Analisis Pengolahan X2 terhadap Pembentukan Jaringan sosial Y3

103

4.2.9 Analisis Pengolahan X2 terhadap Pembentukan Jaringan sosial Y3

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat lainnya melalui berbagai jenis hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prinsip kesukarelaaan, kesamaan, kebebasan dan keadaban. Dalam penelitian ini pemerintah membentuk jaringan sosial dalam kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan cara membentuk kelompok dan memberikan kebebasan anggota kelompok menentukan peraturannya masing-masing agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan pembelajaran dalam jaringan sosial dapat mereka mengerti. Pemerintah juga dalam hal ini membentuk masyarakat agar mampu membangun sebuah kepercayaan, hubungan timbal balik antara satu dengan yang lainnya dan saling adanya kejujuran diantara mereka baik sesama peserta maupun dengan pemerintah. Pada kelompok ini diajarkan bagaimana bekerja sama dengan baik seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 4.27 sebanyak 38,7 menjawab sangat setuju, mereka berpendapat bahwa kerja sama yang terjalin diantara anggota kelompok berjalan dengan baik. Memang konflik itu bisa saja terjadi kapan pun itu bahkan tidak disengaja sekali pun bisa saja terjadi, tetapi mereka mampu meredam sikap mereka yang ingin menang sendiri dan ingin memerintah anggota lainnya. Dari data pada Tabel 4.27 sebanyak 42,7 responden menjawab sangat setuju karena cara mereka berinteraksi dengan sesama peserta bahkan dengan narasumber dan panitia lainnya juga sangat terjalin dengan baik. Kerja sama yang terjalin diantara mereka memang sudah baik jika dilihat dari segi usia rata-rata yang mengikut i pelatihan ini berusia 30 tahun sampai dengan 45 tahun, dengan alasan ini responden mampu bekerja sama dan memiliki pola pemikiran yang sama. 104 Dalam sebuah kesempatan responden mendapatkan sebuah tempat dan acara tahunan untuk mempromosikan hasil olahan ikan pora-pora. Salah satu responden yang bertanggung jawab untuk mengolah ikan pora-pora ini yaitu Morina, karena saat promosi hasil ikan pora-pora berlangsung di acara Pekan Raya Sumatera Utara PRSU kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sudah selesai sehingga pemerintah memberikan tanggung jawab kepada masing- masing responden untuk mengolah ikan pora-pora seperti yang sudah diajarkan dan dilatih kepada masyarakat miskin dan pengangguran. Selama promosi hasil ikan pora-pora di acara Pekan Raya Sumatera Utara PRSU banyak yang berminat untuk membeli hasil olahan ikan pora-pora, sebab yang mereka ketahui juga hampir sama dengan responden pada umumnya bahwa ikan pora-pora hanya dapat diolah untuk lauk saja. Pesanan selama acara Pekan Raya Sumatera Utara ini pun sudah menjual sebanyak 200 bungkus hasil olahan ikan pora-pora yaitu ikan pora-pora asin, ikan pora-pora tawar dan kerupuk ikan pora-pora hanya saja yang paling banyak peminatnya adalah ikan pora-pora asin dan ikan pora-pora tawar. Berdasarkan Tabel 4.29 sebanyak 25,3 responden menjawab sangat setuju karena sudah mampu mengolah ikan pora-pora tanpa didampingi oleh narasumber, melainkan pemerintah hanya menerima hasil olahan yang sudah jadi untuk dipasarkan. Dalam pelatihan ini tidak hanya keuntungan dalam pembentukan jaringan saja yang terdapat didalamnya tetapi ada juga yang terdapat kekurangannya didalamnya, seperti untuk tanda halal dan tanda dari departemen kesehatannya tidak ada, namun responden tidak putus asa karena masalah tersebut. Selain dari acara Pekan Raya Sumatera Utara PRSU tempat dimana mempromosikan ikan pora-pora ada juga acara tahunan atau pun saat libur dihari 105 besar di Desa Silalahi I, sebab desa Silalahi I ini juga merupakan tempat wisata meskipun tidak seperti Parapat yang sudah terkenal dimana-mana. Dengan adanya kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora peserta pelatihan mampu membangun sebuah jaringan dan menghasilkan modal sosial, dimana dalam hal ini modal sosial yang dimiliki adalah memiliki rasa kepercayaan antara satu sama lain seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan teori modal sosial collman bahwa modal sosial didapatkan dari adanya jaringan sosial yang dibentuk dan kemudian diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus serta didalamnya terdapat hubungan perasaan simpati, memiliki kewajiban dan norma pertukaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat hasil korelasi antara pengolahan ikan pora-pora dengan pembentukan jaringan sosial berdasarkan uji statistik koefisien korelasi seperti tabel dibawah ini : Tabel 4.32 Hubungan Pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Pembentukan Jaringan Sosial Pengolahan Ikan Pora-Pora Pembentukan Jaringan Sosial Pengolahan Ikan Pora-Pora Pearson Correlation 1 .821 Sig. 2-tailed .000 N 75 75 Pembentukan Jaringan Sosial Pearson Correlation .821 1 Sig. 2-tailed .000 N 75 75 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis pearson, dimana nilai r hitung sebesar 0,821 dan nilai r tabel sebesar 0,2957. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan maka r hitung dibandingkan dengan r tabel. Jika, r hitung 0,821 r tabel 0,2957, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi 106 antara pengolahan ikan pora-pora dan pembentukan jaringan sosial. Sedangkan untuk melihat signifikan dari korelasi antara pengolahan ikan pora-pora dan pembentukan jaringan sosial yaitu nilai signifikan yang terdapat dalam korelasi pearson ini adalah 0,000 nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pengolahan ikan pora-pora dengan pembentukan jaringan sosial. Dengan penjelasan diatas sudah jelas bahwa terdapat hubungan antara pengolahan ikan pora-pora dengan pembentukan jaringan sosial, hal ini juga dapat dilihat alasan adanya hubungan antara pengolahan ikan pora-pora dengan pembentukan jaringan sosial yaitu pada Tabel 4.27 dan Tabel 4.29. Sebanyak 80 responden menjawab bahwa selama pengolahan ikan pora-pora berlangsung narasumber sudah mengelompokkan peserta menjadi 6 kelompok dengan tujuan membentuk modal sosial sehingga terjadi jaringan sosial didalamnya. Modal sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah kerja sama yang baik antara seorang atau kelompok, adanya hubungan timbal balik serta kepercayaan antara seorang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok lainnya. Pengawasan yang diberikan dalam pengolahan ini juga sangat ketat guna untuk memperlancar kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora. Selain dari kerja sama, adanya kepercayaan, juga harus terdapat komunikasi yang baik. Hal ini sudah dibuktikan selama pengolahan berlangsung, komunikasi yang terjalin didalamnya sangat aktif dan terjalin komunikasi dua arah yaitu antara narasumber dengan peserta begitu juga sebaliknya. Narasumber dan pemerintah juga menciptkan kenyamanan bagi mereka agar lebih mempermudah terbentuknya modal sosial yang diinginkan sehingga terjadi jaringan sosial. Sama seperti modal sosial jaringan sosial ini juga 107 harus terdapat kerja sama yang baik, adanya timbal balik antara seorang dan kelompok, adanya kepercayaan dan komunikasi dua arah yang aktif dan baik serta mampu menyelesaikan konflik bersama-sama dan saling terbuka. Sedangkan 20 responden menjawab bahwa saat kegiatan pengolahan ikan pora-pora berlangsung terdapat adanya kurang komunikasi dan kerja sama yang terjalin diantara peserta. Selain itu pemerintah juga kurang memberikan kenyamanan karena pemerintah tidak peduli terhadap peserta selama kegiatan pengolahan ikan pora-pora. Pengolahan ikan pora-pora ini mampu meningkatkan taraf kehidupan peserta tetapi pemerintah kurang memberikan dukungan kepada mereka sehingga kurang memiliki keinginan untuk membuka peluang usaha. Selain itu responden juga menjawab bahwa sesama peserta tidak ada saling bertukar informasi hanya mendengarkan saja. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan peserta juga tidak memberikan informasi kepada masyarakat lainnya. Menurut responden, kerja sama dan komunikasi bagi mereka tidak penting karena peserta lebih menyukai bekerja sendiri meskipun dalam pembentukan jaringan sosial ini terdapat kerja sama, komunikasi, adanya kepercayaan diantara seorang atau kelompok.

4.2.10 Uji Analisis Statistik Crosstab Tabel Silang

Dokumen yang terkait

DIVERSIFIKASI MATA PENCAHARIAN PETANI BAWANG MENJADI PENANGKAP IKAN PORA-PORA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR.

0 2 23

STUDI TENTANG AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN KERAMBA DI DESA SILALAHI KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

0 2 21

STUDI KELIMPAHAN IKAN PORA PORA (MYSTACOLEUCUS PADANGENSIS) DI KECAMATAN SILAHI SABUNGAN KABUPATEN DAIRI DANAU TOBA.

0 0 22

RUP Dinas Tenaga Kerja dan Pora Kota Bengkulu TA 2012

0 0 2

Respon Masyarakat Terhadap Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di Desa Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

0 0 13

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 29

Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 10

3 Anda selalu aktif bertanya kepada peserta pelatihan lain mengenai pengolahan ikan pora-pora ketika pelatihan 4 Anda senang bekerja sama dengan kelompok dalam kegiatan pelatihan 5 Anda setuju dengan pelatihan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan So

0 0 25