Analisis Permintaan Uang Di Indonesia

(1)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Oleh

MAISARAH NASUTION

087018053/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MAISARAH NASUTION

087018053/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Maisarah Nasution

Nomor Pokok : 087018053

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Dede Ruslan, M.Si) Ketua

(Dr. Murni Daulay, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 12 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dede Ruslan, M.Si Anggota : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si

2. Dr. Jonni Manurung, MS 3. Dr. Rahmanta, M.Si 4. Drs. Rujiman, M.A


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul: “ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 20 Januari 2011 Yang membuat pernyataan


(6)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si dan Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRAK

Dalam keadaan yang jarang ditemui keadaan seimbang antara jumlah uang yang dipegang dengan jumlah uang yang diinginkan atau diharapkan maka permasalahan permintaan uang menjadi sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Dalam keadaan dinamis, masyarakat harus melakukan tindakan penyesuaian tersebut, masyarakat menanggung biaya penyesuaian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB), tingkat bunga (IR), dan tingkat inflasi (INF) terhadap permintaan uang (M) di Indonesia.

Data diperoleh dari data sekunder yaitu permintaan uang, produk domestik bruto, tingkat bunga, dan tingkat inflasi tahun 1980-2009 (30 observasi). Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Error Correction Mechanism (ECM) yang diuji menggunakan uji unit root dan uji kointegrasi.

Secara serempak (bersama) variabel independen (PDB, IR, INF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (M). Secara parsial variabel independen PDB mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (M), sedangkan variabel IR dan INF berpengaruh negatif terhadap M.

Kata Kunci: Permintaan Uang, Produk Domestik Bruto, Tingkat Bunga, Tingkat Inflasi.


(7)

ANALISYS OF DEMAND FOR MONEY IN INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si and Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRACT

In a condition which is rarely seen by the equilibrium between total of on-hold money with a total of on-demand for money so the cases of money demanded become really interesting for a research to be done. In a dynamic condition, the community take the adjustment cost. The objectives of this research are to analyze the influence of gross domestic product (GDP), interest rate (IR), inflation rate (INF) on the demand for money (M) In Indonesia.

The datas are obtained from the secondary datas which are the demand for money, gross domestic product, interest rate, inflation rate from 1980 to 2009 (30 observations). This research uses the method of Ordinary Least Square (OLS) and Error Correction Mechanism (ECM). In Error Correction Mechanism (ECM), which is tested by unit root test and cointegration test.

Simultaneosly, independent variables (GDP, IR, INF) have significant influences towards dependent variables. Partially, independent variables (GDP) have significant and positive influence towards the dependent variable (demand for money), while interest rate variable and inflation rate variable have significant and negative influence towards the demand for money.

Keyword: Demand for Money, GDP, Interest Rate, Inflation Rate.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, dan Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, perhatian dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS, Dr. Rahmanta, M.Si, dan Drs. Rujiman, MA sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran atas penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Rasa terima kasih yang mendalam khususnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua Drs. H. Syarifuddin Nasution dan Hj. Zulaika Sari Siregar serta adikku tersayang Hj. Fatimatuzzahra Nasution, SS yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat, perhatian dan kasih sayang dalam

penyelesaian studi ini.

8. Teman-teman mahasiswa pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya Angkatan XVI yang telah mendorong dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

9. Rekan-rekan kerja pada Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota Medan yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan studi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dorongan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk perhatian tesis ini senantiasa penulis harapkan.

Mudah mudahan penulisan tesis ini dapat memberikan banyak manfaat sehingga memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi pembangunan khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi


(10)

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang akan menyusun penulisan tesis. Akhir kata semoga segala usaha dan niat baik yang dilakukan mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, 20 Januari 2011 Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maisarah Nasution Tempat/Tgl Lahir : Medan, 5 Januari 1986 Alamat : Jl. Tuba IV No. 18 Medan Pekerjaan : PNS

Status : Belum Menikah Nama Orang Tua

Ayah : Drs. H. Syarifuddin Nasution Ibu : Hj. Zulaika Sari Siregar

Nama Adik : Hj. Fatimatuzzahra Nasution, SS Pendidikan

a. SD : SDN 064975

b. SMP : Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan c. SMA : Madrasah Aliyah Negeri 2 Medan

d. S1 : Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

e. S2 : Sekolah Pascasarjana Program Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Landasan Teori ... 9

2.2. Teori Permintaan Uang... 14

2.2.1. Teori Permintaan Uang Klasik... 14

2.2.2. Teori Permintaan Uang Keynes... 16


(13)

2.4. Pengembangan Model Permintaan Uang... 22

2.5. Model Empiris Permintaan Uang... 27

2.6. Model Kecepatan Perputaran Uang... 29

2.7. Mekanisme Keterkaitan Variabel yang Diamati dengan Permintaan Uang ... 30

2.7.1. Produk Domestik Bruto dengan Permintaan Uang... 30

2.7.2. Tingkat Bunga dengan Permintaan Uang... 32

2.7.3. Tingkat Inflasi dengan Permintaan Uang... 37

2.8. Penelitian Sebelumnya... 41

2.9. Kerangka Pemikiran... 44

2.10. Hipotesis... 45

BAB III. METODE PENELITIAN... 46

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 46

3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 46

3.3. Pengolahan Data... 46

3.4. Model Analisis... 47

3.5. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 48

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 48

3.6.1. Multikolinearitas... 49

3.6.2. Autokorelasi... 49

3.6.3. Normalitas... 50


(14)

3.7. Metode Analisis... 52

3.7.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)... 52

3.7.2. Uji Kointegrasi... 53

3.7.3. Error Correction Mechanism... 53

3.8. Definisi Operasional... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 56

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia... 56

4.2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar... 59

4.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto... 63

4.4. Perkembangan Tingkat Bunga... 70

4.5. Perkembangan Inflasi di Indonesia... 75

4.6. Analisis dan Pembahasan……….. 80

4.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)... 80

4.8. Uji Asumsi Klasik... 82

4.8.1. Multikolinearitas... 82

4.8.2. Uji Autokorelasi... 83

4.8.3. Uji Normalitas……… 84

4.8.4. Uji Linieritas……….. 84

4.9. Hasil Estimasi……… 85

4.9.1. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) dan Derajat Integrasi.. 85

4.9.2. Hasil Uji Kointegrasi………. 88


(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 92

5.1. Kesimpulan……….... 92

5.2. Saran……….. 94


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto,

Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi... 5

4.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar di Indonesia Periode 1980- 2009 ... 62

4.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia Periode 1980-2009 ... 70

4.3. Pertumbuhan Tingkat Bunga di Indonesia Periode 1980-2009... 71

4.4. Pertumbuhan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1980-2009... 79

4.5. Uji Multikolinearitas... 83

4.6. Uji Autokorelasi... 83

4.7. Uji Linieritas... 84

4.8. Hasil Estimasi ADF dan Derajat Integrasi untuk Uji Akar Unit... 86


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga dan

Tingkat Inflasi ... 5

2.1. Faktor-faktor Penentu Permintaan Uang ... 28

2.2. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga... 31

2.3. Penurunan Kurva LM... 36

2.4. Kerangka Pemikiran... 44

4.1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia Periode 1980- 2009... 62

4.2. Perkembangan PDB Indonesia Tahun 1980-2009... 70

4.3. Perkembangan SBI di Indonesia... 71


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian... 97

2. Hasil Estimasi OLS ... 98

3. Uji Multikolinearitas ... 99

4. Uji Autokorelasi ... 100

5. Uji Normalitas ... 101

6. Uji Linieritas ... 102

7. Uji Akar Unit Permintaan Uang ... 103

8. Uji Akar Unit Produk Domestik Bruto ... 104

9. Uji Akar Unit Tingkat Bunga ... 105

10. Uji Akar Unit Inflasi ... 106

11. Uji Kointegrasi ... 107


(19)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si dan Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRAK

Dalam keadaan yang jarang ditemui keadaan seimbang antara jumlah uang yang dipegang dengan jumlah uang yang diinginkan atau diharapkan maka permasalahan permintaan uang menjadi sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Dalam keadaan dinamis, masyarakat harus melakukan tindakan penyesuaian tersebut, masyarakat menanggung biaya penyesuaian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB), tingkat bunga (IR), dan tingkat inflasi (INF) terhadap permintaan uang (M) di Indonesia.

Data diperoleh dari data sekunder yaitu permintaan uang, produk domestik bruto, tingkat bunga, dan tingkat inflasi tahun 1980-2009 (30 observasi). Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Error Correction Mechanism (ECM) yang diuji menggunakan uji unit root dan uji kointegrasi.

Secara serempak (bersama) variabel independen (PDB, IR, INF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (M). Secara parsial variabel independen PDB mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (M), sedangkan variabel IR dan INF berpengaruh negatif terhadap M.

Kata Kunci: Permintaan Uang, Produk Domestik Bruto, Tingkat Bunga, Tingkat Inflasi.


(20)

ANALISYS OF DEMAND FOR MONEY IN INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si and Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRACT

In a condition which is rarely seen by the equilibrium between total of on-hold money with a total of on-demand for money so the cases of money demanded become really interesting for a research to be done. In a dynamic condition, the community take the adjustment cost. The objectives of this research are to analyze the influence of gross domestic product (GDP), interest rate (IR), inflation rate (INF) on the demand for money (M) In Indonesia.

The datas are obtained from the secondary datas which are the demand for money, gross domestic product, interest rate, inflation rate from 1980 to 2009 (30 observations). This research uses the method of Ordinary Least Square (OLS) and Error Correction Mechanism (ECM). In Error Correction Mechanism (ECM), which is tested by unit root test and cointegration test.

Simultaneosly, independent variables (GDP, IR, INF) have significant influences towards dependent variables. Partially, independent variables (GDP) have significant and positive influence towards the dependent variable (demand for money), while interest rate variable and inflation rate variable have significant and negative influence towards the demand for money.

Keyword: Demand for Money, GDP, Interest Rate, Inflation Rate.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permintaan masyarakat akan uang sangat besar, sehingga jarang sekali ditemui keadaan seimbang antara jumlah uang yang diminta dengan jumlah uang yang ditawarkan. Permintaan ini menjadi sangat besar dikarenakan dengan uang semua kegiatan menjadi lancar dan mudah. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan yaitu tukar menukar, pembayaran, satuan hitung. Dengan uang masyarakat dapat memperoleh barang tanpa harus melakukan sistem barter yang tidak jarang nilai diantara kedua barang tersebut berbeda, sehingga dapat merugikan keduanya. Pada sistem ini, kalau ingin memperoleh suatu barang maka harus mengorbankan barang yang dimiliki yang jauh lebih berharga, misalnya hanya untuk memperoleh ubi harus mengorbankan harta milik sendiri seperti emas.

Definisi mengenai uang sangatlah beragam sehingga sulit untuk diambil kesimpulan mengenai hal tersebut. Untuk itu dalam mempermudah penyatuan persepsi mengenai uang, maka diambillah pengertian yaitu uang merupakan suatu alat yang dapat diterima secara umum oleh masyarakat yang dapat dijadikan sebagai alat transaksi. Permintaan akan uang berhubungan dengan berbagai faktor makro dan mikro, yang diantaranya tingkat bunga.

Tingkat bunga digunakan untuk menstabilkan jumlah uang beredar pada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar perekonomian semakin bergairah. Semakin


(22)

tinggi tingkat bunga, maka jumlah uang beredar semakin berkurang. Sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang beredar semakin bertambah. Tingkat bunga dalam hal ini tingkat bunga SBI.

Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1983 SBI adalah alat moneter yang bisa diandalkan untuk menstabilkan kondisi perekonomian nasional. Dengan menurunkan suku bunga SBI bank sentral dapat melakukan ekspansi atau kontraksi moneter. Ketika uang beredar sangat terbatas, bank sentral melakukan ekspansi moneter dengan menurunkan suku bunga SBI. Ketika uang beredar terlalu besar, dilakukan kontraksi moneter untuk menarik sebagian dana yang beredar di pasar dengan menaikkan suku bunga SBI. Kendali moneter itu bisa dilakukan setiap saat karena SBI didesain untuk jangka waktu yang berbeda-beda yaitu 1 bulan dan 3 bulan.

Kemudian pada tingkat inflasi selalu mengalami kecenderungan untuk naik. Hal ini terlihat pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997 yang telah membuat perekonomian Indonesia merosot cukup tajam. Dalam menanggulangi hal ini diperlukan waktu yang relatif cepat untuk membuatnya menjadi stabil seperti sebelumnya. Berbagai instrumen moneter digunakan untuk mengatasi hal ini.

Selanjutnya kaitan antara tingkat inflasi dengan jumlah uang beredar bisa dua arah yaitu positif atau negatif. Kalau tingkat inflasi berhubungan positif dengan jumlah uang beredar berarti faktor ketidakpastian di masa yang akan datang menjadi tinggi. Sebaliknya, kalau tingkat inflasi berhubungan negatif dengan jumlah uang


(23)

beredar berarti bahwa faktor ketidakpastian di masa yang akan datang menjadi rendah.

Berdasarkan Tabel 1.1 pada tahun 1998 produk domestik bruto mengalami penurunan sebesar 13%. Pada periode ini terjadi krisis ekonomi akibatnya pendapatan yang diperoleh masyarakat menjadi berkurang dan berlanjut pada penurunan konsumsi terhadap barang-barang produksi. Kemudian perusahaan sebagai produsen dengan seketika menurunkan jumlah produksinya. Barang-barang produksi terjadi kelangkaan sehingga kenaikan tingkat inflasipun sulit untuk dihindarkan dengan nilai sebesar 77,6%.

Pada tahun yang sama pula terjadi penurunan jumlah uang beredar sebesar 19%. Pada periode ini, masyarakat lebih berhati-hati dalam menghadapi suasana ketidakpastian. Terjadinya kekhawatiran masyarakat akan rencana pembekuan bank-bank telah mendorong penarikan dana secara tunai dan pengalihan simpanan dari bank-bank yang dinilai lemah ke bank-bank yang dinilai kuat. Selanjutnya pada tingkat bunga terjadi kenaikan untuk mengimbangi penurunan jumlah uang beredar. Peristiwa di atas sudah sesuai dengan harapan teori yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

Pengaruh naiknya tingkat inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,6% tidak seketika meningkatkan jumlah uang beredar pada periode yang sama, tetapi hal tersebut baru terlihat pada periode selanjutnya. Hal ini dikarenakan terjadi penyesuaian sehingga pemerintah memerlukan waktu dalam membenahi


(24)

perekonomian serta dalam hal ini terjadi proses pengembalian kepercayaan masyarakat pada kondisi perekonomian yang berfluktuasi.

Selanjutnya pada periode tahun 1999 tingkat bunga yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 25%. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi tingginya jumlah uang beredar pada periode itu. Naiknya tingkat bunga tidak langsung berpengaruh pada jumlah uang beredar.tetapi hal ini baru terlihat pada periode berikutnya. Jumlah uang beredar menjadi turun sebesar 21%.

Kemudian pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global. Pada periode itu tingkat inflasi mengalami peningkatan. Dengan penetapan tingkat bunga sebesar 9,25% diharapkan tingkat inflasi dimasa mendatang turun. Hal ini terbukti dengan tingkat inflasi turun menjadi 5% pada tahun 2009. Krisis keuangan global yang melanda pada periode ini tidak begitu berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari nilainya yang sebesar 6,18%. Stabilnya pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh masih kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi swasta. Selanjutnya jumlah uang beredar mengalami penurunan sebesar 5%. Untuk menstabilkan jumlah uang beredar, maka dilakukanlah peningkatan tingkat bunga. Hasilnya terlihat bahwa jumlah uang beredar pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 19%.


(25)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Tingkat Bunga, dan Tingkat Inflasi

Tahun JUB (%) PDB (%) Tingkat Bunga (%) Tingkat Inflasi (%)

1994 24,00 7,54 13,00 8,60

1995 17,00 8,22 13,00 9,40

1996 24,00 7,82 17,00 8,00

1997 17,00 4,70 17,00 11,10

1998 -19,00 -13,13 16,00 77,60

1999 114,00 0,79 25,00 2,00

2000 21,00 4,92 22,00 9,40

2001 6,00 3,83 13,31 12,60

2002 10,00 4,25 16,18 10,00

2003 22,00 4,51 13,79 5,10

2004 12,00 5,38 8,25 6,40

2005 1,00 5,67 12,75 17,11

2006 41,00 5,48 12,89 6,60

2007 28,00 6,20 8,60 6,59

2008 -5,00 6,18 9,25 11,06

2009 19,00 4,55 7,00 5,00

Sumber: Bank Indonesia

(40,00) (20,00)

-20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00

1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 Tahun

P

e

rs

e

n JUB

PDB

Tingkat Bunga Tingkat Inflasi

Gambar 1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Tingkat Inflasi


(26)

Oleh sebab itu, hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, produk domestik bruto, tingkat bunga dan tingkat inflasi di Indonesia terus mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Gambar juga menjelaskan adanya hubungan antara masing-masing variabel, di mana terlihat kecenderungan perubahan produk domestik bruto, tingkat bunga dan tingkat inflasi menyebabkan perubahan pada jumlah uang beredar. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan pembangunan. Karena tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan stabil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai penelitian mengenai permintaan uang, sebelumnya telah banyak dilakukan, yang salah satunya adalah Mohsen (2002) meneliti tentang stabilitas permintaan uang di Korea dengan menggunakan pendekatan error correction mechanism. Variabel yang digunakan adalah M1, M2, M3, pendapatan, tingkat bunga, nilai tukar riil. Hasil empiris menunjukkan bahwa di Korea tidak ada agregat moneter yang memiliki hubungan yang stabil dengan pendapatan, tingkat bunga dan nilai tukar. Sehingga mengindikasikan semua observasi pada periode krisis Asia Timur di atas tahun 1997 memiliki hubungan lebih tidak stabil. Mansur (2007) mengkaji Cointegration Error Correction and the Demand For Money In Bangladesh. Variabel yang digunakan yaitu uang riil, pendapatan riil, tingkat inflasi dan tingkat bunga yang stabil setiap waktu. Dari penelitian ini menghasilkan bahwa inflasi dan tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan uang. Sedangkan pendapatan riil berpengaruh positif terhadap permintaan uang.


(27)

Berdasarkan fenomena dan kajian terdahulu perlu ada penegasan apakah jumlah uang beredar dipengaruhi oleh produk domestik bruto, tingkat bunga dan tingkat inflasi dan oleh karena itu perlu ada penelitian lebih lanjut. Atas dasar itu, tesis ini mencoba untuk menganalisis masalah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Permintaan Uang di Indonesia?

2. Bagaimana Pengaruh Tingkat Bunga terhadap Permintaan Uang di Indonesia? 3. Bagaimana Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Permintaan Uang di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Bunga terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Permintaan Uang di Indonesia.


(28)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait dalam hubungannya dengan jumlah uang beredar.

2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan jumlah uang beredar, produk domestik bruto, tingkat bunga dan tingkat inflasi.

3. Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

4. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Pada masa lampau banyak orang mengatakan bahwa uang merupakan benda yang aneh. Karena sebagian beranggapan kalau uang hanyalah sebuah kertas atau logam tanpa nilai intrinsik. Uang baru berguna ketika dipakai untuk berbagai keperluan. Berkaitan dengan uang ini, beberapa peneliti membuat definisi mereka masing-masing tentang uang antara lain: Dornbursch (2008) mendefinisikan uang sebagai alat pembayaran atau media pertukaran. Sedangkan Samuelson dan Nordhaus (2004) berpendapat bahwa uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang diterima secara umum. Sehingga dari dua definisi tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa uang merupakan suatu alat yang dapat diterima secara umum yang dapat dijadikan sebagai alat dalam bertransaksi.

Beberapa fungsi uang dikemukakan oleh Dornbusch (2008) yaitu: 1. Uang sebagai media pertukaran, tidak memerlukan lagi persyaratan.

2. Penyimpan nilai (store of value), aset yang menjaga nilai sepanjang waktu. 3. Satuan hitung (unit of account), unit di mana harga dicantumkan dan catatan

disimpan.

4. Standar pembayaran di masa depan (standard of deferred payment), unit uang digunakan dalam transaksi jangka panjang seperti dalam pinjaman.


(30)

Dalam perekonomian agar dapat digunakan uang juga harus memenuhi syarat- syarat antara lain: (Manurung dan Rahardja: 2004)

1). Mudah dibawa (portability)

Syarat pertama agar suatu benda dapat digunakan sebagai uang adalah mudah dibawa (portability). Dengan mudah dibawa kemana saja maka uang akan sangat likuid karena dapat digunakan di mana saja dan kapan saja. Portability dari uang juga meningkatkan kenyamanan dan rasa aman memegang uang, sebab uang dalam jumlah besar dapat disimpan di tempat yang kecil, terlindung dan tidak diketahui oleh orang lain.

2). Tahan lama

Uang juga harus tahan lama (awet), agar tidak perlu setiap saat ganti dengan yang baru. Uang memang berpindah tangan dari tangan satu ke tangan yang lain tiap harinya dan frekuensi perpindahannya sering, maka nilai fisik uang haruslah dijaga jangan lekas rusak dan robek. Terpenuhinya syarat durability menyebabkan nilai uang tidak lekas merosot karena fisik uang tidak lekas rusak.

3). Dapat dipecah menjadi unit-unit nilai yang lebih kecil (divisibility)

Selain mudah dibawa dan lama, uang juga harus dapat dipecah menjadi unit-unit yang lebih kecil, agar mampu menjalankan fungsinya sebagai alat pembayaran untuk transaksi-transaksi yang lebih kecil nilainya.

4). Dapat distandarisasi (standarizability)

Syarat ini harus dipenuhi agar pengguna uang tidak merasa ragu akan kualitas uang yang dipakai. Dengan demikian setiap uang yang digunakan dalam sebuah


(31)

perekonomian harus dapat dicetak/diperbanyak dengan kualitas standar. Tercakup dalam arti kualitas standar adalah uang amat sulit bahkan kalau mungkin tidak dapat dipalsukan.

5). Diakui (recognizability)

Salah satu syarat yang dipenuhi lagi adalah harus dapat diterima oleh masyarakat. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka yang timbul adalah ketidakpastian apakah uang yang mereka terima merupakan barang yang berharga atau sama sekali tidak bernilai.

6). Nilainya stabil (stability of value)

Dalam hal ini stabil tidak berarti nilainya tetap melainkan tidak berfluktuasi secara tajam. Nilai uang boleh berubah, namun fluktuasi perubahannya adalah relatif kecil.

7). Jumlahnya mencukupi (elasticity of supply)

Jumlah uang beredar haruslah memenuhi kebutuhan perekonomian. Karena itu bank sentral sebagai badan tunggal yang menciptakan uang (kartal) haruslah mampu melihat perkembangan perekonomian yang selanjutnya mampu menyediakan uang secara cukup bagi perekonomian. Sebaliknya, bank sental juga harus segera bertindak manakala jumlah uang beredar terlalu banyak.

Instrumen kebijakan moneter yang digunakan untuk mengatasi kelebihan jumlah uang beredar antara lain: (Pohan, 2008)


(32)

1. Reserve requirement atau biasa disingkat dengan RR

Adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya.

Semakin kecil persentase tersebut, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reservenya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya semakin besar persentase, semakin berkurang kemampuan bank untuk memberikan pinjaman. Oleh karena itu pinjaman perbankan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi uang beredar. Di sinilah posisi RR yang dapat menjadi alat untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar.

Di samping itu penetapan besar kecilnya RR akan berdampingan terhadap bunga. Makin tinggi RR, akan mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat karena cost of loanable fund menjadi semakin tinggi. Sebaliknya rendah RR semakin rendah pula suku bunga pinjaman (lending rate).

Apabila bank sentral memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter cadangan wajib tersebut dapat ditingkatkan, dan demikian pula sebaliknya, Bank Sentral juga berfungsi sebagai lender of the last resort. Dalam melaksanakan fungsi ini, Bank Sentral dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.

Pinjaman tersebut pada umumnya berjangka waktu maksimal maksimal 90 hari dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi


(33)

serta mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman. Saat ini ketentuan mengenai RR yang juga dikenal dengan cadangan wajib atau giro wajib minimum (GWM) adalah sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang diterima bank, yang wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.

2. Operasi pasar terbuka

Operasi pasar terbuka adalah kegiatan dari jual beli surat surat berharga oleh bank sentral. Dalam kaitannya ini penjualan surat surat berharga oleh bank sentral akan mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid bank-bank akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan pinjaman. Sebaliknya pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan membawa dampak ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat likuid akan memperbesar kemampuannya dalam pemberian pinjaman.

OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT dilakukan melalui dua cara yaitu melalui perjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan intervensi rupiah melalui Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI).

Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sementara itu, kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh bank sentral untuk menyesuaikan kondisi pasar uang, baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.


(34)

3. Fasilitas diskonto

Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada bank-bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan diskonto yang rendah akan mendorong bank-bank meningkatkan permintaan pinjaman bank sentral yang selanjutnya akan menambah jumlah uang beredar.

4. Moral suassion

Selain instrumen-instrumen di atas bank sentral juga dapat melakukan imbauan bank sentral juga dapat melakukan imbauan kepada bank-bank untuk melakukan kebijakan tertentu. Imbauan ini bersifat tidak mengikat tetapi sebagai lembaga yang kredibel imbauan bank sentral biasanya memiliki dampak yang cukup efektif dalam kebijakan moneter.

2.2. Teori Permintaan Uang

Dalam menganalisis permintaan uang terdapat dua pandangan yaitu teori permintaan uang klasik dan teori permintaan uang menurut Keynesian.

2.2.1. Teori Permintaan Uang Klasik

Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Dengan cara sederhana menjelaskan hubungan antara uang, harga, dan output (Dornbusch: 2008).


(35)

M V = PY ……….(1) Di mana:

M = Jumlah uang beredar V = Kecepatan uang berputar P = Tingkat harga

Y = Output

Persamaan (1) adalah persamaan kuantitas uang yang menghubungkan tingkat harga dan output dengan jumlah uang beredar. Persamaan kuantitas ini menjadi teori kuantitas klasik uang, ketika kecepatan uang berputar dan tingkat output adalah tetap. Output riil menjadi tetap karena perekonomian berada pada full employment dan kecepatan diasumsikan tidak berubah banyak. Tak satupun dari asumsi ini terbukti, meski demikian, menarik untuk diperhatikan bagaimana kesimpulan dari teori ini. Jika V dan Y tetap, maka tingkat harga proporsional dengan jumlah uang beredar.

Teori kuantitas klasik menyatakan bahwa tingkat harga proporsional dengan jumlah uang beredar:

Y MV P

Jika V Konstan, maka perubahan uang beredar menjadi perubahan PDB nominal, PY, secara proporsional.


(36)

2.2.2. Teori Permintaan Uang Keynes

Menurut pandangan Keynesian ada tiga motif orang memegang atau meminta uang antara lain sebagai berikut: (Nanga, 2005)

1. Transaction motive, yaitu motivasi untuk memegang uang adalah keinginan untuk mempermudah kegiatan transaksi atau untuk membiayai keperluan transaksi. Dalam permintaan uang untuk keperluan transaksi, pandangan klasik sama dengan pandangan Keynesian. Permintaan uang untuk transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Bila pendapatan naik, maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat.

2. Precautionary motive yaitu motif orang memegang uang untuk persiapan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Misalnya sakit atau berhenti bekerja. Permintaan uang untuk berjaga-jaga ini juga sangat bergantung pada besarnya pendapatan atau berhubungan positif dengan tingkat pendapatan, di samping pendapatan, tingkat risiko yang mungkin dihadapi juga akan mempengaruhi orang dalam memegang uang untuk berjaga-jaga.

3. Speculative motive yaitu motivasi meminta uang untuk keperluan spekulasi. Permintaan uang untuk spekulasi selalu berkaitan dengan upaya mencari keuntungan. Peluang keuntungan akan diperoleh bila uang yang diminta dibelikan obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol band) dan tidak memiliki resiko tinggi. Dari pembelian obligasi tersebut akan diperoleh keuntungan berupa bunga.


(37)

2.3. Model Dasar Permintaan Uang

Model dasar permintaan uang riil memperhatikan tujuan individu untuk memegang uang, yaitu tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Model dasar permintaan uang diformulasikan sebagai berikut (Manurung, 2009).

] , [ t t t

t

R y L P M

 (1)

Di mana t = periode waktu, M = permintaan uang nominal, P = tingkat harga umum, L = likuiditas, y = pendapatan riil, dan R = tingkat bunga nominal. Dari model dasar ini diketahui bahwa Ly > 0 dan LR < 0, artinya permintaan uang naik jika pendapatan riil naik dan permintaan uang turun jika tingkat bunga nominal naik. Individu atau rumah tangga ingin memaksimalkan utilitas memegang uang sampai waktu tak terhingga, sehingga fungsi utilitas memegang uang adalah

... ] , [ ] , [ ] ,

[ct ltuct1 lt1  2u ct2 lt2

u   (2)

Di mana c = konsumsi barang atau jasa, l = leha-leha atau leisure, dan  < 1 adalah faktor diskonto. Peningkatan konsumsi dan leha-leha akan meningkatkan utilitas [uc, ul > 0], dan utilitas marginal dari konsumsi dan leha-leha semakin kecil [ucc dan ull < 0]. Rumah tangga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebesar obligasi B dengan tingkat bunga nominal [R]. Jika B > 0 maka rumah tangga memberi pinjaman dan jika B < 0 maka rumah tangga meminjam. Oleh sebab itu kendala anggaran rumah tangga pada periode [t] adalah:

t t t t t t t

t y M R B P c M B


(38)

Komponen sebelah kiri persamaan merupakan jumlah sumber dana, yaitu pendapatan nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t-1], dan obligasi periode [t-1] dan komponen sebelah kanan persamaan merupakan jumlah penggunaan dana, yaitu konsumsi nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t] dan obligasi periode [t]. Pengaturan kendala anggaran rumah tangga pada periode [t+1] adalah

1 1 1 1

1 [1 ]    

  t   t tt ttt

t y M R B P c M B

P t t t t t t t R B M M y c P B           1 ]

[ 1 1 1

1

(4)

Eliminasi obligasi [Bt] dari kendala anggaran rumah tangga karena tujuan membahas masalah permintaan uang bukan permintaan obligasi dengan menggunakan proses literatif sebagai berikut:

t t t t t t t

t y M R B P c M B

P  1[1 1] 1    )] ( ) ( [ ] 1

[ Rt1 Bt1  Pt ctyMtMt1 )] ( ) ( [ ] 1

[ Rt 1 Pt 1 ct 1yMt 1Mt

   

[1 ] [ 2( 2 ) ( 2 1)]

2     

Rt Pt ct y Mt Mt +... (5)

Persamaan (5) disebut kendala anggaran intertemporal atau intertemporal budget constraint, yaitu kendala anggaran setiap periode sampai periode tak berhingga. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa peningkatan harga akan meningkatkan permintaan uang nominal untuk mengimbangi jumlah konsumsi atau transaksi riil. Artinya leha-leha [l] berhubungan negatif dengan konsumsi riil [ct] dan


(39)

berhubungan positif dengan permintaan uang riil [mt]. Permintaan leha-leha dirumuskan sebagai berikut:

] , [ t t

t c m

l  (6)

Tujuan dari rumah tangga pada periode [t] adalah menentukan [ct] dan [mt] dengan maksimisasi fungsi utilitas:

... , , , , 1 1 1 1                                   t t t t t t t t P M c c u P M c c

u    (7)

Fungsi lagrange dari optimalisasi utilitas rumah tangga persamaan (7) dan kendala persamaan (5) adalah

... , , , , 1 1 1 1                                    t t t t t t t t P M c c u P M c c u

L   

1

1 1

1] [ ( ) ( )] [1 ]

1

{[           

 Rt Bt Pt ct y Mt Mt Rt

[Pt1(ct1y)(Mt1Mt)]...} (8) First-order condition [FOC] dari (8) terhadap ct dan Mt akan menghasilkan persamaan konsumsi riil dan permintaan stok uang nominal, yaitu:

0 ] , [ )] , ( , [ )] , ( ,

[ 2 1

1   

  t t t t t t t t t t P m c m c c u m c c u c

L

(9A) 0 ] 1 [ ] , [ )] , ( ,

[ 2 1

2

   t t t t t t t t R P m c m c c u M

L  

(9B)

Eliminasi [Pt] dari persamaan (9A) dan (9B) ini akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:


(40)

 

t t t t t t

t t

t c m u c c m c m P

c

u1[ ,( , )] 2[ ,( , )]1[ , ]  )] , ( )] , ( , [ 2

2 ct ct mt ct mt

u   1

] 1 [   

PtPt Rt (10A)      )] , ( , [ ]{ ) 1 ( 1 [ )] , ( )] , ( ,

[ 2 1 1

2 ct ct mt ct mt Rt u ct ct mt

u   

u2[ct,(ct,mt)]1[ct,mt]} (10B) Di mana permintaan uang riil adalah mtL[ct,Rt]. Misalkan hubungan permintaan uang riil dibentuk dalam fungsi eksplisit sehingga fungsi u[ct, lt] dan [ct, mt] masing-masing adalah:

 

t t t

t l c l

c

u[ , ] 1 (11A)

 

ct mt ct mt

  ] ,

[ (11B) Derivasi parsial persamaan (12.11A) dan (12.11B) terhadap [ct, lt dan mt] akan menghasilkan persamaan-persamaan berikut:

1 1

1 1

2 [ ]

                t t t t t t m c c l c l u

u (12A)

1 2          

t t

t

m c

m (12B)

     

] [1 ] [ ]

1 [

1 t t t t t

t m c c l c c u

u       

 

 (12C)

   

t t

t m c c ] 1 [ 1      


(41)

Substitusi persamaan (12A) dan (12D) ke (10A) dan (10B) akan menghasilkan permintaan uang riil sebagai berikut:

         

c1t [ct mt ] 1 ct mt 1 [1 (1 Rt) 1]{1 ct [ct mt ]

       

ct1[ctmt] 1ct( 1)mt}                                           

t t

t t t t t t t t

t c m

m c c m c c R m

c ( 1)

) 1 ( ) 1 ( 1 1

1 [1 ]

] ) 1 ( 1 [                          t t t t t t

t c m

m c R

m

c ( 1)

) 1 ( 1

1 [1 ]

] ) 1 ( 1 [                          t t t t t t t

t c m

m c R R m c 1 1

1 [1 ]

1                 t t t t

t R c c

R m 1 ] 1 [ 1 1                   t t t

t R c

R m    1 1 1                 t t t R c

m 1 1

1   

(13)

Persamaan (13) menjelaskan bahwa respons permintaan stok uang riil terhadap konsumsi riil adalah positif, sebaliknya respons terhadap biaya memegang uang atau tingkat bunga nominal adalah negatif, dengan syarat nilai [1 - ]   . Perubahan konsumsi mempunyai efek langsung dan lebih kuat pada utilitas dibandingkan dengan efek tidak langsung dari leha-leha. Artinya peningkatan utilitas rumah tangga akan lebih tinggi akibat peningkatan konsumsi dibandingkan dengan


(42)

peningkatan leha-leha. Substitusi (13) ke hasil derivasi parsial (10A) dan (12.10B) akan menghasilkan persamaan:

t t t t t t

t l u c l c m P

c

u1[ , ] 2[ , ]1[ , ] (14A)

         t t t t t t R P m c l c u 1 1 1 ] , [ ] , [ 2

2 

(14B)

Komponen pertama kiri persamaan (14A) menjelaskan utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit konsumsi dan komponen kedua menjelaskan utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit leha-leha. Komponen kanan persamaan menjelaskan utilitas marginal netto dari konsumsi, yaitu utilitas yang diperoleh secara langsung akibat peningkatan satu unit konsumsi dikurang biaya dari leha-leha. Komponen kiri persamaan (14B) menjelaskan utilitas marginal dari satu unit leha-leha dikali unit leha-leha-leha-leha dari memegang uang riil. Komponen kanan menjelaskan utilitas marginal netto dari satu unit uang atau utilitas marginal satu unit leisure dari memegang uang sama dengan utilitas marginal dari satu unit uang dikali pendapatan bunga per unit uang.

2.4. Pengembangan Model Permintaan Uang

Unsur ketidakpastian menyebabkan individu menentukan keputusan untuk memegang stok uang kas dan aktiva keuangan lainnya, yaitu obligasi, saham, deposit dan pinjaman sistem perbankan pada periode tertentu. Individu membagi endowment nominal [y] dalam bentuk kas [Mt] dan aktiva keuangan lainnya [Bt]. Periode [t+1]


(43)

dan [t+2] mengandung unsur ketidakpastian dalam konsumsi, sehingga ekspektasi utilitas maksimum adalah:

] [ ) 1 ( ] [ ]

[uq u ct1  q u ct2

E (15)

Di mana q = probabilitas mengkonsumsi periode [t+1], dan 1 - q = probabilitas mengkonsumsi periode [t+2]. Konsumsi periode [t+1] adalah Mt / Pt+1, konsumsi periode [t+2] adalah [Mt + Bt  (1 + R)]/Pt+2 dan tingkat bunga nominal [R]. Persamaan (15) dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan:

2 1 ] 1 [ ] 1 [ ] [        t t t t t P R B M u q P M u q u

E (16)

Berdasarkan clower or cash in advance constraint [Y = Mt + Bt], fungsi lagrange dari ekspektasi utilitas dan FOC masing-masing adalah

] [ ] 1 [ ] 1 [ 2 1 ,

, t t

t t t t t B

M P Y M B

R B M u q P M u q L t t             0 ] 1 [ 2 2 1

1

     t t t t P C u q P C u q 0 ] 1 [ ] 1 [ 2

2

    R P C u q t t


(44)

] 1 [ ] 1 [ ] 1 [ 2 2 2 2 1 1 R P C u q P C u q P C u q t t t t t

t

       2 2 1 1 ] 1 [     t t t t P C u q r P C u q 2 2 1 1 )] 1 ( ) ( [ ] 1 [            t t t t t t t P P R M Y M u q R P P M u

q (17)

Individu atau rumahtangga diasumsikan constant relative risk aversion [CRRA] sehingga fungsi utilitas individu:

     1 ] [ 1 C C

U (18)

Koefisien CRRA adalah -U(C)/U(C) = -  sehingga persamaan (17) dapat ditulis dalam bentuk:

1 2 2 1 1 1 ) 1 )( ( ] 1 [                          t t t t t t t P P R M Y M u q R P P M u q   

 1/

2 1 1 2 / 1 1 1 ) 1 ( ) 1 (                                   t t t t t t P P P RM R Y q q R P M

 1/

2 1 1 2 / 1

1 (1 ) (1 )

                                 t t t t t t P P P RM R Y q q R M P

 1/

2 1 2 / 1 1 ) 1 ( ) 1 (                                 t t t t t t P P RM R Y P q q R M P

 1/

2 1 1 2 / 1 ) 1 ( ) 1 (                                 t t t t t t P P P P q q R M RM R Y


(45)

 

 (1 )/

2 1 / 1 ) 1 ( ) 1 (                          t t t t P P q q R M RM R Y  

 ( 1)/

1 2 / 1 ) 1 ( ) 1 (                          t t t t P P q q R M RM R Y   

 ( 1)/

/ 1 ] 1 [ ) 1 ( ) 1 (                   q q R M RM R Y t t R R q q R Y Mt                 / 1 / ) 1

( (1 )

) 1 ( ) 1 ( (19A) R R q q R q q Y Bt                              / 1 / ) 1 ( / 1 / ) 1 ( 1 ) 1 ( 1 1 ) 1 ( (19B)

Persamaan (19A) dan (19B) masing-masing menjelaskan permintaan uang untuk tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi obligasi dan aktiva keuangan lainnya. Nilai probabilitas adalah 0  q  1 dan individu atau rumah tangga enggan risiko [   1] sehingga respons permintaan uang untuk berjaga-jaga dan transaksi terhadap inflasi [] dan tingkat bunga nominal [R] adalah negatif. Respons permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap tingkat bunga nominal [R] adalah negatif dan respons terhadap inflasi [] adalah positif. Respons positif dari permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap inflasi disebut Tobin’s effect. Oleh sebab itu, unsur


(46)

ketidakpastian dan preferensi mengkonsumsi individu atau rumah tangga akan menentukan permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Menurut persamaan (19A) dan (19B), elastisitas permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi terhadap output agregat [Y] bersifat uniter jika q = 1.

Model permintaan uang untuk tujuan spekulasi dengan inventory-theory approach berkembang kemudian. Model Baumol-Tobin menimbulkan dua kemungkinan, yaitu endowmen awal sebagai uang dan endowmen awal sebagai aktiva keuangan lainnya. Pada tingkat bunga nominal [R], setiap penukaran aktiva keuangan lainnya menjadi uang menciptakan biaya transaksi [C] untuk setiap jumlah transaksi [N]. Permintaan uang rata-rata adalah M = Y / 2N, sehingga total biaya memegang uang adalah

N C N Y R

TC  

2 (20A)

FOC dari (12.20A) terhadap N menghasilkan model permintaan uang untuk spekulasi sebagai berikut:

C Y R N atau C

N Y R

2 0

2 2   

R Y C C RY Y N

Y M

2 2

2

2  

 (20B)

Dari (20B) ditunjukkan bahwa respons permintaan uang untuk spekulasi terhadap pendapatan atau endowment dan biaya transaksi adalah positif, sebaliknya


(47)

respons terhadap tingkat bunga nominal adalah negatif. Secara periodik model permintaan uang Baumol-Tobin dapat didefinisikan sebagai berikut:

5 . 0 5 . 0 5 . 0

2

 

    

C Y R

Mt (21)

Keseimbangan umum dari Baumol-Tobin menjelaskan tiga hal penting, yaitu: pengaruh permintaan uang terhadap konsumsi dan tabungan, karakteristik permintaan uang, dan pengaruh pertumbuhan uang terhadap alokasi riil perekonomian.

2.5. Model Empiris Permintaan Uang

Fungsi permintaan uang secara empiris tidak hanya ditentukan oleh permintaan uang setiap periode akan tetapi juga ditentukan oleh unsur ketidakpastian terhadap tingkat bunga dan tingkat harga. Adanya unsur ketidakpastian mengakibatkan penyesuaian terhadap permintaan uang, yaitu:

]

[ 1

1 

  

e t

t t

t m m m

m  (25)

Nilai  = 1 disebut penyesuaian penuh dan pada umumnya 0  1, di mana  merupakan ukuran dari kecepatan penyesuaian atau speed of adjustment. Perbedaan permintaan uang dari periode [t+1] dan [t-1] mengakibatkan model permintaan uang riil secara empiris dari persamaan (13) adalah:

t t

t

t y c R


(48)

Substitusi (26) ke (25) dengan asumsi bahwa ekspektasi permintaan uang riil [mte] sama dengan (26), yaitu model permintaan uang riil secara empiris merupakan model autoregression:

]

[ 0 1 2 3 1

1 

     

t t t t t

t m y c R m

m     

1 3

2 1

0    [1 ] 

t t t t

t y c R m

m      (27)

Persamaan (27) dapat ditaksir dengan OLS atau dengan berbagai teknik ekonometrika lainnya. Jika terjadi penyesuaian penuh maka nilai  = 1 dan model permintaan uang riil sama dengan (26), sebaliknya jika individu atau rumah tangga tidak dapat melakukan penyesuaian penuh maka model permintaan uang riil (26) berbeda dengan (27), atau permintaan uang tidak pasti.

R

M = P m[R, y, c]

M

Gambar 2.1. Faktor-faktor Penentu Permintaan Uang

Model empiris permintaan uang nominal atas menunjukkan tiga faktor penting penentu permintaan uang riil, yaitu tingkat pendapatan riil, tingkat konsumsi riil, dan tingkat harga umum. Peningkatan pendapatan riil, konsumsi riil rumah tangga dan tingkat harga umum akan meningkatkan skedul permintaan uang.


(49)

Sebaliknya penurunan pendapatan riil, konsumsi riil dan harga umum akan menurunkan skedul permintaan uang, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

2.6. Model Kecepatan Perputaran Uang

Kecepatan perputaran uang merupakan rasio pendapatan nominal terhadap stok uang nominal, yaitu:

] , [ t t

t t

t t t

R y L

y M

y P

V   (28)

Di mana:

V = Kecepatan perputaran uang P = Tingkat harga

Y = Pendapatan riil

M = Permintaan uang nominal R = Tingkat bunga nominal L = Likuiditas

Persamaan (28) menjelaskan bahwa kecepatan perputaran uang tidak terlepas dari pendapatan riil dan tingkat bunga. Respons kecepatan perputaran uang terhadap pendapatan riil dan tingkat bunga nominal adalah positif atau peningkatan pendapatan riil dan tingkat bunga nominal akan meningkatkan kecepatan perputaran uang. Dengan kata lain kecepatan perputaran uang tidak konstan akan tetapi ditentukan oleh faktor-faktor penentu permintaan uang.


(50)

2.7. Mekanisme Keterkaitan Variabel yang Diamati dengan Permintaan Uang

2.7.1. Produk Domestik Bruto dengan Permintaan Uang

Dalam bukunya yang berjudul the general theory of employment, interest and Money (1936), Keynes mengemukakan ada tiga motif yang mendorong seseorang atau masyarakat memegang uang tunai (motives for holding money). Tetapi dalam hal ini yang berkaitan dengan pendapatan adalah dua dari ketiga ketiga motif Keynes, yaitu: (Nanga, 2005)

1. Motif untuk transaksi (transaction motive). 2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive).

Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga (transaction and precautionary demand for money) biasanya dinotasikan dengan Mt, dan menurut Keynes sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.


(51)

Kedua motif di atas dapat dijelaskan melalui kurva berikut:

Sumber: Sukirno, 2004

Gambar 2.2. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga

Kurva Mtp dalam Gambar 2.2 adalah kurva permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga. Seperti telah diterangkan, permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional. Sifat hubungan inilah yang ditunjukkan dalam gambar tersebut. Sumbu datar menunjukkan jumlah uang yang diminta dan sumbu tegak menunjukkan pendapatan nasional. Kurva Mtp bergerak dari bawah kiri ke kanan atas dan bermula dari titik origin. Kurva seperti ini berarti, semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi

Yb

Ya

Mtp

Mb

Mtp 0

Ma Y


(52)

permintaan uang untuk transaksi. Ketika pendapatan nasional Ya, permintaan uang adalah Ma dan ketika pendapatan nasional Yb, permintaan uang adalah Mb. Sifat hubungan ini digambarkan oleh kurva Mtp.

2.7.2. Tingkat Bunga dengan Permintaan Uang

Tingkat bunga dengan permintaan uang dalam masyarakat berkaitan erat dan memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dapat terlihat dari semakin tinggi tingkat bunga maka permintaan uang (jumlah uang beredar) akan semakin berkurang, dan sebaliknya semakin rendah tingkat bunga dalam masyarakat, maka permintaan uang (jumlah uang beredar) akan semakin meningkat. Dalam menggabungkan ketiga motif untuk memegang uang secara bersama-sama ke dalam persamaan permintaan akan uang, Keynes cermat dalam membedakan antara jumlah nominal dan jumlah riil. Uang dinilai dari apa yang bisa dibeli. Kalau misalnya semua harga dalam perekonomian meningkat dua kali (tingkat harga dua kali lipat), jumlah nominal uang yang sama hanya akan dapat membeli separuh dari banyaknya barang. Keynes kemudian memberi alasan bahwa orang ingin memegang sejumlah tertentu saldo uang riil (jumlah uang dalam bentuk riil-real money balances) - suatu jumlah yang ditunjukkan oleh ketiga motifnya akan berhubungan dengan pendapatan riil Y dan dengan suku bunga i. Keynes menuliskan persamaan permintaan akan uang berikut ini, yang dikenal sebagai fungsi preferensi likuiditas, yang menyatakan bahwa permintaan akan saldo uang riil Md/P adalah fungsi dari (terkait dengan) i dan Y: (Mishkin, 2008).


(53)

) , (

i

Y

f P Md

  

Tanda minus di bawah i dalam fungsi preferensi likuiditas berarti bahwa permintaan akan saldo uang riil berhubungan negatif dengan suku bunga i, dan tanda positif di bawah Y artinya bahwa permintaan akan saldo uang riil dan pendapatan riil Y berhubungan positif. Kesimpulan Keynes terhadap permintaan akan uang tidak hanya berkaitan dengan pendapatan tetapi juga dengan suku bunga sebagai kemajuan besar dari pandangan Fisher mengenai permintaan uang, di mana suku bunga tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan akan uang.

Kaitan diantara keduanya dapat dilihat dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas. Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY/M, Teori Keynes mengenai permintaan akan uang mengimplikasikan bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan pergerakan tingkat bunga. Persamaan preferensi likuiditas dapat juga dituliskan sebagai:

) , (

1 Y i f M

P

d

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan Y dan mengganti Md dengan M karena keduanya sama pada saat keseimbangan pasar uang, maka dapat diperoleh persamaan untuk percepatan sebagai berikut:

) , ( Yi f

Y M

PY Vd


(54)

Dari persamaan diketahui bahwa permintaan uang berhubungan negatif dengan tingkat bunga, ketika i naik, f (i,Y) turun, dan akibatnya percepatan naik. Dengan kata lain, meningkatnya tingkat bunga mendorong orang untuk memegang uang untuk sejumlah pendapatan, akibatnya tingkat perputaran uang (percepatan) harus lebih tinggi. Alasan ini mengimplikasikan bahwa karena tingkat bunga mempunyai fluktuasi yang signifikan, teori preferensi likuiditas dari permintaan akan uang menunjukkan bahwa percepatan juga mempunyai fluktuasi yang signifikan.

Model Keynes mengenai permintaan akan uang untuk spekulasi memberikan alasan lain mengapa percepatan menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Apa yang akan terjadi pada permintaan akan uang kalau pandangan mengenai tingkat normal mengenai penurunan suku bunga berubah? Misalnya, bagaimana kalau masyarakat memperkirakan suku bunga nominal mendatang lebih tinggi daripada suku bunga normal saat ini? Oleh karena suku bunga kemudian lebih tinggi dari yang diperkirakan di masa mendatang, lebih banyak masyarakat akan memperkirakan harga obligasi akan turun dan akan mengantisipasi adanya kerugian modal. Perkiraan tingkat pengembalian dari memegang obligasi akan turun, dan uang akan menjadi relatif lebih menarik daripada obligasi. Akibatnya, permintaan akan uang meningkat. Ini berarti bahwa f (i,Y) akan naik dan percepatan akan turun. Percepatan akan berubah seiring dengan perubahan perkiraan mengenai tingkat normal suku bunga di masa mendatang, dan perkiraan yang tidak stabil mengenai pergerakan suku bunga normal di masa depan dapat menyebabkan ketidakstabilan percepatan. Ini merupakan


(55)

salah satu alasan mengapa Keynes menolak pandangan bahwa percepatan diperlakukan sebagai suatu konstanta.

Secara ringkas, teori preferensi likuiditas Keynes merumuskan tiga motif untuk memegang uang: motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Walaupun Keynes mengambil komponen transaksi dan berjaga-jaga dari permintaan uang proporsional dengan pendapatan, dia beralasan bahwa motif spekulasi akan berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga.

Model permintaan uang Keynes mempunyai implikasi penting bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berhubungan positif dengan suku bunga, yang berfluktuasi secara signifikan. Teorinya juga menolak bahwa percepatan adalah konstan, karena perubahan perkiraan masyarakat mengenai tingkat suku bunga normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan akan uang yang juga dapat menyebabkan pergeseran percepatan.


(56)

Sumber: Nanga (2005)

Gambar 2.3. Penurunan Kurva LM Mt

Mt1

Mt0

Mt = f(Y)

Y0 Y1 0

Mt1

Mt0

Ms= Mt + Msp

0

0 0

i1

i0

Y0 Y1 Y

A

B

Msp1 Msp2 Msp

i1

i0

Msp1 Msp0 Msp

Msp=f(i)

i i

LM

(I) (II) (III)


(57)

Kuadran (I) pada Gambar 2.3 menunjukkan hubungan berkebalikan antara tingkat bunga i dan permintaan uang untuk spekulasi (Msp). Pada kuadran II, ditunjukkan alokasi penawaran uang antara permintaan uang untuk tujuan transaksi dan permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Kuadran III menunjukkan hubungan positip antara permintaan uang untuk transaksi dan tingkat pendapatan (Y0) yang konsisten dengan tingkat bunga (i0) seperti ditunjukkan pada kuadran I. Perpotongan antara tingkat Y0 dan tingkat bunga i0 akan menghasilkan sebuah titik yaitu titik A pada kuadran IV.

Selanjutnya apabila tingkat bunga naik dari i0 menjadi i1 pada kuadran I, akan meningkatkan biaya pemegangan uang (opportunity cost of holding money) dan menurunkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi dari Msp0 ke Msp1 pada kuadran II. Penurunan permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini akan menaikkan permintaan uang untuk tujuan transaksi yaitu Mt0 ke Mt1, dan apabila jumlah uang beredar (Ms) tidak mengalami perubahan, maka hal ini akan menyebabkan tingkat pendapatan naik dari Y0 ke Y1 seperti tampak pada kuadran III. Perpotongan antara tingkat bunga yang lebih tinggi (i0) dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Y1), akan menghasilkan sebuah titik lain yaitu titik B pada kuadran IV.

2.7.3. Tingkat Inflasi dengan Permintaan Uang

Milton Friedman mengembangkan suatu teori mengenai permintaan atas uang dalam artikelnya yang terkenal “The Quantity Theory of Money: A Restatement. Walaupun Friedman sering merujuk pada Irving Fisher dan teori kuantitas,


(58)

analisisnya mengenai permintaan atas uang selebarnya lebih dekat dengan teorinya Keynes (Mishkin, 2008).

Seperti pendahulunya Friedman mengajukan pertanyaan tentang mengapa orang memilih memegang uang. Daripada menganalisis motif-motif tertentu untuk memegang uang, seperti yang dilakukan Keynes, Friedman secara menyatakan bahwa permintaan atas uang harus dipengaruhi oleh faktor yang sama yang juga mempengaruhi permintaan uang untuk suatu aset. Friedman kemudian mengaplikasikan teori permintaan aset untuk uang.

Teori permintaan aset menunjukkan bahwa permintaan atas uang seharusnya merupakan fungsi dari sumber daya yang tersedia pada individu (kekayaan mereka) dan perkiraan tingkat pengembalian dari aset relatif terhadap perkiraan tingkat pengembalian pada uang. Seperti Keynes, Friedman mengakui bahwa masyarakat ingin memegang sejumlah tertentu dari saldo uang riil. Dengan alasan ini, Friedman menyatakan rumus permintaan atas uang sebagai berikut:

) ,

, ,

(

m e m e m b p f P M

r

r

r

r

r

Y

d

 

 

Di mana

Md /P = permintaan untuk saldo uang riil

Yp = ukuran friedman untuk kekayaan, disebut sebagai pendapatan permanen (secara teknis, nilai diskonto sekarang terhadap seluruh perkiraan pendapatan masa mendatang, tetapi lebih mudah dijelaskan sebagai perkiraan rata-rata pendapatan jangka panjang)


(59)

rm = perkiraan tingkat pengembalian atas uang rb = perkiraan tingkat pengembalian atas obligasi re = perkiraan tingkat pengembalian atas saham ðe = perkiraan laju inflasi

tanda di bawah persamaan menunjukkan apakah permintaan atas berhubungan positif (+) atau negatif (-) dengan masing-masing variabel yang terkait langsung di atasnya.

Oleh karena permintaan atas suatu aset berhubungan positif dengan kekayaan, permintaan uang juga berhubungan positif dengan konsep kekayaan Friedman, pendapatan permanen. Tidak seperti konsep pendapatan biasa, pendapatan permanen mempunyai fluktuasi yang lebih kecil, karena beberapa pergerakan pendapatan sementara. Sebagai contoh, dalam siklus usaha yang ekspansif, pendapatan naik secara cepat, tetapi karena beberapa dari peningkatan ini bersifat sementara, pendapatan rata-rata jangka panjang tidak berubah banyak. Oleh karena itu, ketika ekonomi sedang berada di puncak (booming), pendapatan permanen naik lebih sedikit daripada pendapatan biasa. Selama resesi, beberapa dari penurunan pendapatan rata-rata bersifat sementara, dan rata-rata-rata-rata pendapatan jangka panjang turun lebih rendah daripada pendapatan. Satu implikasi dari penggunaan konsep pendapatan permanen Friedman sebagai penentu dari permintaan atas uang adalah bahwa permintaan atas uang tidak akan berfluktuasi banyak dengan pergerakan siklus usaha.

Seorang individu dapat memegang beberapa bentuk kekayaan selain uang. Friedman mengkategorikannya ke dalam tiga bentuk aset: obligasi, saham (saham biasa) dan barang-barang. Insentif untuk memegang aset-aset ini uang ditunjukkan


(60)

oleh perkiraan tingkat pengembalian atas uang. Tiga variabel terakhir dalam fungsi permintaan uang. Tanda minus di bawah masing-masing variabel menunjukkan bahwa ketika masing-masing variabel naik, permintaan atas uang akan turun.

Perkiraan tingkat pengembalian atas uang rm, yang muncul di ketiga variabel, dipengaruhi oleh dua faktor:

1. Pelayanan yang disediakan oleh bank terhadap simpanan-simpanan yang termasuk dalam uang beredar, seperti setoran dari penerimaan dalam bentuk cek yang dibatalkan atau pembayaran otomatis dari tagihan-tagihan. Ketika pelayanan ini naik, perkiraan tingkat pengembalian dari memegang uang meningkat.

2. Pembayaran bunga atas saldo uang.

Variabel rb– rm dan re– rm menunjukkan perkiraan tingkat pengembalian atas obligasi dan saham relatif terhadap uang, ketika perkiraan terus meningkat, maka perkiraan tingkat pengembalian relatif atas uang turun, dan permintaan atas uang turun. Variabel terakhir ðe –rm, menunjukkan perkiraan tingkat pengembalian atas barang-barang relatif terhadap uang. Perkiraan tingkat pengembalian dari memegang barang adalah tingkat perkiraan keuntungan modal yang terjadi ketika harganya naik dan karenanya sama dengan perkiraan laju inflasi ðe. Kalau perkiraan laju adalah 10%, misalnya, maka harga-harga barang diharapkan naik sebesar 10% dan perkiraan tingkat pengembaliannya adalah 10%. Ketika ðe–rm, perkiraan tingkat pengembalian atas barang relatif terhadap uang meningkat, dan permintaan atas uang turun.


(1)

Nilai koefisien variabel perubahan tingkat inflasi bertanda negatif sesuai dengan hipotesis yaitu sebesar -0.145716 mengandung arti bahwa peningkatan pertumbuhan tingkat inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan pertumbuhan permintaan uang sebesar 0.145716 persen, ceteris paribus. Dengan nilai uji t sebesar -7.597102 dan probabilitas sebesar 0.0000. Variabel perubahan tingkat inflasi menunjukkan signifikan pada tingkat á = 1 persen. Hasil di atas menunjukkan bahwa faktor ketidakpastian di masa yang akan datang rendah. Hal ini mengindikasikan ekspektasi masyarakat tentang kondisi perekonomian masa yang datang lebih stabil atau tidak fluktuatif akibatnya masyarakat menunda untuk melakukan konsumsi sekarang.

Dari hasil estimasi di atas RESID01(-1) adalah signifikan artinya model telah mencapai keseimbangan dalam jangka pendek. Koefisien RESID01(-1) bernilai sebesar (-0.038873) artinya permintaan uang periode t-1 di bawah nilai keseimbangan. Dengan kata lain nilai permintaan uang periode t-1 di bawah nilai keseimbangan sehingga permintaan uang akan meningkat pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan yang disebut Error Correction

Mechanism (ECM). Nilai koefisien residual menjelaskan seberapa cepat nilai

keseimbangan dicapai kembali. Semakin nilai koefisien mendekati nilai nol maka semakin cepat nilai keseimbangan dapat dicapai kembali dan hasil ECM menunjukkan bahwa penyesuaian keseimbangan permintaan uang relatif cepat.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam mengestimasi faktor yang mempengaruhi permintaan uang, sebelumnya dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS), akan tetapi dalam hasil estimasinya masih terdapat pelanggaran asumsi klasik antara lain autokorelasi. Oleh karena itu, dilakukan kembali pengujian dengan metode Error

Correction Mechanism (ECM). Dari hasil pengujian, maka didapatlah hasil sebagai

berikut yaitu tingkat R2 = 0,739 yang bermakna bahwa variabel bebas perubahan produk domestik bruto, perubahan tingkat bunga, dan perubahan tingkat inflasi mampu menjelaskan variasi perubahan permintaan uang sebesar 73,9 persen dan sisanya 26,1 persen dijelaskan oleh variabel perubahan lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan.

5.1. Kesimpulan

1. Secara serempak, variabel-variabel eksplanatori atau variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat sangat jelas. Dari hasil estimasi tersebut secara bersama-sama variabel perubahan produk domestik bruto, perubahan tingkat bunga dan perubahan tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan permintaan uang.

2. Nilai koefisien yang bertanda positif pada produk domestik bruto terhadap permintaan uang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki tingkat


(3)

kesejahteraan yang lebih baik sehingga membutuhkan uang lebih banyak dalam membelanjakan keperluannya.

3. Nilai koefisien bertanda negatif pada tingkat bunga terhadap permintaan uang menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) melalui instrumen moneter operasi pasar terbuka dapat mempengaruhi permintaan uang (jumlah uang beredar) terutama dalam kaitannya dengan pengendalian jumlah uang beredar.

4. Nilai koefisien yang bertanda negatif pada tingkat inflasi menunjukkan bahwa faktor ketidakpastian di masa yang akan datang rendah. Hal ini mengindikasikan ekspektasi masyarakat tentang kondisi perekonomian masa yang datang lebih stabil atau tidak fluktuatif akibatnya masyarakat menunda untuk melakukan konsumsi sekarang.

5. Dari hasil estimasi RESID01(-1) adalah signifikan artinya model telah mencapai keseimbangan dalam jangka pendek. Koefisien RESID01(-1) bernilai sebesar (-0.038873) artinya permintaan uang periode t-1 di bawah nilai keseimbangan. Dengan kata lain nilai permintaan uang periode t-1 di bawah nilai keseimbangan sehingga permintaan uang akan meningkat pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan yang disebut

Error Correction Mechanism (ECM). Nilai koefisien residual menjelaskan

seberapa cepat nilai keseimbangan dicapai kembali. Semakin nilai koefisien mendekati nilai nol semakin cepat nilai keseimbangan dapat dicapai kembali,


(4)

dan hasil ECM menunjukkan bahwa penyesuaian keseimbangan permintaan uang relatif cepat.

5.2. Saran

1. Karena tingkat inflasi memiliki hasil yang signifikan dibandingkan dengan variabel produk domestik bruto dan tingkat bunga dalam mempengaruhi permintaan uang maka Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan pemerintah diharapkan dapat memperhatikan perkembangan variabel ini sebab jika angkanya yang terlalu tinggi ataupun rendah dapat menimbulkan reaksi yang beragam dalam masyarakat.

2. Untuk mempercepat nilai keseimbangan dicapai kembali dapat dilakukan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan otoritas moneter sehingga masyarakat tidak menarik uang simpanannya dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat.

3. Dianggap perlu untuk mengkaji kembali penelitian ini (atas masalah yang sama) dengan menggunakan metode pendekatan, serta konsep peninjauan yang berbeda agar dapat dilakukan studi komparasi dan mendukung temuan-temuan baru.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Sritua. 1992, Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: UI Press.

Bahmani, Mohsen, dan Oskoee. 2002, Stability of the Demand For Money In Korea,

International Economic Journal, Vol 16, No. 2, Korea: University of

Wisconsin-Milwaukee.

Dornbusch, Rudiger dkk. 2008, Makroekonomi, Jakarta: Penerbit Media Global Edukasi.

Hidayat, Paidi. 2006, Analisis Kausalitas dan Kointegrasi antara Jumlah Uang

Beredar, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Medan: FE USU.

Kadarusman, dkk. 2004, Makro Ekonomi Indonesia, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama dan Lembaga Penelitian Ekonomi IBII.

Kharie, Latif. 2006, Hubungan Kausal Dinamis Antara Variabel-variabel Moneter

Utama dan Output: Kasus Indonesia di Bawah Sistem Nilai Tukar Mengambang dan Mengambang Terkendali, Jakarta: Pusat Pendidikan dan

Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

Mankiw, N Gregory. 2007, Makroekonomi, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mansur, Ahmed. 2007, Cointegration Error Correction and The Demand For Money

In Bangladesh, Bangladesh Institute of Development Studies (BIDS).

Manurung, Joni J, Adler dan Ferdinand. 2005, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi

Moneter, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Manurung, Joni J, Adler dan Ferdinand. 2009, Ekonomi Keuangan dan Kebijakan

Moneter, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mishkin, Frederic S. 2008, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.


(6)

Nachrowi, D. N, dan Hardius Usman. 2006, Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: LPFE UI.

Nanga, Muana. 2005, Makro Ekonomi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Naury, Sanny. 2005, Analisis Jumlah Uang Beredar Suku Bunga dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1970-2002. Tesis. Sekolah Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan).

Pohan, Aulia. 2008, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers. Pratomo, Wahyu, Ario dan Paidi Hidayat. 2007, Pedoman Praktis Penggunaan

Eviews dalam Ekonometrika, Medan: USU Press.

Rangkuti, Agus Edy. 2003, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Kartal di Indonesia, Tesis, Sekolah Pascasarjana USU, Medan. (tidak dipublikasikan).

Samuelson dan Nordhaus. 2004, Ilmu Makroekonomi, Jakarta: Penerbit Media Global Edukasi.

Sukirno, Sadono. 2004, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers. Sulaiman, Wahid. 2008, Analisis Permintaan Uang di Indonesia dengan Pendekatan

Stok Penyangga Tesis. Sekolah Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan).

Sumanjaya, Rahmad, dan Paidi Hidayat. 2007, Analisis Kausalitas dan Kointegrasi

Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, Medan: FE USU.

Tambunan, Tulus. 2009, Perekonomian Indonesia, Bogor: PT. Ghalia Indonesia. www.bi.go.id.