Kesimpulan kaum Keynesian juga sama dengan kesimpulan kaum Monetarist bahwa pertumbuhan money supply yang cepat akan terus
meningkatkan harga, sehingga mengakibatkan terjadinya inflasi. Keynesian juga beranggapan bahwa tidak ada faktor lain yang dapat mengakibatkan inflasi selain
pertumbuhan money supply.
2.3. Penelitian Terdahulu 2.3.1. Permintaan Uang dan Inflasi di Dollarized Economies Rusia
Penelitian mengenai permintaan uang dan inflasi di negara yang terdolarisasi Rusia dilakukan oleh Oomes dan Ohnsorge 2005. Dalam
penelitiannya mereka melakukan tiga tahapan, yaitu : Pertama, mereka mengestimasi persamaan inflasi jangka panjang dengan menggunakan mark-up
model dimana inflasi adalah rata-rata tertimbang dari peningkatan biaya input. Mereka menemukan bahwa pada jangka panjang nominal effective depreciation,
biaya tenaga kerja dan utility price growth mengakibatkan terjadinya inflasi. Mereka juga menguji suatu restriksi bahwa efek marjinal dari inflasi biaya input
input cost inflation adalah satu. Mereka juga tidak bisa menolak hipotesis bahwa persamaan inflasi bersifat linearly homogenous.
Kedua , dalam penelitian tersebut juga diestimasi persamaan permintaan
uang jangka panjang untuk Rusia dengan menggunakan lima macam monetary aggregates
dari ruble currency in circulation sampai dengan effective broad money
. Dalam hal ini effective broad money mencakup deposito dalam mata uang asing dan estimasi dari mata uang asing dalam peredaran. Mereka menemukan
bahwa seluruh ukuran permintaan uang yang tidak memasukkan mata uang asing dalam sirkulasi ternyata sangat bergantung secara negatif terhadap nominal
depreciation rate . Hal tersebut menunjukkan bahwa mata uang asing merupakan
substitusi penting untuk uang domestik. Terakhir
, mereka mengestimasi model koreksi ekuilibrium equilibrium correction model
untuk inflasi dengan tujuan untuk menentukan bagaimana short-term dynamics of inflation
dipengaruhi oleh deviasi dari persamaan inflasi jangka panjang dan persamaan permintaan uang jangka panjang. Mereka
menemukan bahwa kecepatan penyesuaian inflasi ke keseimbangan jangka panjangnya adalah lambat berkisar antara 6-12 bulan. Inflasi juga tidak
memberikan respon yang signifikan terhadap excess supplies of monetary aggregates
yang tidak mencakup foreign cash holding. Akan tetapi, inflasi terlihat memberikan respon yang signifikan terhadap excess supply of effective broad
money .
2.3.2. Permintaan Uang dan Inflasi di Madagaskar
Nassar 2005 telah melakukan penelitian mengenai permintaan uang dan inflasi di Madagaskar. Penelitian ini berusaha memodelkan determinan inflasi
di Madagaskar selama periode 1982-2004. Adapun spesifikasi persamaan inflasi yang digunakan merupakan traditional extension dari model disekuilibrium
moneter untuk ekonomi terbuka. Ini diturunkan dari model teoritis yang menggambarkan perekonomian kecil yang memiliki tradable goods sector dan
nontradable goods sector .
Dalam penelitiannya Nassar menggunakan beberapa variabel, diantaranya : indeks harga konsumen IHK, broad money M3, suku bunga
domestik, foreign interest rate, foreign prices, nilai tukar, dan GDP riil. Sedangkan data yang digunakan adalah data kuarter selama periode 1982-2004.
Penelitian tersebut diawalinya dengan mengestimasi persamaan permintaan uang jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen.
Setelah itu, Nassar memprediksi Error Correction Model ECM untuk inflasi dengan memasukkan error correction term yang merupakan ukuran bagi
ketidakseimbangan di pasar uang. Dalam mengkonstruksi ECM untuk inflasi, ia juga memasukkan empat lag dari seluruh variabel yang ada dalam sistem, tiga
faktor musiman, dan tiga variabel dummy. Ketiga variabel dummy tersebut dimasukkan untuk mewakili : i peralihan rezim nilai tukar sejak kuarter dua
tahun 1994, ii krisis politik pada kuarter dua tahun 2002, dan iii krisis pada kuarter tiga tahun 2002.
Dari hasil penelitiannya, Nassar menemukan adanya fungsi permintaan uang yang stabil hubungan yang dapat diprediksi antara broad money, tingkat
harga, GDP riil, dan foreign interest rate di Madagaskar. Dengan kata lain, hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan jangka panjang yang stabil antara
monetary aggregates , harga domestik, pendapatan riil dan foreign interest rate di
Madagaskar. Selain itu, ECM untuk inflasi memperlihatkan bahwa perubahan dalam monetary aggregates, nilai tukar dan foreign interest rate mempunyai
dampak signifikan terhadap inflasi. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa ketidakseimbangan di pasar uang mempunyai lasting impact terhadap inflasi serta
adanya inflation inertia dimana ekspektasi inflasi sangat ditentukan oleh kejadian sebelumnya.
2.3.3. Permintaan Uang dan Inflasi di Indonesia
Penelitian mengenai permintaan uang dan inflasi juga telah dilakukan di Indonesia oleh Romayani 2005. Dalam penelitiannya, Romayani menggunakan
model permintaan uang dan inflasi yang dikemukakan oleh Sanjay Kalra dalam penelitiannya di Albania. Alasan dipilihnya model tersebut adalah karena kondisi
perekonomian negara Albania mendekati kondisi Indonesia dan karena model tersebut sesuai dengan permasalahan yang diangkatnya.
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Romayani 2005 adalah untuk menganalisis hubungan jangka panjang antara uang, nilai tukar dan
harga di Indonesia dalam model permintaan uang dan inflasi. Selain itu, dianalisis pula dampak krisis ekonomi 1997 terhadap permintaan uang dan inflasi di
Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Penelitian tersebut menggunakan Error Correction Model ECM dan
uji kointegrasi Engle-Granger. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data bulanan periode 1991-2003. Dalam penelitiannya Romayani
mempertimbangkan variabel-variabel internal, seperti : M2, suku bunga deposito berjangka RpUS , Indeks Harga Konsumen IHK, dan GDP riil.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada jangka panjang terdapat hubungan positif antara tingkat harga dan nilai tukar, dan hubungan yang positif
pula antara permintaan uang nominal dan riil, nilai tukar dan output. Namun,
terdapat hubungan yang negatif antara permintaan uang dengan suku bunga. Sedangkan dalam jangka pendek, terjadi perubahan komposisi dari variabel-
variabel yang mempengaruhi permintaan uang dan inflasi akibat diperhitungkannya lag dari masing-masing variabel yang digunakan. Krisis
ekonomi memberikan dampak yang berbeda pada kedua model pada jangka pendek dan jangka panjang. Selama periode penelitiannya, pada jangka pendek
krisis ekonomi berhubungan negatif terhadap permintaan uang dan pada jangka panjang krisis ekonomi berdampak positif terhadap permintaan uang masyarakat.
Sedangkan pada jangka pendek krisis ekonomi berhubungan positif dengan inflasi dan pada jangka panjang berhubungan negatif dengan inflasi.
2.4. Kerangka Pemikiran