26
1.9 Bagan Operasional Variabel
Konsep Variabel
Indikator Keberadaan pelatihan dan
pengolahan ikan pora- pora
Pelatihan Pelatihan alat tangkap
Pelatihan menggunakan alat modern
Pelatihan manajemen pengolahan
Pengolahan Pengolahan ikan pora-
pora menjadi kerupuk Pengolahan ikan pora-
pora menjadi ikan asin Pengolahan ikan pora-
pora menjadi ikan tawar Pengolahan ikan pora-
pora menjadi abon
Masyarakat miskin dan pengangguran
Masyarakat Miskin Tingkat pendapatan Rp.
20.000,00 per hari Tempat tinggal yang
tidak layak seperti rumah papan
Tingkat pendidikan yang rendah
Jumlah Anak yang banyak
Masyarakat Pengangguran
Tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35
jam selama seminggu Tenaga kerja yang sedang
mencari pekerjaan
Tenaga kerja yang sama sekali tidak mempunyai
pekerjaan
Pembentukan Jaringan Sosial
Pembentukan Kelompok Nilai-nilai kelompok
Media Massa
27
1.10 Defenisi Variabel dan Indikator yang digunakan 1. Pendapatan
Pendapatan merupakan hal pokok dan penting yang dimiliki oleh masyarakat miskin dan pengangguran guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Dalam hal ini masyarakat miskin yang mengikuti pelatihan ini sehari-harinya hanya mendapatkan Rp.20.000,00 perharinya. Jika dihitung pendapatan mereka
per bulan Rp. 500.000,00 sedangkan upah minimum di Desa Silalahi sebesar Rp. 1.000.000,00. Sehingga tidak mencukupi untuk melengkapi pangan, sandang dan
kebutuhan lainnya bagi masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I.
2. Tempat Tinggal
Tempat tinggal yang dimiliki masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I saat ini dikatakan tidak layak untuk ditempati karena bangunannya
masih dari bangunan papan yang lama dan lantai tanah bahkan masih ada masyarakat yang tinggal dirumah panggung.
3. Tenaga kerja yang bekerja 35 jam selama seminggu
Di Desa Silalahi I ini terdapat masyarakat miskin dan pengangguran yang bekerja selam 35 jam dimana yang mereka lakukan yaitu sebagai nelayan,
menunggu hasil panen atau pun membantu orang lain untuk membersihkan lading.
4. Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan
Masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I yang sedang menunggu panggilan kerja dari sebuah lembaga dimana mereka melamar
pekerjaan yang sesuai dengan kemapuan dan pendidikan mereka.
28
5. Tenaga kerja yang sama sekali tidak mendapat pekerjaan
Dalam hal ini masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I hanya berdiam saja dirumah sebagai ibu rumah tangga dan mengurus rumah dan
berharap akan adanya bantuan dari pemerintah.
6. Pelatihan dan pengolahan
Dalam hal ini masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I diberikan pelatihan dan cara bagaimana mengolah ikan pora-pora agar
mendapatkan hasil yang lebih baik seperti mengolah ikan pora-pora menjadi ikan asin, ikan tawar, abon dan kerupuk. Narasumber juga memberikan pelatihan
bagaimana menggunakan alat modern untuk menangkap ikan pora-pora agar air danau tersebut tidak tercemar meskipun menangkap ikan pora-pora ini sangat
mudah.
7. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Di Desa Silalahi I terdapat masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah yang diakibatkan dari pendapatan, lebih memilih untuk bekerja agar kebutuhan
sehari-hari dapat tercukupi.
8. Jumlah Anak yang Banyak
Masyarakat Desa Silalahi I terdapat jumlah penduduk yang paling banyak. Salah satunya diakibatkan karena memiliki anak yang banyak, rata-rata jumlah
anak dari penduduk Desa Silalahi I ini lebih dari 3. Mereka masih memiliki prinsip banyak anak banyak rezeki meskipun kebutuhan sehari-hari masih kurang.
9. Pembentukan Kelompok dan Nilai-Nilai Kelompok
Dalam kegiatan pelatihan ikan pora-pora narasumber dan pemerintah selaku panitia pelaksana kegiatan membentuk kelompok dengan tujuan untuk
29
lebih mampu bekerja sama dalam bentuk kelompok dan mampu memanajemen serta membagi pekerjaan dengan baik sehingga ketika menjalankan suatu usaha
dapat berjalan dengan baik.
10. Media Massa
Media massa merupakan sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya melalui radio, televisi, surat kabar atau
penyalur seperti pemerintah setempat dan juga memperkenalkan secara langsung melalui acara-acara yang ada diwilayah sekitarnya. Di desa Silalahi I ini dengan
menggunakan media massa mampu mendorong peningkatan penjualan hasil ikan pora-pora yang sudah diolah.
30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo 2012 yang
melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah berkelanjutan dan berkeadilan. Dalam hasil penelitiannya,modal sosial yang ada
di lokasi penelitian berdasarkan ikatan kekerabatan, kekeluargaan dan pertetanggaan. Kelembagaan tradisional yang masih hidup di Karang Agung
adalah sambatan, anjeng atau buwuhan dan mendarat. Sedangkan kelompok sosial yang ada di lokasi penelitian antara lain, kelompok pengajian, arisan ibu-ibu dan
yaasinan. Modal sosial masih terbatas digunakan untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek konsumtif, belum mengarah pada pemenuhan kebutuhan jangka
panjang produktif. Penguatan modal sosial dilakukan melalui tiga tahap, yaitu bonding social capital, bridging social capital dan linking social capital.
Masyarakat miskin yang ada dilokasi penelitian ini pada umumnya menafkahi hidupnya dari sumberdaya laut yang ada disekitar dan sumberdaya laut ini tidak
selalu ada tetapi memiliki musiman untuk mendapatkannya. Strategi sosial dilakukan dengan jalan memanfaatkan ikatan-ikatan sosial
yang ada di perdesaan baik berupa lembaga kesejahteraan lokal, hubungan produksi hingga jejaring sosial berbasis kekerabatan atau pertemanan. Pada lokasi
penelitian terdapat beberapa lembaga kesejahteraan lokal yang masih bertahan hingga kini. Laki-laki biasanya terlibat dalam kegiatan sambatan dan anjeng. Rasa
percaya antar warga trust sangat tinggi. Rasa percaya antar warga yang tinggi ini menyebabkan pola hutang-piutang antar rumah tangga dapat berjalan dengan baik.
31
Temuan Rotrigues et al. 2012, menegaskan pentingnya kepercayaan pribadi dalam mempertahankan modal sosial. Hutang menjadi salah satu bentuk strategi
nafkah bagi rumah tangga miskin. Untuk berhutang mereka memanfaatkan jejaring sosial yang ada, seperti ikatan kekerabatan, pertetanggaan atau
pertemanan. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kebutuhan yang mendesak seperti ketika anggota rumah tangga ada yang sakit.
Jarang sekali hutang digunakan untuk keperluan pembelian barang konsumtif. Hutang juga dilakukan pada saat rumah tangga miskin akan melangsungkan
hajatan. Modal sosial merupakan salah satu andalan bagi rumah tangga miskin.
Ikatan kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan yang kuat memberikan ruang yang cukup bagi rumah tangga miskin untuk mengakses modal sosial ini. Menurut
Pranadji 2006, terdapat tiga aspek yang dapat menunjukkan penguatan modal sosial, yaitu terbentuknya kerja sama, perluasan jaringan kerja dan peningkatan
daya saing kolektif secara berkelanjutan. Misalnya, Pelatihan keterampilan diharapkan dapat menunjang peluang usaha baru maupun peningkatan kualitas
dari usaha yang sudah berjalan. Potensi yang telah ada seperti usaha krupuk udang dapat lebih dikembangkan dengan pelatihan manajemen usaha dan keterampilan
teknis lainnya. Potensi hasil tangkap yang dapat dikembangkan menjadi produk olahan perlu ditindaklanjuti dengan pelatihan keterampilan.
Meri Nurami 2013 yang meneliti tentang Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Dalam hasil penelitiannya, Modal sosial
merupakan wujud modal manusia yang paling menonjol untuk dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam pelaksanaan program-program
32
pemberdayaan masyarakat. Secara umum modal sosial adalah merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas
dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial social glue yang menjaga kesatuan anggota masyarakat
bangsa secara bersama-sama Supriono, Flassy Rais. Selain modal tenaga kerja, usaha ini juga membutuhkan modal finansial dan modal fisik.
Modal fisik dapat berupa membantu secara langsung usaha yang sedang dijalankan seperti dalam penelitian ini usaha yang dilakukan yaitu daur ulang
kardus misalnya membantu dengan alat pemotong kardus, pencetak pola, alat transportasi dan sebagainya. Modal finansial sangat membantu pelaku usaha
untuk lebih mengembangkan bisnisnya. Modal sosial juga tidak kalah penting peranannya, seperti yang disebutkan oleh Siregar 2011 menyebutkan bahwa
modal sosial ini merupakan salah satu bagian dari modal manusia di samping modal-modal lainnya seperti kompetensi, motivasi, sikap kerja, dan budayaetos
kerja. Di antara macam-macam modal sosial yang ada, faktor kepercayaan,
jaringan dan norma tentu saja memiliki peranan penting dalam mengembangkan usaha ini, terkait dengan adanya interaksi yang terjalin antara pelaku usaha yang
ada, antara pelaku usaha dengan penyedia bahan baku dan juga antara pelaku dengan pembeli. Kepercayaan juga dapat ditimbulkan melalui kesepakatan untuk
saling menjaga komitmen dalam mengerjakan kontrak kerja. Kontrak kerja dengan penyedia bahan akan memberikan jaminan pada ketersediaan bahan baku
produksi. Interaksi yang dilakukan manusia dalam tujuan pemenuhan kebutuhannya akan menciptakan jaring-jaring sosial.
33
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan, manusia akan melakukan usaha dengan memaksimalkan jaringan yang ia punya. Bukan hanya dalam kehidupan
pribadinya, namun juga demi kepentingan bisnis. Jaringan atau networking juga memiliki peran dalam perkembangan usaha pengolahan kardus bekas di lokasi
penelitian tersebut. Jaringan sosial menciptakan peluang usaha baru melalui jalur kekerabatan, pertemanan dan kolega, menjamin ketersediaan bahan dari menjaga
relasi dengan penyedia bahan, menambah variasi produk yang dikembangkan dari permintaan konsumen, membuka informasi harga dari pelanggan; penyebaran
informasi diantara sesama pelaku usaha, menjaring pelanggan baru dan juga menggaet sesama pelaku usaha menjadi mitra usaha.
Norma yang menjadi penyeimbang dalam iklim usaha yang hadir dalam aturan untuk mengambil tepat waktu bahan baku yang telah disediakan oleh
penyedia bahan, hal ini untuk menghindari para pesaing dalam hal perolehan bahan baku. Tak jarang para pesaing menerapkan praktek-praktek yang kurang
etis dalam menjatuhkan lawannya melalui penawaran harga yang lebih tinggi kepada penyedia bahan.
Sisi negatif modal sosial dalam setiap usaha akan selalu menemui kendala- kendala yang dihadapi bukan hanyasekedar sepinya permintaan produk,
terbatasnya jumlah pasokan bahan atau menipisnya modal finansial tetapi juga naik-turunnya hubungan dengan rekan dan kolega bisnis. Permasalahan dapat
muncul dari penyedia bahan, konsumen, dan rekan bisnis. Keberadaan konsumen nakal membuat produsen harus jeli dan bisa menilai karakteristik konsumen jika
tidak ingin rugi. Selain konflik dengan pelanggan, persaingan tidak sehat juga menghadang jalan para produsen produk daur ulang. Tak Jarang ulah para
34
pengusaha nakal ini merusak tatanan dan iklim usaha yang kondusif menjadi tidak stabil dan tak terkendali. Misalnya dalam penentuan harga produk, pengusaha
nakal akan terus menerus menurunkan harga untuk mencari pelanggan, sedangkan pengusaha yang lain akan melakukan hal yang sama untuk mempertahankan
pelanggannya. Penelitian Slamet Santoso 2007 tentang Peran Modal Sosial terhadap
Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Ponorogo. Dalam penelitiannya dikatakan, modal sosial merupakan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh
komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial hanya dapat dibangun
ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi komunitas karena mempermudah akses informasi bagi
anggota komunitas, menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilisasi sumber
daya komunitas, memungkinkan pencapaian bersama dan membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.
Modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok, misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan,
mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi. Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan
atau hubungan-hubungan sosial informal, turut menentukan proses menjadi pedagang angkringan, termasuk dalam hal penentukan lokasi berdagang.
35
Pengalaman teman ataupun kerabat dekat yang telah menjadi pedagang angkringan, misalnya, merupakan faktor penting dalam menjelaskan mengapa
seseorang akhirnya memulai usaha warung angkringan, termasuk melepaskan pekerjaan sebelumnya. Usaha warung angkringan merupakan salah satu bentuk
kegiatan perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya kondisi perekonomian.
Kemampuan bertahan tersebut menandakan bahwa modal sosial telah berperan baik pada para pedagang warung angkringan. Disebut modal sosial,
karena para pedagang tersebut saling memberikan informasi dan membantu, baik menyangkut peluang usaha, tempat usaha, tempat tinggal, modal, kelompok usaha
dan lain-lain. Dengan adanya modal sosial tersebut, mereka menjadi mampu bertahan di tengah persaingan usaha di lokasi penelitian tersebut.
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi yaitu studi yang bersifat kuantitatif digunakan untuk menghubungkan suatu variabel dengan
variabel lainnya untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Tingkat
hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi untuk sebagai alat dalam membandingkan variabillitas hasil pengukuran terhadap
variabel tersebut. Metode penelitian ini memungkinkan peneliti untuk menyelidiki bagaimana beberapa variabel mempengaruhi variabel lain dan juga dapat
memberikan informasi terhadap derajat atau kekuatan hubungan antara variabel yang diteliti Sukaria,2011 : 26.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:
1. Desa Silalahi merupakan desa yang sudah menjalani pemberdayaan
yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja yaitu dalam Pelatihan industry kecil ikan pora – pora terhadap pembangunan modal
sosial masyarakat di Desa Silalahi. 2.
Desa Silalahi merupakan salah satu desa yang memiliki perairan yang cukup luas dimana terdapat ikan pora – pora yang mampu
mendukung pembangunan modal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pengangguran,
37
dimana tingkat masyarakat miskin dan pengangguran saat ini mencapai 40 dari jumlah penduduk yang ada di Desa Silalahi I.
3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi