlambatan
proses aging, dan penyembuhan kembali Goldberg, 1994. Menurut Hilliam 2000, pemasaran produk pangan fungsional memiliki
kecepatan pertumbuhan sebesar 15-20 per tahun. Hal tersebut didukung oleh semakin banyaknya masyarakat yang tertarik akan pangan fungsional.
Menurut Milner 2000, hal tersebut dikarenakan biaya kesehatan makin mahal, banyaknya penemuan-penemuan oleh ilmuwan di bidang pangan dan
kesehatan yang menarik, serta adanya perundang-undangan yang melindungi dan mengatur tentang penggunaan makanan sehat.
D. SUSU SKIM