95
dengan alasan tersebut peserta menganggap pelatihan ini biasa saja dan tidak berharap untuk mendapatkan hal yang lebih dalam pelatihan yang diberikan.
4.2.7 Analisis Pengolahan X2 terhadap Masyarakat Miskin Y1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat tingkat pengolahan ikan pora-pora oleh masyarakat miskin yaitu, sebagai berikut :
Tabel 4.29 Data responden pengolahan ikan pora-pora oleh masyarakat miskin
No. Pernyataan
5 4
3 2
1 Total
1 Tanggapan anda tentang
narasumber yang disediakan 45
60 19
25,3 9
12 2
2,7 -
- 75
100 2
Tanggapan anda tentang materi yang disampaikan
44 58,7
20 26,7
7 9,3
1 1,3
3 4
75 100
3 Tanggapan anda tentang
pembekalan yang diberikan 47
62,7 15
20 9
12 3
4 1
1,3 75
100 4
Sudah mampu mengolah ikan pora-pora sendiri
19 25,3
44 58,7
7 9,3
4 5,3
1 1,3
75 100
5 Tanggapan anda tentang
program pelatihan ikan pora- pora
20 26,7
40 53,3
10 13,3
4 5,3
1 1,3
75 100
Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Keterangan :
SS : Sangat Setuju dengan skor 5
S : Setuju dengan skor 4
TAP : Tidak Ada Pendapat dengan skor 3 TS
: Tidak Setuju dengan skor 2 STS
: Sangat Tidak Setuju dengan skor 1
Sebagai masyarakat miskin yang berada dibawah garis tidak mampu, menurut Selo Sumardjan bahwa kemiskinan yang diderita suatu golongan
masyarakat terjadi karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Dengan
adanya sosialisasi dari pemerintah untuk diadakannya kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora pemerintah berniat dan berdasarkan program kerja
96
pemerintah agar masyarakat miskin mampu meningkatkan taraf kehidupannya untuk lebih baik.
Dengan demikian dari Tabel 4.29 dapat dilihat sebanyak 60 responden menjawab sangat setuju bahwa narasumber yang disediakan sangat berkualitas
dan memiliki wawasan yang luas, sebab selama mengikuti kegiatan pelatihan dan pengolahan masyarakat miskin ini dengan mudah mengikuti arahan dari
narasumber bagaimana cara mengolah satu persatu jenis olahan ikan pora-pora. Sedangkan sebanyak 2,7 responden menjawab tidak setuju, mereka berpendapat
bahwa narasumber yang disediakan kurang berkualitas karena materi yang diberikan itu-itu saja, mereka berkeinginan untuk mengolah jenis ikan yang lain
padahal ikan yang memiliki perkembangbiakan paling banyak adalah ikan pora- pora dan perlu tindakan yang lebih untuk menanganinya. Selain dari itu, ikan
pora-pora juga dalam pasarannya sangat murah dan saat penjualan masih sering banyak yang tersisa sehingga mereka menggunakan untuk makanan ternak.
Setelah kegiatan berlangsung harga ikan pora-pora saat ini memiliki harga yang mahal yaitu harga dahulunya sebesar Rp. 3.000,00 per kilogramnya dan saat ini
sudah Rp. 10.000,00 per kilogram. Ketika penjualan tidak habis masyarakat miskin tidak menggunakan ikan pora-pora sebagai makanan ternak lagi, mereka
sudah mampu mengolah ikan pora-pora tersebut menjadi kerupuk ataupun menjadi abon. Selain untuk dijual mereka juga mampu mengolah ikan pora-pora
untuk kebutuhan pangan mereka. Dengan adanya pembekalan dari narasumber yaitu sebanyak 62,7 responden menjawab sangat setuju dengan adanya
pembekalan yang diberikan narasumber sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin merubah taraf kehidupannya menjadi lebih baik.
97
Sebanyak 25,3 responden setuju bahwa mereka sudah mampu dalam mengolah ikan pora-pora dengan tangannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sedangkan 58,7 responden menjawab sudah mampu tetapi hanya sebagian jenis olahan saja yang mampu mereka olah tanpa bantuan orang lain sebab dalam
pengolahan ikan pora-pora ini paling mudah diingat dan dipraktekkan adalah cara pembuatan ikan asin pora-pora dan ikan tawar pora-pora, karena alat dan
bahannya sangat mudah dan cara pembuatannya juga tidak sulit. Dalam kegiatan pengolahan ini sebagian masyarakat miskin masih kurang perhatiannya akan
kegiatan yang sudah berlangsung tetapi tidak menutupi bahwa kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sudah berhasil meningkatkan keinginan mereka
untuk lebih baik dan lebih maju. Sebanyak 26,7 responden menjawab setuju bahwa pengolahan ikan pora-pora ini merupakan hal yang baru bagi mereka.
Sedangkan 1,3 responden berpendapat bahwamsangat tidak setuju karena tidak ada yang baru sama sekali, sebab mereka hanya datang untuk melihat saja bukan
untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan taraf kehidupannya. Dalam hal pengolahan meskipun masyarakat miskin tidak memiliki pengetahuan yang luas,
tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tetapi mereka memiliki keinginan yang besar untuk lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat hubungan antara pengolahan ikan pora-pora dan masyarakat miskin seperti pada tabel
berikut ini :
98
Tabel 4.30 Hubungan Pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Miskin
Pengolahan Ikan Pora-Pora
Masyarakat Miskin
Pengolahan Ikan Pora-Pora
Pearson Correlation 1
.710 Sig. 2-tailed
.000 N
75 75
Masyarakat Miskin
Pearson Correlation .710
1 Sig. 2-tailed
.000 N
75 75
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis pearson, dimana nilai r
hitung sebesar 0,710 dan nilai r tabel sebesar 0,2957. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan maka r hitung dibandingkan dengan r tabel. Jika, r hitung
0,710 r tabel 0,2957, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara pengolahan ikan pora-pora dan masyarakat miskin. Sedangkan untuk
melihat signifikan dari korelasi antara pengolahan ikan pora-pora dan masyarakat miskin yaitu nilai signifikan yang terdapat dalam korelasi pearson ini adalah 0,000
nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin.
Peserta kegiatan sebanyak 70 responden dalam pengolahan ikan pora- pora mempunyai keinginginan yang tinggi untuk menciptakan hasil yang
maksimal dalam mengolah ikan pora-pora. Dalam hal ini sudah terdapat hubungan dapat dibuktikan dan dijelaskan melalui tabel korelasi seperti diatas, selain itu
juga dapat dilihat dari Tabel 4.23 dan Tabel 4.29. Menurut dari data pada tabel yang menjadi alasan terdapat korelasi diantara pengolahan ikan pora-pora dengan
masyarakat miskin adalah karena selama masyarakat miskin ikut berpartisipasi dalam pengolahan ikan pora-pora ini kemampuan mereka dalam mengolah sudah
meningkat meskipun tanpa anggota kelompok mereka sebelumnya. Penyebabnya
99
adalah narasumber yang disediakan mempunyai wawasan yang luas untuk mengolah ikan pora-pora dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat
dengan baik, juga ikut membantu peserta dalam melakukan pengolahan ikan pora- pora agar hasil yang didapatkan lebih maksimal dan sesuai dengan yang
diharapkan. Kemudian, dengan adanya pengolahan ikan pora-pora ini tingkat kemiskinan dapat berkurang dan memberikan penghasilan bagi masyarakat
miskin. Sebanyak 30 responden dengan adanya pengolahan ikan pora-pora tidak
mampu untuk mengurangi tingkat kemiskinan karena pengolahan ikan pora-pora ini tidak mampu meningkatkan penghasilan bagi mereka. Hal ini diakibatkan
karena tidak mempunyai keinginan untuk mengolah ikan pora-pora agar mendapat hasil olahan yang memiliki harga yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.
Menurut responden juga, tidak banyak yang menyukai ikan pora-pora sehingga dalam penjualan ataupun pemasaran hasil ikan pora-pora ini tidak memiliki hasil
yang lebih baik melainkan hanya mendapatkan kerugian bagi mereka. Meskipun demikian, pemerintah tetap optimis dalam memberikan pengetahuan bagi peserta
walaupun peserta yang mengikuti pengolahan ikan pora-pora masih ada yang menganggap pengolahan ikan pora-pora tidak memiliki manfaat bagi kehidupan
mereka.
4.2.8 Analisis Pengolahan X2 terhadap Masyarakat Pengangguran Y2