76
4.2.4 Analisis Pelatihan X1 terhadap Masyarakat Miskin Y1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat tingkat pelatihan yang telah diikuti oleh responden selama pelatihan berlangsung seperti
pada tabel berikut :
Tabel 4.22 Data Responden Berdasarkan Kegiatan Pelatihan
No. Pernyataan
5 4
3 2
1 Total
1 Alasan mengikuti pelatihan
48 64
26 34,7
1 1,3
- -
- -
75 100
2 Anda aktif bertanya kepada
narasumber selama pelatihan
14 18,7
22 29,3
25 33,3
14 18,7
- -
75 100
3 Anda aktif bertanya kepada
sesama peserta selama pelatihan
12 16
35 46,7
14 18,7
13 17,3
1 1,3
75 100
4 Bentuk pelatihan yang anda
suka 30
40 32
42,7 9
12 3
4 1
1,3 75
100 5
Tanggapan anda tentang pelatihan dan pengolahan
ikan pora-pora 51
68 12
16 7
9,3 3
4 2
2,7 75
100
6 Tanggapan anda tentang
alat yang disediakan 45
60 22
29,3 1
1,3 6
8 1
1,3 75
100 7
Kemampuan anda saat ini sudah meningkat
20 26,7
37 49,3
14 18,7
4 5,3
- -
75 100
8 Lokasi
yang digunakan sudah layak
16 21,3
45 60
14 18,7
- -
- -
75 100
9 Pelatihan ini memberikan
dampak positif bagi anda 40
53,3 26
34,7 6
8 2
2,7 1
1,3 75
100 10
Kegiatan ini bermanfaat bagi anda
52 69,3
15 20
4 5,3
1 1,3
3 4,0
75 100
11 Alat yang digunakan
45 60
21 28
3 4
4 5,3
2 2,7
75 100
12 Tanggapan anda tentang
program pelatihan 28
37,3 39
52 3
4 4
5,3 1
1,3 75
100
Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Keterangan :
SS : Sangat Setuju dengan skor 5
S : Setuju dengan skor 4
TAP : Tidak Ada Pendapat dengan skor 3
TS : Tidak Setuju dengan skor 2
STS : Sangat Tidak Setuju dengan skor 1
77
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 64 responden menjawab sangat setuju untuk mengikuti pelatihan dengan keinginan sendiri dan
34 responden menjawab setuju untuk mengikuti pelatihan karena ikut dengan masyarakat yang telah mendaftarkan dirinya terlebih dahulu, meskipun pada
awalnya mereka hanya ikut-ikutan dalam pelatihan ini mereka tetap memiliki keinginan untuk lebih mengetahui bagaimana pelatihan ini berjalan. Sebanyak
18,7 respondensangat setuju bahwa mereka selalu aktif bertanya dan memberikan masukan kepada narasumber selama pelatihan berlangsung.
Sedangkan 33,3 responden menjawab tidak memiliki pendapat karena mereka hanya sekali bertanya dan 29,3 responden menjawab setuju karena mereka
hanya ada dua atau tiga kali bertanya. Dalam pelatihan ikan pora-pora kebanyakan yang mengikuti pelatihan ini adalah orang tua dan sudah berumah tangga
meskipun demikian tidak menutupi keinginan mereka untuk mencari tau dan lebih aktif lagi dalam pelatihan ikan pora-pora. Bukan hanya kepada narasumber
mereka sering aktif bertanya dan memberikan tanggapan, sesama responden juga sering bertanya ketika mereka lupa atau memberikan masukan kepada responden
lain didalam satu kelompok mereka masing-masing. Sebanyak 46,7 responden menjawab setuju karena mereka sering bertanya dan sebanyak 16 responden
menjawab sangat setuju dengan alasan sangat aktif dalam memberikan jawaban dan pertanyaan serta masukan kepada responden lainnya walaupun tidak dengan
satu kelompok dengan mereka. Tidak menutup kemungkinan ada juga yang hanya duduk diam dan memilih ikut saja dalam pelatihan ikan pora-pora yaitu sebanyak
18,7 responden menjawab tidak ada pendapat dengan alasan hanya ingin tahu saja tidak ingin aktif dalam pelatihan yang sudah berlangsung.
78
Narasumber dan panitia memutuskan untuk membagi kelompok selama pelatihan berlangsung, sebanyak 42,7 responden menjawab setuju karena
menyukai bekerja dengan kelompok dengan alasan pekerjaan yang dilakukan lebih ringan dan lebih cepat. Sedangkan 40 responden menjawab sangat setuju
menyukai bekerja dengan kelompok dan bekerja sendiri karena dengan siapa pun itu yang penting dapat bekerja sama dengan baik. Sebanyak 1,3 responden
menjawab sangat tidak setuju dengan alasan tidak peduli akan pelatihan tersebut karena dari awal juga mereka hanya ikut-ikutan saja dan tidak ingin aktif dalam
pelatihan hanya saja mampu mengisi waktu luang mereka. Anggota pelatihan sangat antusias selama pelatihan berlangsung, sebanyak 68 responden
menjawab sangat setuju bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi mereka karena yang mereka ketahui selama ini ikan pora-pora tersebut hanya dapat diolah
sebagai lauk saja tidak bisa diolah sebagai kerupuk atau ikan asin. Panitia dan narasumber tidak hanya memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada mereka,
juga memberikan alat untuk digunakan selama pelatihan berlangsung. Sebanyak 60 responden sangat setuju karena alat yang disediakan sangat bermanfaat dan
mampu mendukung kelancaran kegiatan pelatihan tersebut. Selain alat, lokasi untuk pelatihan juga sangat penting dalam
keberlangsungan pelatihan ikan pora-pora. Lokasi yang mereka gunakan yaitu jambur sebab di Desa Silalahi I tidak memiliki tempat yang cukup luas untuk
melakukan pelatihan ikan pora-pora sedangkan lokasi yang digunakan harus luas dan mampu menampung anggota sebanyak 75 orang dan panitia serta narasumber
lainnya. Sebanyak 21,3 responden sangat setuju bahwa lokasi yang digunakan sudah sangat layak sedangkan 60 responden setuju terhadap lokasi yang
79
digunakan layak tetapi masih kurang luas untuk melakukan kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora, karena tempat untuk mencuci atau membersihkan ikan
pora-pora masih kurang bersih untuk digunakan. Tempat yang mereka gunakan hanya ember dan alas untuk mencuci goni atau plastik, tidak memiliki tempat
seperti kamar mandi atau meja untuk membersihkan ikan pora-pora. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat juga
tingkat masyarakat miskin dalam pelatihan ikan pora-pora sebagai berikut :
Tabel 4.23 Data Responden Masyarakat Miskin dalam Pelatihan
No. Pernyataan
5 4
3 2
1 Total
1 Taraf kehidupan setelah
mengikuti pelatihan 11
14,7 46
61,3 10
13,3 7
9,3 1
1,3 75
100 2
Ada peningkatan harga setelah ikan pora-pora diolah
15 20
48 64
8 10,7
3 4
1 1,3
75 100
3 Kegiatan ini dapat
mengurangi tingkat kemiskinan
33 44
26 34,7
13 17,3
2 2,7
1 1,3
75 100
4 Kegiatan ini dapat
meningkatkan pendapatan anda
24 32
28 37,3
18 24
5 6,7
- -
75 100
5 Tingkat pendapatan yang
tidak mengikuti pelatihan juga dapat meningkat
19 25,3
40 53,3
12 16
1 1,3
3 4
75 100
Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Keterangan :
SS : Sangat Setuju dengan skor 5
S : Setuju dengan skor 4
TAP : Tidak Ada Pendapat dengan skor 3 TS
: Tidak Setuju dengan skor 2 STS
: Sangat Tidak Setuju dengan skor 1
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa sebanyak 14,7 responden sangat setuju karena mereka yang mengikuti pelatihan sangat meningkatkan taraf
kehidupan mereka dan dapat menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan 61,3 responden berpendapat setuju bahwa setelah
80
mengikuti pelatihan ikan pora-pora taraf kehidupan mereka meningkat hanya saja untuk melanjutkan usaha ikan pora-pora ini tidak mudah harus memiliki modal.
Sebanyak 9,3 responden tidak setuju dan 1,3 responden berpendapat sangat tidak setuju sebab tidak mampu meningkatkan taraf kehidupannya dengan alasan
selama pelatihan berlangsung tidak aktif, hanya ikut-ikutan saja dan lebih baik untuk bekerja yang lain saja seperti bertani yang selama ini sudah mereka
kerjakan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hubungan masyarakat miskin dalam
pelatihan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Tabel tersebut sebanyak 44 responden sangat setuju, mereka berpendapat mampu
mengurangi tingkat kemiskinan di Desa Silalahi I. Selain responden, panitia juga mengatakan bahwa dengan adanya pelatihan ikan pora-pora dapat mengurangi
tingkat kemiskinan tetapi harus ada usaha dari masing-masing responden tidak berpangku tangan hanya mengharapkan dari pemerintah tanpa harus mereka
berusaha. Responden tidak pernah mengharapkan tingkat kehidupan berada digaris
kemiskinan dan memiliki pengetahuan yang rendah, akan tetapi karena mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi tentang pelatihan ikan pora-pora dan alat
yang digunakan dalam pelatihan yaitu alat modern yang mudah untuk digunakan maka responden tidak mudah menyerah. Selama pelatihan berlangsung bukan
hanya pelatihan menggunakan alat modern saja, mereka juga diberikan pengetahuan tentang pelatihan manajemen pengolahan. Dalam hal ini masyarakat
miskin diberi pengetahuan oleh narasumber selama pelatihan tentang bagaimana
81
manajemen pengolahan agar usaha yang mereka jalankan tidak sia-sia dan mendapatkan keuntungan bagi mereka.
Berdasarkan teori pilihan rasional dijelaskan bahwa semua pilihan ditawarkan kepada setiap individu ataupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan. Pilihan disiapkan secara rasional untuk kemudian diwujudkan menjadi perilaku rasional untuk sebuah tindakan dalam budaya konsumen
tersebut. Dalam hal ini masyarakat miskin yang mengikuti pelatihan ikan pora- pora sudah diberikan pilihan bagaimana mereka untuk mempertahankan
kehidupan mereka sehingga mampu memberikan perubahan-perubahan yang mungkin akan semakin berkembang demi keberlangsungan kehidupan yang
mereka jalani. Kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat miskin hanya mengharapkan bantuan dari orang lain sedangkan dalam kenyataannya mereka
masih kekurangan dalam hal pakaian, tempat tinggal, pendidikan yang layak bahkan yang mereka miliki hanyalah anak yang banyak dengan alasan untuk
membantu mereka ketika mereka sudah dewasa nanti. Masyarakat miskin saat ini memaksimalkan pilihannya untuk dimanfaatkan dalam mencapai pilihan yang
sudah diambil demi kehidupan mereka. Seperti yang terdapat dalam Tabel 4.23 sebanyak 61,3 responden berpendapat setuju bahwa tingkat kehidupan mereka
meningkat setelah mengikuti kegiatan pelatihan ikan pora-pora. Dengan demikian, berikut hasil korelasi antara pelatihan ikan pora-pora
dengan masyarakat miskin di Desa Silalahi I berdasarkan uji statistic koefisien korelasi yaitu sebagai berikut :
82
Tabel 4.24 Hubungan Pelatihan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Miskin
Pelatihan Ikan Pora-Pora
Masyarakat Miskin Pelatihan
Ikan Pora-Pora
Pearson Correlation 1
.753 Sig. 2-tailed
.000 N
75 75
Masyarakat Miskin
Pearson Correlation .753
1 Sig. 2-tailed
.000 N
75 75
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis pearson, dimana nilai r
hitung sebesar 0,753 dan nilai r tabel sebesar 0,2957. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan maka r hitung dibandingkan dengan r tabel. Jika, r hitung
0,753 r tabel 0,2957, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara pelatihan ikan pora-pora dan masyarakat miskin. Sedangkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya signifikan dari korelasi antara pelatihan ikan pora- pora dan masyarakat miskin yaitu nilai signifikan yang terdapat dalam korelasi
pearson ini adalah 0,000 nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pelatihan ikan pora-pora dengan
masyarakat miskin. Dalam hal ini sudah jelas bahwa terdapat hubungan antara pelatihan ikan
pora-pora dan masyarakat miskin, selain dapat dijelaskan melalui tabel korelasi dapat juga dilihat pada Tabel 4.22 dan Tabel 4.23 bahwa responden menjawab
dengan respon yang positif dengan adanya pelatihan yang dilakukan dimana responden 80 menjawab mengikuti pelatihan dengan keinginan sendiri, aktif
dalam bertanya baik dengan sesame peserta maupun dengan narasumber, responden juga mampu bekerja sama dalam kelompok dengan baik, pelatihan ini
juga sangat bermanfaat dengan mereka. Dengan adanya pelatihan ini kemampuan
83
responden meningkat dalam pelatihan alat tangkap yang modern dan pelatihan manajemen pengolahan untuk pemasaran dan perkembangan usaha serta mampu
mengaplikasikannya dala kegiatan sehari-hari untuk menangkap ikan pora-pora dan ikan lainnya. Semakin tinggi kemampuan mereka maka kehidupan mereka
juga dapat meningkat melalui hasil olahan ikan pora-pora yang mereka pasarkan. Dengan kata lain tingkat kemiskinan di Desa Silalahi I ini dapat berkurang dan
responden juga menjawab dapat berbagi dengan masyarakat lainnya untuk bekerja sama demi meningkatkan taraf kehidupan mereka.
Responden lainnya yaitu sebanyak 20, lebih memilih untuk hanya sekedar ingin tahu saja dan mengikuti pelatihan untuk mengisi waktu luang serta
menganggap bahwa pelatihan ini dengan sikap yang biasa saja. Masyarakat miskin dalam pelatihan ini masih ada yang menganggap bahwa mereka tidak
mampu untuk menerima pengetahuan yang akan diberikan oleh narasumber yang telah disediakan. Selain itu juga dari segi pendidikan menurut mereka karena
kurangnya pendidikan yang mereka miliki sehingga tidak memungkinkan untuk menerima pengetahuan dengan alasan tidak ada gunanya bagi mereka dan tidak
mampu untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diberikan. Menurut responden yang menjawab bahwa tingkat kemiskinan itu tidak mampu untuk
dikurangi di Desa Silalahi I, karena keinginan untuk maju ketaraf kehidupan yang lebih baik dalam masyarakat miskin masih kurang. Kemudian, dalam menerima
penemuan baru masyarakat miskin masih kurang tertarik misalkan saja olahan ikan pora-pora dengan alasan hasil olahan ikan pora-pora tidak dapat
meningkatkan taraf kehidupan mereka.
84
4.2.5 Analisis Pelatihan X1 terhadap Masyarakat Pengangguran Y2