Analisis Pelatihan X1 dengan Pembentukan Jaringan Sosial Y3

89

4.2.6 Analisis Pelatihan X1 dengan Pembentukan Jaringan Sosial Y3

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat tingkat pembentukan jaringan sosial dalam pelatihan ikan pora-pora sebagai berikut : Tabel 4.27 Data Responden Pembentukan Jaringan Sosial dalam Pelatihan No. Pernyataan 5 4 3 2 1 Total 1 Tanggapan anda tentang pengawasan yang diberikan 43 57,3 26 34,7 4 5,3 2 2,7 - - 75 100 2 Komunikasi yang terjalin antara peserta pelatihan 32 42,7 32 42,7 8 10,7 3 4 - - 75 100 3 Komunikasi yang terjalin antara peserta dengan narasumber 32 42,7 34 45,3 7 9,3 2 2,7 - - 75 100 4 Sesama peserta saling bertukar informasi 21 28 40 53,3 9 12 5 6,7 - - 75 100 5 Anda selalu berkomunikasi kepada yang bukan peserta pelatihan 35 46,7 25 33,3 11 14,7 3 4 1 1,3 75 100 6 Mendapat kenyamanan selama pelatihan berlangsung 38 50,7 22 29,3 12 16 3 4 - - 75 100 7 Hubungan antara pemerintah dan peserta dapat meningkatkan taraf kehidupan anda 17 22,7 38 50,7 14 18,7 6 8 - - 75 100 8 Kerjasama yang terjalin dalam pelatihan 29 38,7 33 44 8 10,7 4 5,3 1 1,3 75 100 9 Pemerintah memberikan perhatian khusus bagi anda melalui pelatihan ini 9 12 33 44 25 33,3 6 8 2 2,7 75 100 Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Keterangan : SS : Sangat Setuju dengan skor 5 S : Setuju dengan skor 4 TAP : Tidak Ada Pendapat dengan skor 3 TS : Tidak Setuju dengan skor 2 STS : Sangat Tidak Setuju dengan skor 1 90 Dari awal pelatihan ikan pora-pora panitia dan narasumber telah membentuk kelompok dan belajar bagaimana kerja sama yang baik guna untuk membentuk sebuah jaringan. Pada tabel di atas sebanyak 57,3 responden menjawab sangat setuju karena panitia memberikan pengawasan yang sangat ketat agar selama pelatihan berlangsung responden fokus dan serius, meskipun sebanyak 2,7 menjawab tidak setuju sebab kurang adanya pengawasan dari pemerintah sebab mereka melihat dari setelah selesainya pelatihan. Padahal setelah pelatihan pemerintah memberikan kebebasan bagi mereka untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan usaha ikan pora-pora tidak harus diperhatikan oleh pemerintah lagi karena pemerintah berperan sebagai pemberi pengetahuan bagi mereka. Responden membangun kerjasama dan komunikasi dari diri mereka dan kelompok mereka sendiri sebanyak 42,7 responden menjawab sangat setuju komunikasi atau interaksi yang terjalin diantara responden sangat terjalin dengan baik. Sebanyak 9,3 responden menjawab tidak ada pendapat karena bagi mereka komunikasi yang terjalin biasa saja dan 2,7 menjawab tidak setuju, mereka berpendapat bahwa kurang adanya komunikasi dengan baik karena mereka kebanyakan diam, duduk dan mendengarkan saja. Setelah mereka membangun komunikasi dengan baik diantara peserta, responden juga membangun komunikasi dengan panitia dan narasumber. Sebanyak 28 menjawab sangat setuju karena sesama peserta dalam berbagi informasi sangat terjalin dengan baik dan 53,3 menjawab setuju dalam berbagi informasi terjalin dengan baik karena responden juga sangat antusias dalam pelatihan ikan pora-pora. Komunikasi diantara reponden dan panitia pelatihan sudah terjalin dengan baik tetapi panitia tidak 91 pernah memberikan perbedaan diantara responden semua dianggap sama, sebab pengetahuan itu siapa saja berhak untuk menerima tetapi jika masih ada yang hanya duduk diam tidak aktif didalamnya berarti seseorang itu sendiri yang tidak ingin merubah hidupnya ketaraf yang lebih baik. Sebanyak 44 responden berpendapat setuju bahwa sangat memberikan perhatian kepada seluruh responden untuk menjadikan mereka lebih baik lagi dan mampu meningkatkan taraf kehidupan ekonomi mereka dengan memberikan pembekalan. Hanya sebagian responden yang menjawab tidak mendapatkan perhatian yaitu sebanyak 2,7 responden sangat tidak setuju karena mereka beranggapan bahwa pemerintah memberikan perhatian tersebut hanya untuk dirinya sendiri agar lebih maju dibanding responden yang lain. Dari adanya pelatihan ini sebanyak 38,7 responden menjawab sangat setuju karena mereka sangat bekerja sama dengan baik sebab mereka dapat saling memberi dan berbagi pengetahuan dengan baik, mampu mengenal diantara mereka. Sedangkan 44 responden menjawab setuju bahwa mereka bekerja sama dengan baik tetapi terkadang mendapat masalah dalam saling mengingatkan diantara mereka karena ingin menunjukkan diri mereka sendiri. Sebanyak 2,7 responden menjawab sangat tidak setuju karena tidak ada kerja sama yang terjalin dengan baik sebab mereka tidak perduli akan pelatihan yang sudah berjalan. Banyak orang tidak memperdulikan apa yang ada disekitar mereka, meskipun sumber daya yang tersedia disekitar mereka masih mencukupi untuk diolah dan diberdayakan, sama seperti masyarakat di Desa Silalahi I. Sadar akan memiliki sumber daya tetapi tidak tahu bagaimana mengolahnya agar memiliki nilai yang cukup untuk merubah taraf kehidupan. Selain itu masyarakat juga lebih 92 mengharapkan bantuan dari pemerintah ataupun orang lain, tetapi dengan adanya pelatihan yang diberikan pemerintah masyarakat miskin dan pengangguran semakin ingin tahu apa saja modal sosial yang mereka miliki untuk diolah. Membentuk suatu jaringan tidaklah semudah yang difikirkan, tetapi harus memiliki kemauan dan tindakan yang sejalan. Awalnya memang sulit untuk bekerja sama dengan orang lain tetapi dengan adanya kemauan yang sama dan nasib yang sama serta memiliki kepentingan paling utama mereka terkesan dapat terpenuhi melalui adanya kompetisi didalamnya. Berdasarkan teori modal sosial dapat berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati, kewajiban, norma pertukaran, yang kemudian diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil bentuk kerjasama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik. Dalam artian modal sosial adanya norma, jaringan sosial dan hubungan antara orang dan perorangan atau dalam hal ini antara narasumber atau pemerintah dan peserta bernilai bagi tumbuh kembangnya suatu taraf kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat miskin dan pengangguran dalam mengikuti pelatihan. Modal sosial dan modal manusia hubungan dipandang membangun sumber modal dengan membantu menciptakan kewajiban dan harapan antarindividu, membantu kejujuran lingkungan sosial, membuka saluran informasi dan menetapkan norma yang menopang bentuk-bentuk perilaku tertentu. 93 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat hasil korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dengan pembentukan jaringan sosial berdasarkan uji statistik koefisien korelasi sebagai berikut : Tabel 4.28 Hubungan Pelatihan Ikan Pora-Pora dengan Pembentukan Jaringan Sosial Pelatihan Ikan Pora-Pora Pembentukan Jaringan Sosial Pelatihan Ikan Pora-Pora Pearson Correlation 1 .875 Sig. 2-tailed .000 N 75 75 Pembentukan Jaringan Sosial Pearson Correlation .875 1 Sig. 2-tailed .000 N 75 75 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis pearson, dimana nilai r hitung sebesar 0,875 dan nilai r tabel sebesar 0,2957. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan maka r hitung dibandingkan dengan r tabel. Jika, r hitung 0,875 r tabel 0,2957, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dan pembentukan jaringan sosial. Sedangkan untuk melihat signifikan dari korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dan pembentukan jaringan sosial yaitu nilai signifikan yang terdapat dalam korelasi pearson ini adalah 0,000 nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pelatihan ikan pora-pora dengan pembentukan jaringan sosial. 85 Responden sangat antusias dalam pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah, sebab pelatihan ini tidak hanya untuk pelatihan mengisi waktu lain saja tetapi mampu memberikan manfaat dan pengetahuan dalam bentuk kerja sama yang baik dan mengelola usaha yang baik agar berjalan dengan lancar. 94 Dalam pelatihan ini responden menjawab bahwa pengawasan yang diberikan dan diterapkan selam pelatihan sangat ketat agar masyarakat yang mengikuti mampu focus selama pelatihan berjalan. Dalam pembentukan jaringan sosial harus adanya kerja sama dan komunikasi yang baik diantara seseorang maupun kelompok agar terciptanya modal sosial yang baik. Sama halnya dalam pelatihan ini pemerintah dan narasumber awalnya melakukan komunikasi dan kerjasama dengan peserta pelatihan dengan baik sehingga peserta juga mengikuti apa yang sudah diterapkan oleh narasumber, menurut jawaban dari responden komunikasi dan kerjasama yang dilakukan antara kelompok peserta, peserta dengan peserta lain serta peserta dengan narasumber sudah terjalin dengan baik. Maka dengan komunikasi dan kerjasama yang sudah terjalin dalam pelatihan ini mampu memberikan pelatihan dengan lancar dan keinginan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat agar lebih baik lagi. Dalam pelatihan ikan pora-pora sebanyak 15 responden menjawab dalam pembentukan jaringan sosial peserta pelatihan masih kurang berinteraksi antara seorang dengan kelompok, karena pelatihan yang diberikan dianggap kurang memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selama pelatihan berlangsung komunikasi dua arah bagi mereka masih kurang terjalin karena mereka tidak mau tahu akan pelatihan yang diberikan oleh narasumber. Selain itu, responden juga menjawab kurangnya kerja sama diantara seorang atau kelompok diakibatkan karena peserta lebih menyukai bekerja sendiri dari pada kelompok. Responden juga menjawab pelatihan ini dapat meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik tetapi pemerintah kurang memberikan perhatian kepada mereka, 95 dengan alasan tersebut peserta menganggap pelatihan ini biasa saja dan tidak berharap untuk mendapatkan hal yang lebih dalam pelatihan yang diberikan.

4.2.7 Analisis Pengolahan X2 terhadap Masyarakat Miskin Y1

Dokumen yang terkait

DIVERSIFIKASI MATA PENCAHARIAN PETANI BAWANG MENJADI PENANGKAP IKAN PORA-PORA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR.

0 2 23

STUDI TENTANG AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN KERAMBA DI DESA SILALAHI KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

0 2 21

STUDI KELIMPAHAN IKAN PORA PORA (MYSTACOLEUCUS PADANGENSIS) DI KECAMATAN SILAHI SABUNGAN KABUPATEN DAIRI DANAU TOBA.

0 0 22

RUP Dinas Tenaga Kerja dan Pora Kota Bengkulu TA 2012

0 0 2

Respon Masyarakat Terhadap Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di Desa Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

0 0 13

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 29

Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 10

3 Anda selalu aktif bertanya kepada peserta pelatihan lain mengenai pengolahan ikan pora-pora ketika pelatihan 4 Anda senang bekerja sama dengan kelompok dalam kegiatan pelatihan 5 Anda setuju dengan pelatihan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan So

0 0 25