Uji Organoleptik Penampakan Fisik

82 Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari grafik pada Gambar 15, dapat ditentukan persamaan penurunan mutu sebagai berikut : ln k = -13278.5 1T + 37.62 Apabila suhu distribusi produk diasumsikan adalah 27 O C 293 O K, maka : ln k = - 6.6366 k = 0.00131 unit mutu per hari Diasumsikan titik kritis produk akan dicapai pada saat produk mendapatkan skor = 4, yaitu ketika off flavor mulai tercium secara nyata, sehingga total unit mutu produk sampai kadaluarsa = ln7 – ln4 = 0.559615 unit mutu. Dengan demikian, dapat ditentukan perkiraan umur simpan berdasarkan parameter aroma adalah : Perkiraan umur simpan = = 424.74 hari Jadi produk memiliki umur simpan sekitar 14.25 bulan apabila disimpan pada suhu 27 O C. Off flavor yang terbentuk sebagaimana halnya juga warna, juga disebabkan oleh terbentuknya produk-produk hasil reaksi Maillard. Seperti yang disebutkan oleh Syarief dan Halid 1993, bahwa reaksi Maillard juga menimbulkan perubahan citarasa, baik yang diinginkan maupun tidak. Uji Anova dan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa interaksi suhu dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai aroma secara organoleptik. Interaksi suhu penyimpanan 55 O C dan waktu H-24 serta suhu 55 O C H-18 berlanjut atau berbeda nyata dengan interaksi suhu dan waktu lainnya seperti diperlihatkan pada Lampiran 37.

3. Uji Organoleptik Penampakan Fisik

Data hasil organoleptik dan perhitungan pendugaan umur simpan untuk penampakan fisik dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 35. Berdasarkan Lampiran 35 dapat dilihat bahwa nilai korelasi ordo satu 0.559615 unit mutu 0.00131 unit mutu hari 83 lebih besar daripada ordo nol, maka persamaan Arrhenius dari ordo satu yang akan digunakan untuk pendugaan umur simpan berdasarkan parameter ini. Dengan melakukan perhitungan kemiringan persamaan regresi antara nilai ln rata-rata uji skoring dan waktu pengujian pada tiga tingkat suhu, didapat nilai k atau konstanta penurunan mutu produk seperti yang terlihat pada Tabel 22. Tabel 22 . Nilai k dan ln k pada tiga suhu penyimpanan Suhu penyimpanan O C k ln k T O K 1T 35 0.0009 -7.0131 308 0.003247 45 0.0127 -4.3661 318 0.003145 55 0.0381 -3.2675 328 0.003049 k = konstanta laju penurunan mutu T = suhu Kelvin Dengan memplotkan kebalikan suhu mutlak 1T terhadap ln k, didapatkan grafik seperti pada Gambar 16. y = -18990.3x + 54.88 R 2 = 0.9766 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0.003 0.0031 0.0032 0.0033 1T ln k ln k Linear ln k Gambar 16 . Grafik hubungan ln k uji organoleptik penampakan fisik dengan suhu 1T 84 Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari grafik pada Gambar 16 dapat ditentukan persamaan penurunan mutu sebagai berikut : ln k = -18990.3 1T + 54.88 Apabila suhu distribusi produk diasumsikan adalah 27 O C 293 O K, maka : ln k = - 8.4210 k = 2.2 x 10 -4 unit mutu per hari Diasumsikan titik kritis produk akan dicapai pada saat produk mendapatkan skor = 5, yaitu penampakan fisik mulai terlihat menggumapal secara nyata dan berbeda terhadap kontrol, sehingga total unit mutu produk sampai kadaluarsa = ln7 – ln5 = 0.336472 unit mutu. Dengan demikian, dapat ditentukan perkiraan umur simpan berdasarkan parameter penampakan fisik adalah : Perkiraan umur simpan = = 1528.06 hari Jadi produk memiliki umur simpan sekitar 50.94 bulan apabila disimpan pada suhu 27 O C. Berdasarkan uji Anova dan uji lanjut Duncan pada Lampiran 38, interaksi suhu dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai penampakan fisik secara organoleptik. Perubahan penampakan fisik menjadi menggumpal diduga disebabkan oleh terdenaturasinya protein pada produk. Produk ini mengandung protein dalam jumlah yang cukup tinggi. Menurut Winarno 2004, apabila protein dipanaskan, maka protein akan menggumpal. Selain itu, penggumpalan akibat pengikatan uap air juga dapat terjadi. Umur simpan produk minuman ini berbeda untuk tiap parameter dan relatif panjang untuk semua parameter yaitu warna, aroma dan penampakan fisik. Hal ini disebabkan tejadinya kerusakan yang disebabkan oleh komponen yang berbeda-beda untuk masing-masing parameter. Namun dari ketiga parameter ini, aroma mengalami perubahan yang paling cepat dan memiliki umur simpan yang paling singkat pada 0.336472 unit mutu 2.2 x 10 -4 unit mutu hari 85 suhu yang sama, yaitu sekitar 14.25 bulan pada suhu 27 O C, sehingga dapat disimpulkan parameter kerusakan yang paling dominan pada produk minuman ini adalah perubahan aroma. Umur simpan minuman dapat ditingkatkan pula dengan cara mengganti kemasan dengan permeabilitas yang lebih kecil, seperti laminasi kertas, foil, dan plastik. Menurut Labuza 1982, kemasan seperti ini mampu melindungi produk kering seperti susu kering dari udara, cahaya, dan penetrasi air atau uap air. Pemberian kemasan sekunder dan atau tersier pun dapat memperpanjang umur simpan produk. Selain itu, kebanyakan produk susu dikemas di bawah kondisi vakum dan dimasukkan gas inert. Perlakuan ini dapat meningkatkan umur simpan produk. Produk ini pun akan memiliki umur simpan yang lebih panjang apabila bobot produk diperbanyak, karena dapat mengurangi penetrasi panas terhadap produk. 86

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.

KESIMPULAN Tepung bekatul hasil pengering drum tanpa perlakuan bleaching dipilih dan digunakan dalam tahap formulasi karena memiliki karakteristik yang tepat untuk digunakan dalam minuman fungsional. Tepung ini memiliki densitas kamba sebesar 0.43 gml, densitas pemadatan 0.64 gml, a w 0.58, nilai kelarutan dalam air 1.44, nilai daya serap air 301.33, serta kadar air sebesar 5.12. Sifat kimia yang diamati berupa kenaikan asam lemak bebas sebagai indikator ketengikan sebesar 0.07 yang didapat setelah tepung diinkubasi 144 jam pada 35 O C, serta kandungan tokoferol sebesar 217.61 mg100 g minyak. Formula minuman optimum yang terpilih melalui program Design Expert version 7 adalah minuman fungsional dengan komposisi karagenan sebanyak 0.25, tepung bekatul sebanyak 16.083, dan formula dasar sebanyak 83.667. Formula optimum ini memiliki nilai desirability sebesar 0.681, yang artinya formula tersebut akan menghasilkan produk yang memiliki karakteristik yang paling optimal dan sesuai dengan keinginan kita sebesar 68.10. Dari hasil analisis proksimat, diketahui formula minuman optimum ini memiliki kadar air sebesar 3.94, kadar abu 5.16, lemak 2.72, protein 18.79, karbohidrat 69.71, serta memiliki kandungan serat pangan total sebesar 5.25. Kandungan vitamin E minuman sebesar 1.01 mg per 100 gram produk, nilai a w sebesar 0.414, pH 5.50, serta mengandung total mikroba sebesar 8.6 x 10 3 koloniml. Hasil uji t untuk membandingkan formula optimum yang diperoleh dengan produk komersil sejenis memperlihatkan bahwa seluruh parameter respon yaitu warna, aroma, penampakan fisik sebelum diseduh; serta aroma, rasa,dan penampakan fisik setelah diseduh tidak berbeda nyata atau dapat disimpulkan bahwa produk optimal tidak berbeda dengan produk komersil pada taraf 5 untuk seluruh parameter yang diujikan.