terhadap inflasi di Indonesia mengindikasikan bahwa inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar rupiah itu sendiri dan bukan oleh
peralihan rezimnya. Gambar 4.1 memperlihatkan nilai aktual inflasi dan hasil estimasi dari
persamaan 4.3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa hasil estimasi terhadap inflasi mendekati nilai inflasi yang sebenarnya. Selisih error antara inflasi aktual
dan hasil estimasi cenderung lebih besar pada kuarter pertama dan kedua di setiap tahun. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh musiman pada kuarter pertama
dan kuarter kedua.
Gambar 4.1. Inflasi Aktual dan Hasil Estimasi
4.5. Diagnostic Test
Diagnostic Test terhadap error correction model untuk inflasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah-masalah yang muncul dari estimasi OLS. Masalah-masalah yang dimaksud antara lain :
normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Sumber : Lampiran 16.
A. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa error term
terdistribusi secara normal. Hal ini ditandai dengan nilai probabilitas sebesar 0,522897 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hasil uji normalitas ini dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model untuk Inflasi
B. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Autoregressive Conditional Heteroskedasticity ARCH test
dan white heteroskedasticity test
no cross terms. Hasil uji heteroskedastisitas tersebut masing-masing ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ARCH Test ARCH Test:
F-statistic 2.219212 Probability
0.141914 ObsR-squared
2.210856 Probability 0.137043
Sumber : Lampiran 16.
Sumber : Lampiran 17.
Tabel 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.697948 Probability
0.779616 ObsR-squared
12.39228 Probability 0.716563
Pengujian heteroskedastisitas terhadap model inflasi dinamis yang diestimasi, baik dengan ARCH test maupun white heteroskedasticity test no cross
terms , menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada
model inflasi dinamis tersebut. Hal ini diperlihatkan dengan nilai probabilitas obsR-squared
yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen.
C. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test digunakan dalam
penelitian ini untuk menguji keberadaan autokorelasi pada persamaan inflasi dinamis jangka pendek. Hasil uji autokorelasi ini ditampilkan pada Tabel 4.5.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa model inflasi dinamis dalam penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitas obsR-squared yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen.
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model untuk Inflasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.226016 Probability
0.798550 ObsR-squared
0.548564 Probability 0.760118
D. Uji Stabilitas
•
Recursive Coefficient Estimates
Hasil recursive estimates terhadap koefisien-koefisien dari seluruh variabel yang signifikan dalam error correction model untuk inflasi persamaan
4.3 dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar tersebut menunjukkan estimasi koefisien pada setiap titik sampel bersamaan dengan batas standard errornya
ditunjukkan dengan ± 2SE. Hasil estimasi menunjukkan bahwa sebelum tahun 1998 koefisien-koefisien dalam persamaan 4.3 ternyata kurang stabil. Lebih
jauh, ternyata pergerakan koefisien-koefisien hasil estimasi tersebut juga menunjukkan adanya lompatan yang tajam dalam kurun waktu 1998 – 1999.
Penemuan ini sangat beralasan mengingat Indonesia mengalami guncangan krisis dan peralihan rezim nilai tukar pada periode tersebut. Penemuan lainnya adalah
pergerakan koefisien relatif konstan stabil setelah periode 1998-1999.
Gambar 4.3. Uji Stabilitas Koefisien dalam ECM untuk Inflasi
•
One-Step Forecast Test
Berbeda dengan pembahasan sebelumnya yang berusaha menguji stabilitas dari koefisien-koefisien hasil estimasi, bagian ini berusaha melihat
stabilitas dari model yang diestimasi. Uji ini dilakukan dengan melihat stabilitas dari residual dalam model tersebut. Hasil uji ini diberikan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Uji Stabilitas Error Correction Model untuk Inflasi
Gambar diatas menunjukkan bahwa error correction model untuk inflasi relatif stabil selama periode penelitian kecuali periode 1998-1999. Stabilnya
model inflasi dinamis tersebut terlihat dengan relatif konstannya dua batas standard error
dan pergerakan residual dari model tersebut juga tidak melewati batas standard error yang ada, kecuali periode 1998-1999. Pergerakan residual
yang melewati batas standard error pada periode 1998-1999 mengindikasikan bahwa terjadi instabilitas dalam error correction model untuk inflasi pada periode
tersebut. Ketidakstabilan ini cukup beralasan mengingat pada masa itu perekonomian Indonesia mengalami guncangan yang cukup besar, yaitu krisis dan
peralihan rezim nilai tukar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN