66
sebanyak 25,3 dan tingkat pendapatan Rp. 1.050.000,00 sd Rp. 1.250.000,00 sebanyak 13,3 responden, tetapi hanya .mengandalkan pendapatan perbulannya
saja tidak memiliki keinginan untuk lebih baik lagi misalnya membuka usaha kecil-kecilan karena ketika pekerjaan tidak ada maka pendapatan pun akan
berhenti seketika.
4.2.2 Tanggapan Responden Tentang Kegiatan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-pora
Mengenai tanggapan responden tentang kegiatan pelatihan ikan pora-pora dikategorikan menjadi lima bagian yang terdiri dari, tingkat partisipasi,
pengetahuan responden, kemampuan dalam membentuk jaringan sosial, persepsi masyarakat miskin dan masyarakat pengangguran dalam kegiatan pelatihan.
Kelima hal tersebut diukur berdasarkan tingkat tinggi dan rendahnya tanggapan responden terhadap kegiatan pelatihan tersebut. konsep rendah dan tinggi yang
dimaksud dalam pengukuran kelima hal tersebut yaitu diukur berdasarkan seberapa sering responden mengikuti kegiatan pelatihan tersebut, seberapa besar
daya tangkap masyarakat terhadap pelatihan ikan pora-pora yang diberikan, diukur berdasarkan kemampuan masyarakat miskin dan pengangguran yang
mengikuti kegiatan pelatihan saling berinteraksi antara satu sama lain, dan berdasarkan tanggapan masyarakat yang mengikuti kegiatan pelatihan dan
pengolahan ikan pora-pora terhadap peningkatan taraf hidup mereka. Konsep rendah dan tinggi yang dimaksud dalam tabel-tabel dibawah ini adalah diukur
berdasarkan banyak dan sedikitnya tanggapan responden yang bersifat positif terhadap kegiatan pelatihan tersebut, yaitu sebagai berikut :
67
Tabel 4.16 Data Responden Berdasarkan Partisipasi Masyarakat dalam
Pelatihan Ikan Pora-Pora
No Kategori tingkat partisipasi masyarakat
dalam pelatihan Frekuensi
Persentasi 1
Rendah 17
22,7 2
Tinggi 58
77,3 Jumlah
75 100
Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Sejak dilakukan sosialisasi kepada masyarakat Desa Silalahi I akan
diadakan kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora masyarakat sangat antusias untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora.
Sebab, responden baru mengetahui bahwa ikan pora-pora dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Dalam Tabel 4.16 dapat dilihat sebanyak
77,3 responden yang mengikuti kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora- pora berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Menurut pemerintah selaku panitia
pelaksana kegiatan dan masyarakat yang mengikuti,kegiatan yang dilakukan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan taraf kehidupan responden. Akan tetapi
keinginan responden masih kurang untuk membuka usaha. Sedangkan sebanyak 22,7 responden tingkat partisipasinya rendah, karena responden selama
mengikuti kegiatan hanya untuk ingin tahu bagaimana ikan pora-pora dapat diolah. Responden juga beranggapan bahwa ikan pora-pora hanya dapat dijadikan
lauk saat makan dan harga jualnya juga sangat rendah. Responden mengaku tidak mengalami kesulitan dalam pengolahan ikan pora-pora sebab narasumber
mengajarkan dan menuntun mereka secara perlahan dan bertahap menjadikan mereka cepat mengerti.
68
Tabel 4.17 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat dalam
Pengolahan Ikan Pora-Pora
No Kategori tingkat pengetahuan masyarakat dalam pelatihan
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
20 26,7
2 Tinggi
55 73,3
Jumlah 75
100 Sumber: Kuesioner, Maret 2014
Selain daripada partisipasi dalam pengolahan ikan pora-pora, narasumber juga memberikan pengetahuan dalam kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan
pora-pora. Dapat dilihat dalam Tabel 4.17 sebanyak 73,3 responden mendapatkan pengetahuan tentang cara menggunakan alat tangkap ikan,
menggunakan alat modern dalam pelatihan maupun penangkapan ikan pora-pora di danau meskipun yang sudah diketahui bahwa ikan pora-pora ini sangat mudah
untuk didapatkan tetapi jika tidak dijaga kelestariannya dan perkembangbiakannya ikan ini juga dapat punah. Tidak hanya ikan pora-pora
yang akan punah, keindahan danau dan ikan lainnya juga akan terganggu. Kemudian narasumber juga memberikan pengarahan bagaimana cara
memanajemen pengolahan baik untuk pemasaran ikan pora-pora yang sudah selesai diolah maupun ikan pora-pora yang masih segar. Sedangkan sebanyak 26,7
responden sama seperti yang sudah dijelaskan bahwa mereka hanya ikut-ikutan saja dan mengisi waktu mereka yang tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan.
69
Tabel 4.18 Data Responden Berdasarkan Masyarakat Miskin dan Pengangguran
dalam Membentuk Jaringan Sosial di Desa Silalahi I
No Kategori masyarakat miskin dan
pengangguran dalam membentuk jaringan sosial
Frekuensi Persentasi
1 Rendah
25 33,3
2 Tinggi
50 66,7
Jumlah 75
100 Sumber: Kuesioner, Maret 2014
Berdasarkan Tabel 4.18 dan penjelasan sebelumnya bahwa responden sebagai anggota kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sangat antusias
dalam kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora yang dilaksanakan oleh pemerintah. Sebanyak 66,7 keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-
pora ini sangat berpengaruh untuk membentuk jaringan sosial baik dalam antara anggota pelatihan dan anggota dengan pemerintah. Narasumber, selain
mengajarkan responden bagaimana cara mengolah ikan pora-pora menjadi beberapa jenis olahan responden juga diajarkan bagaimana mempromosikan hasil
olahan mereka meskipun ada beberapa kekurangan selama dan setelah pelatihan berjalan.
Saat pelatihan berlangsung masih terdapat alat yang kurang untuk digunakan dalam praktek tetapi responden berusaha meskipun alatnya kurang
tetap mengoptimalkan alat yang tersedia. Peralatan yang digunakan kurang karena anggaran yang disediakan sangatlah terbatas dan tidak disangka penduduk yang
mendaftar jauh lebih banyak dari yang disediakan oleh Pemerintah. Sementara sebanyak 33,3 responden hanya ikutan-ikutan dan cukup mengetahui ikan pora-
pora mampu diolah menjadi beberapa jenis. Pemerintah sangat menginginkan dengan adanya kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora tingkat
70
kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan setidaknya tidak bertambah, tetapi penduduk Desa Silalahi I memang sulit untuk diarahkan menjadi lebih baik dan
menuju perubahan hanya 40 yang ingin berusaha lebih baik lagi. Pada kesempatan yang diberikan oleh pemerintah saat acara Pekan Raya
Sumatera Utara yang dilaksanakan Di Medan hasil olahan mereka juga dapat dipromosikan oleh pemerintah. Responden bekerja sama untuk menghasilkan
pesanan yang diminta meskipun tidak banyak tetapi setidaknya hasil kerja mereka sudah mulai diakui. Selain itu, pada acara tahunan seperti pesta Danau Toba atau
pun Pesta Tahunan di Desa Silalahi dan saat hari besar maupun libur mereka memproduksi ikan pora-pora untuk dijual dan diperkenalkan ke orang banyak.
Responden menginginkan pelatihan seperti ini tetap ada dan berjalan tetapi karena anggaran yang kurang tersedia maka pelatihan ini tidak dapat berlangsung lama.
Walaupun kegiatan pelatihan tidak berlangsung lama responden sangat puas karena adanya pengetahuan yang sangat bermanfaat.
Pemerintah juga menginginkan hal yang sama demi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pengangguran.
Kekurangan dalam kegiatan ini adalah proses pemasaran meskipun sudah ikut dalam PRSU, hasil olahan ikan pora-pora belum tentu bisa diterima dan dikenal
orang banyak karena masih banyak yang asing dengan hasil olahan ikan pora- pora. Sebab yang mereka ketahui ikan pora-pora ini hanya mampu diolah begitu
saja untuk lauk makan dan harga yang didapat juga sangatlah murah. Dengan adanya kegiatan ini peneliti melihat sudah terdapat peningkatan harga didalam
penjualan ikan pora-pora.
71
Tabel 4.19 Data Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Miskin terhadap
Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora
No Kategori persepsi masyarakat
miskin Frekuensi
Persentasi 1
Rendah 32
42,7 2
Tinggi 43
57,3 Jumlah
75 100
Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Berdasarkan data kuesioner responden dari sisi masyarakat miskin pada
tabel sebanyak 57,3 reponden berpersepsi bahwa dengan adanya kegiatan ini mereka akan mampu membuka usaha dan membantu tingkat perekonomian
mereka.
Tabel 4.20 Data Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Pengangguran
terhadap Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora
No Kategori persepsi masyarakat
pengangguran Frekuensi
Persentasi 1
Rendah 18
24 2
Tinggi 57
76 Jumlah
75 100
Sumber: Kuesioner, Maret 2014 Sama halnya dari sisi masyarakat pengangguran sebanyak 76
menganggap bahwa adanya kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora ini mampu memberikan peluang usaha bagi mereka sehingga mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Bukan hanya responden saja yang berpersepsi demikian, pemerintah juga beranggapan bahwa dengan adanya kegiatan pelatihan dan
pengolahan ikan pora-pora ini mampu meningkatkan taraf kehidupan yang lebih layak khususnya masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I.
Responden dan pemerintah memang sangat optimis dalam kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora, tetapi tergantung responden yang sudah mengikuti
pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora. Sebab, setelah selesai pelatihan
72
responden sudah dilepaskan dengan modal pengetahuan yang telah diberikan pemerintah dan narasumber.
Peneliti juga melihat bahwa kurangnya keinginan untuk memajukan kehidupan karena responden tidak memiliki modal dan lebih baik mencari
kegiatan yang santai serta responden juga berkeinginan adanya dampingan dari pemerintah. Padahal pemerintah sudah menjelaskan bahwa anggaran yang
diberikan sangat terbatas sehingga hanya mampu memberikan pengetahuan dan uang transportasi selama mereka mengikuti pelatihan. Setidaknya kegiatan
pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora ini memberikan dampak positif kepada responden bahwa tidak selamanya harga ikan pora-pora ini murah dipasaran juga
memiliki harga yang lebih meningkat dari sebelumnya. Masyarakat miskin dan pengangguran juga mempunyai kegiatan untuk mengisi kekosongan harinya dan
mampu menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pemerintah juga berkeinginan untuk melaksanakan pelatihan selanjutnya dengan
melihat potensi masyarakat untuk lebih maju seperti tatarias atau potensi lainnya.
4.2.3 Analisis Uji Statistik Korelasi tentang Hubungan Kegiatan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora
4.2.3.1 Analisis uji statistik korelasi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan melalui aplikasi SPPSS 20.0 diperoleh hasil korelasi antara variabel x dan variabel y yaitu, antara adanya
keberadaan kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran tercantum pada tabel dibawah ini.
73
Tabel 4.21 Korelasi Variabel Kegiatan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-
Pora dengan Variabel Masyarakat Miskin dan Masyarakat Pengangguran Correlations
Variabel X Variabel Y
Variabel X
Pearson Correlation 1
.578 Sig. 2-tailed
.000 Sum of Squares and
Cross-products 51.920
32.760 Covariance
.702 .443
N 75
75
Variabel Y
Pearson Correlation .578
1 Sig. 2-tailed
.000 Sum of Squares and
Cross-products 32.760
61.947 Covariance
.443 .837
N 75
75 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Hasil pada tabel menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara variabel keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan variabel masyarakat
miskin dan pengangguran adalah 0,578. Ini memperlihatkan signifikan korelasi dimana keberadaan pelatihan ini sangat membantu perkembangan masyarakat
miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I. Jika diuji dengan cara yang lain Untuk mengukur ada atau tidaknya
hubungan diantara 2 variabel maka bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut :
1. Membandingkan nilai koefisien korelasi dengan nilai r tabel a.
Apabila koefisien korelasi r tabel maka ada korelasi yang signifikan ha diterima
b. Apabila koefisien korelasi r tabel maka tidak ada korelasi yang
signifikan h0 diterima
74
Dalam hal ini r merupakan nilai korelasi dimana nilai korelasinya adalah R tabel = 0,2957 dan r hitung dalam uji statistic korelasi keberadaan kegiatan
pengolahan dan pelatihan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran yaitu 0,578.
2. Melihat signifikan a.
Apabila nilai sig 0,05 maka korelasi yang signifikan ha diterima b.
Apabila nilai sig 0,05 maka tidak ada korelasi yang signifikan h0 diterima
Berdasarkan tabel korelasi diatas dapat dilihat bahwa antara variabel x dan variabel y memiliki nilai yang signifikan yaitu 0,000. Menurut cara melihat
signifikan dalam tabel korelasi diatas yaitu 0,000 0,05 maka korelasi yang signifikan dan hipotesis awal diterima, dimana ha dalam penelitian ini adalah
terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora- pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan
pengangguran. Dalam hal ini pemerintah mampu mendorong dan memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang ikan pora-pora yang selama ini hanya dapat dimanfaatkan untuk lauk makan saja. Ini menunjukkan bahwa berdasarkan
perhitungan statistic korelasi, terdapat hubungan antara keberadaan pelatihan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I.
Dengan kata lain, dengan adanya kegiatan ini pemerintah mampu memberikan pengetahuan dan membantu masyarakat agar lebih baik lagi,
setidaknya mampu menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari meskipun masyarakat miskin dan pengangguran tersebut saat ini hanya mampu menjual dan
75
mempromosikan olahan ikan pora-pora pada waktu acara tahunan di Desa Silalahi. Kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora ini juga membantu
dalam pembentukan jaringan baik antara sesama anggota yang mengikuti pelatihan, masyarakat setempat maupun dengan media lainnya untuk
mengembangkan usaha yang lebih maju lagi. Hasil dari kegiatan ini juga berdampak pada penjualan ikan pora-pora, seperti yang sudah dijelaskan diawal
sebelum dilakukan kegiatan pelatihan tersebut ikan pora-pora masih memiliki harga yang sangat murah tetapi sekarang ikan pora-pora sudah mulai
mendapatkan peningkatan harga.
76
4.2.4 Analisis Pelatihan X1 terhadap Masyarakat Miskin Y1