Teori Kuantitas Uang Modern

Dari persamaan 2.8 dapat dinyatakan bahwa permintaan uang dalam suatu perekonomian ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional Y dan tingkat bunga i . Tingkat pendapatan nasional akan menentukan permintaan uang untuk transaksi, sedangkan tingkat bunga menentukan permintaan uang untuk spekulasi. Secara grafis permintaan uang untuk transaksi dan spekulasi dilukiskan oleh gambar di bawah ini. Gambar 2.4. Permintaan Uang Total Gambar diatas menunjukkan bahwa permintaan uang total adalah penjumlahan horizontal permintaan uang untuk transaksi M T ditambah dengan permintaan uang untuk spekulasi M Sp . Karena permintaan uang untuk transaksi tidak sensitif terhadap tingkat bunga, maka perubahan jumlah uang yang diminta sangat dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang yang diminta untuk spekulasi.

2.1.3. Teori Kuantitas Uang Modern

Teori ini dikemukakan oleh Milton Friedman pada tahun 1956 dalam artikelnya The Quantity Theory of Money : A Restatement. Meskipun Friedman mengarah pada teori kuantitas uang Fisher, akan tetapi analisisnya lebih mendekati para ekonom Keynes dan Cambridge. M T i M T M Sp M Sp i M D = M T + M Sp M T M D i Sumber : Manurung, M. dan P. Rahardja 2004. Seperti teori-teori sebelumnya, Friedman juga berusaha menjawab mengapa orang memilih untuk memegang uang. Berbeda dengan Keynes, Friedman menganggap bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan aset lainnya. Kemudian, Friedman mengaplikasikan teori permintaan aset tersebut terhadap uang. Teori permintaan aset mengindikasikan bahwa permintaan uang merupakan fungsi dari sumberdaya yang tersedia bagi individu kekayaannya dan ekspektasi pendapatan dari aset lainnya relatif terhadap ekspektasi pendapatan dari uang. Seperti halnya Keynes, Friedman juga menyadari bahwa orang ingin memegang sejumlah uang riil real money balances tertentu. Berdasarkan alasan ini, Friedman merumuskan permintaan uang sebagai berikut : , , , − − − + − − − = m e m e m b p d r r r r r Y f P M π 2.9 dimana : P M d = Permintaan uang riil, p Y = Ukuran kekayaan Friedman yang disebut permanent income, m r = Ekspektasi pendapatan dari uang, b r = Ekspektasi pendapatan dari obligasi, e r = Ekspektasi pendapatan dari ekuitas saham, e π = Ekspektasi tingkat inflasi. Tanda positif dan negatif di bawah persamaan mengindikasikan hubungan antara permintaan uang dengan variabel diatas tanda tersebut. Karena permintaan aset berhubungan positif dengan kekayaan, maka permintaan uang berhubungan positif dengan konsep kekayaan Friedman, yaitu permanent income ditunjukkan dengan tanda positif di bawahnya. Berbeda dengan konsep pendapatan lazimnya, permanent income mempunyai fluktuasi jangka pendek yang kecil karena kebanyakan pergerakan pendapatan bersifat peralihan transitory. Salah satu implikasi dari konsep permanent income yang digunakan Friedman sebagai determinan permintaan uang adalah bahwa permintaan uang tidak akan berfluktuasi banyak dengan adanya pergerakan siklus bisnis. Individu dapat memegang kekayaannya dalam beberapa bentuk selain uang, Friedman mengelompokkannya ke dalam tiga jenis aset yaitu : obligasi, ekuitas saham, dan barang. Insentif untuk memegang aset-aset tersebut dibandingkan uang digambarkan dengan ekspektasi pendapatan dari masing- masing aset tersebut relatif terhadap ekspektasi pendapatan dari uang ditunjukkan dengan tiga bagian terakhir dari fungsi permintaan uang. Menurut Friedman, bagian m b r r − dan m e r r − menggambarkan ekspektasi pendapatan dari obligasi dan ekuitas relatif terhadap uang, dimana peningkatannya akan mengurangi ekspektasi pendapatan relatif dari uang sehingga akan mengurangi permintaan uang. Sedangkan bagian m e r − π menggambarkan ekspektasi pendapatan dari barang relatif terhadap uang. Jika m e r − π meningkat, maka ekspektasi pendapatan dari barang relatif terhadap uang juga akan meningkat sehingga permintaan uang akan berkurang. 2.2. Inflasi 2.2.1. Inflasi sebagai Fenomena Moneter Meskipun faktor-faktor dari sisi permintaan dan penawaran dapat meningkatkan inflasi, akan tetapi money supply merupakan satu-satunya determinan inflasi pada jangka panjang. Alasannya bahwa selain pertumbuhan money supply , faktor-faktor lain tidak dapat menyebabkan persistent inflation saat tidak ada pengakomodasian pertumbuhan money supply Mishkin, 1995. Beranjak dari pandangan Mishkin 1995, Hossain dan Chowdhury 2001 menderivasi hubungan antara pertumbuhan uang dan inflasi. Dalam bukunya Open-Economy Macroeconomics for Developing Countries disebutkan bahwa dasar hubungan antara pertumbuhan money supply dan inflasi dapat dibuat berdasarkan kondisi keseimbangan di pasar uang, sebagai berikut : , r Y m P M = 2.10 dimana : M = Jumlah uang money stock, P = Tingkat harga, • m = Permintaan uang riil yang merupakan fungsi dari pendapatan riil Y dan suku bunga nominal r . Dari persamaan 2.10, tingkat harga dapat dituliskan dengan persamaan 2.11. Persamaan ini menunjukkan bahwa, dengan asumsi elastisitas pendapatan dari permintaan uang riil adalah satu, tingkat harga akan meningkat dua kali lipat pada suatu periode waktu tertentu tanpa ada perubahan dalam money supply jika