Analisis Pelatihan X1 terhadap Masyarakat Pengangguran Y2

84

4.2.5 Analisis Pelatihan X1 terhadap Masyarakat Pengangguran Y2

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat tingkat masyarakat pengangguran dalam pelatihan ikan pora-pora sebagai berikut : Tabel 4.25 Data Responden Masyarakat Pengangguran dalam Pelatihan No. Pernyataan 5 4 3 2 1 Total 1 Dari adanya pelatihan dapat membuka peluang usaha 43 57,3 26 34,7 4 5,3 2 2,7 - - 75 100 2 Dari adanya pelatihan dapat membuka peluang usaha bagi yang tidak mengikuti 31 41,3 30 40 9 12 3 4 2 2,7 75 100 3 Palatihan ini dapat mengurangi tingkat pengangguran 31 41,3 21 28 18 24 4 5,3 1 1,3 75 100 4 Program pelatihan ini sangat membantu anda 38 50,7 27 36,6 5 6,7 5 6,7 - - 75 100 5 Terdapat perubahan selama mengikuti pelatihan 20 26,7 53 70,7 2 2,7 - - - - 75 100 6 Kreativitas anda meningkat selama mengikuti pelatihan 27 36 35 46,7 12 16 1 1,3 - - 75 100 7 Kesejahteraan hidup anda akan meningkat setelah mengikuti pelatihan 11 14,7 53 70,7 6 8 5 6,7 - - 75 100 Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Keterangan : SS : Sangat Setuju dengan skor 5 S : Setuju dengan skor 4 TAP : Tidak Ada Pendapat dengan skor 3 TS : Tidak Setuju dengan skor 2 STS : Sangat Tidak Setuju dengan skor 1 Dari Tabel 4.25 dapat dilihat bahwa sebanyak 57,3 responden sangat setuju bahwa dengan adanya pelatihan ini dapat membuka peluang usaha dengan alasan mereka ingin membuka usaha dan menerima orang lain atau anggota kelompoknya untuk membantu dalam berkembangnya usaha tersebut. Sedangkan 34,7 responden berpendapat setuju bahwa mereka mampu meningkatkan usaha tetapi belum tentu mereka mau membuka usaha sendiri ataupun bekerja sama 85 dengan orang lain. Masyarakat Desa Silalahi I ini sangat sulit untuk menerima orang lain dalam lingkungan mereka sebab butuh waktu untuk beradaptasi dengan mereka, selain itu harus memiliki dan usaha yang besar dalam melakukan pendekatan dengan mereka. Masyarakat pengangguran di Desa Silalahi I ini juga cukup banyak hampir sama dengan masyarakat miskin lainnya. Masyarakat pengangguran dalam hal ini seperti yang sudah dijelaskan diawal dapat terbagi atas tenaga kerja yang kurang dari 35 jam selama seminggu, tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan dan tenaga kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan. Kemudian dari adanya pelatihan dapat membuka peluang usaha bagi yang tidak mengikuti pelatihan sebanyak 41,3 responden menjawab sangat setuju bahwa dengan adanya pelatihan ini dapat memberikan peluang usaha sebab responden juga ingin berbagi dengan masyarakat yang tidak mengikuti pelatihan. Sebanyak 41,3 responden berpendapat sangat setuju bahwa dengan adanya pelatihan ini dapat mengurangi tingkat pengangguran, karena dari pelatihan ini sudah memberikan pengetahuan yang sangat berguna untuk memberikan peluang usaha bagi mereka. Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat pengangguran tidak jauh berbeda dengan masyarakat miskin, masih menerima nasibnya begitu saja tanpa melakukan usaha yang lebih. Terkadang masyarakat pengangguran bekerja dilahan pertanian orang lain atau menyewa lahan pertanian orang lain untuk menanam bawang ataupun padi, bukan hanya itu saja mereka ada yang menarik becak, menangkap ikan ataupun bekerja di keramba orang lain. Dengan adanya pelatihan ini masyarakat pengangguran juga mampu meningkatkan taraf kehidupannya paling tidak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan 86 Tabel 4.22 sebanyak 37,3 responden menjawab sangat setuju karena pelatihan ini sudah berjalan dengan baik dan memiliki semangat untuk membuka usaha. Setiap manusia memiliki pilihan untuk lebih baik, sama halnya dengan masyarakat pengangguran memilih untuk lebih baik lagi dan memperbaiki nasibnya tidak ingin terpuruk dalam kehidupan yang serba kekurangan baik dari pendapatan, perekonomian maupun pekerjaan yang mampu memberikan hasil demi kehidupan sehari-hari. Granovetter dalam teori pilihan rasional menjelaskan bahwa setiap manusia menginginkan tingkat perekonomian yang lebih baik sehingga dengan adanya pilihan yang sudah tersedia saat ini bagaimana seseorang itu dapat memanfaatkan semaksimal mungkin dalam kehidupannya untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka paling tidak untuk kehidupan sehari-hari. Dan juga menurut coleman mengatakan bahwa modal sosial tidak terbatas pada mereka yang kuat, namun juga mencakup manfaat bagi orang miskin, orang pengangguran dan komunitas yang terpinggirkan. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat hasil korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dengan masyarakat pengangguran berdasarkan uji statistik koefisien korelasi seperti tabel berikut ini : Tabel 4.26 Hubungan Pelatihan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Pengangguran Pelatihan Ikan Pora-Pora Masyarakat Pengangguran Pelatihan Ikan Pora-Pora Pearson Correlation 1 .778 Sig. 2-tailed .000 N 75 75 Masyarakat Pengangguran Pearson Correlation .778 1 Sig. 2-tailed .000 N 75 75 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. 87 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis pearson, dimana nilai r hitung sebesar 0,778 dan nilai r tabel sebesar 0,2957. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan maka r hitung dibandingkan dengan r tabel. Jika, r hitung 0,778 r tabel 0,2957, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dan masyarakat pengangguran. Sedangkan untuk melihat signifikan dari korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dan masyarakat pengangguran yaitu nilai signifikan yang terdapat dalam korelasi pearson ini adalah 0,000 nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pelatihan ikan pora-pora dengan masyarakat pengangguran. Selain dalam tabel korelasi yang sudah dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara pelatihan ikan pora-pora dengan masyarakat pengangguran maka dalam Tabel 4.22 dan pada Tabel 4.25 juga dapat menjelaskan alasan adanya hubungan antara pelatihan dengan masyarakat miskin. Sebanyak 75 responden menjawab dengan adanya pelatihan ini masyarakat pengangguran dapat membuka usaha dan berbagi kepada masyarakat pengangguran yang lain juga meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik. Tidak hanya masyarakat miskin saja yang dapat berkurang namun masyarakat pengangguran juga dapat berkurang sebab pelatihan ini sudah membantu dan memberikan manfaat bagi masyarakat pengangguran khususnya yang mengikuti pelatihan ikan pora-pora. Sementara itu sebanyak 25 responden dengan adanya pelatihan ini tidak mampu mengurangi tingkat pengangguran karena saat terbentuknya pelatihan ini peserta pelatihan sudah tidak mau tahu akan pengetahuan yang diberikan. Responden mengakui pelatihan ini mampu memberikan pengetahuan untuk 88 membentuk sebuah peluang usaha kepada mereka hanya saja keinginan untuk mengikuti pelatihan ikan pora-pora hanya membuang waktu saja lebih baik bekerja dilahan pertanian yang mereka sewa ataupun yang bekerja dilahan pertanian milik orang lain. Selain tidak mau tahu, responden juga memberikan jawaban bahwa tidak mengerti akan pelatihan yang diberikan kepada mereka, sebab selama pelatihan berlangsung yang dilakukan hanya duduk dan diam sehingga untuk membuka usaha responden tidak mampu bahkan penghasilan yang didapat akan sama seperti sebelumnya. 89

4.2.6 Analisis Pelatihan X1 dengan Pembentukan Jaringan Sosial Y3

Dokumen yang terkait

DIVERSIFIKASI MATA PENCAHARIAN PETANI BAWANG MENJADI PENANGKAP IKAN PORA-PORA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR.

0 2 23

STUDI TENTANG AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN KERAMBA DI DESA SILALAHI KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

0 2 21

STUDI KELIMPAHAN IKAN PORA PORA (MYSTACOLEUCUS PADANGENSIS) DI KECAMATAN SILAHI SABUNGAN KABUPATEN DAIRI DANAU TOBA.

0 0 22

RUP Dinas Tenaga Kerja dan Pora Kota Bengkulu TA 2012

0 0 2

Respon Masyarakat Terhadap Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di Desa Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

0 0 13

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 29

Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 10

3 Anda selalu aktif bertanya kepada peserta pelatihan lain mengenai pengolahan ikan pora-pora ketika pelatihan 4 Anda senang bekerja sama dengan kelompok dalam kegiatan pelatihan 5 Anda setuju dengan pelatihan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan So

0 0 25