kerusakan deformasi permanen. Kemudian, masa layan sisa ditentukan dari model desain struktur perkerasan.
II.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Temperatur di Perkerasan Lentur
Penampilan dari jalan aspal adalah sangat dipengaruhi oleh kondisi- kondisi lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang paling penting
mempengaruhi mekanika perkerasan adalah temperatur. Jadi dengan demikian, prediksi yang akurat distribusi suhu di dalam struktur perkerasan itu adalah
penting .Profil temperatur perkerasan terdiri dari temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi matahari pada sel-sel material perkerasan. Kandungan
campuran aspal berubah secara drastis dipengaruhi temperatur. Aspal perkerasan yang keras, rentan pecah pada suhu rendah dan cenderung mengalami deformasi
permanen pada temperatur-temperatur yang tinggi. Pengukuran temperatur dapat membantu para ahli di dalam melaksanakan backcalculations aspal mendapatkan
modulus dan estimate lendutan perkerasan. Temperatur perkerasan adalah sangat penting di dalam mengevaluasi aksi beku dan di dalam pemilihan kadar aspal
struktur perkerasan. Sebagian dari parameter tidak diukur secara langsung tetapi diperkirakan
dengan korelasi-korelasi empiris. Beberapa model-model empiris berdasar pada analisis regresi linear telah digabungkan untuk mengetahui temperatur maksimum
dan temperatur minimum di dalam perkerasan.. Analisis menunjukkan bahwa ketika radiasi matahari dan udara temperatur dimasukkan, perkiraan sinus
menyediakan taksiran dari permukaan temperatur.
Universitas Sumatera Utara
Temperatur merupakan faktor-faktor yang paling penting mempengaruhi dari perkerasan-perkerasan kaku dan lentur. Perubahan suhu di dalam struktur
perkerasan menyebabkan kegagalan struktur sebelum umur rencana. Pengetahuan tentang efek suhu adalah penting bagi penentuan desain dan syarat pemeliharaan
terutama di dalam iklim-iklim panas seperti kebanyakan lingkungan daerah beriklim panas. Perubahan suhu di dalam struktur perkerasan sangat berperan
pada kegagalan struktur perkerasan. Sehari-hari dan keragaman musiman maksimum, minimum, rata-rata dan gradient kedalaman perkerasan yang harus
dipertimbangkan di dalam menentukan tegangan dan menghitung parameter- parameter desain dari perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Kondisi panas,
dapat menjurus kepada permasalahan penting, termasuk Andersen, 1992: 1. Retak disebabkan oleh diferensial-diferensial temperatur yang besar antara
bagian dalam dari beton dan lingkungan eksternal. 2. Kekuatan berkurang disebabkan oleh pembekuan sebelum mencapai cukup
kekuatan, 3. Kekuatan berkurang disebabkan oleh temperatur-temperatur yang internal
di dalam massa beton Temperatur dan kelembapan bersifat variable di dalam semua permasalahan
dari perkerasan konstruksi pelabuhan udara, desain, perilaku, dan penampilan Dempsey, 1976. Temperatur dan kelembapan mempunyai suatu pengaruh
kerusakan permukaan perkerasan pelabuhan udara, yang mempunyai suatu pengaruh yang besar pada landasan terbang. Tegangan di dalam perkerasan-
perkerasan yang kaku diakibatkan oleh bermacam penyebab-penyebab Yoder dan Witczak, 1975, termasuk roda beban perubahan-perubahan siklis di dalam
Universitas Sumatera Utara
temperatur, berubah di dalam kelembapan, dan volumetrik berubah di dalam subgrade atau tanah dasar.
Distribusi suhu perkerasan-perkerasan yang lentur adalah secara langsung dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan. Perpindahan panas antara
permukaan dari perkerasan dan lingkungan disebabkan oleh pengaruh radiasi matahari, panas dan sinaran gelombang panjang antara permukaan dan
lingkungan, perpindahan panas antara butiran perkerasan permukaan dan udara atau air.
Kecepatan angin adalah suatu faktor mempengaruhi temperatur perkerasan dan perubahan menerus perpindahan kalor panas. Sebagai contoh, suatu secara relatif
percepatan angin kencang menghasilkan suatu pendinginan permukaan.
Gambar 2.14 Keseimbangan energi dari perkerasan
Penyebab kerusakan perkerasan adalah alur akibat penurunan memanjang oleh roda kenderaan karena variasi-variasi suhu yang tinggi, beban gandar dan
pembatasan berat yang tak terkendalikan. Fungsi perkerasan lentur untuk melindungi struktur perkerasan dari faktor kerusakan. Struktur perkerasan yang
lemah dapat mengakibatkan kegagalan terkait dengan beban seperti retak buaya. M Perl et al dalam penelitiannya kinerja asfal pada suhu rendah. Kinerja aspal
Universitas Sumatera Utara
pada kurang 20°C dan di bawah 0ºC. Ia menyimpulkan bahwa aspal dapat mengalami deformasi .
II. 6 Temperatur Kritis Pada Perkerasan Lentur
Fromm dan Phang membuat temperatur kritis itu untuk mengukur aliran jenis dari beton aspal. Temperatur kritis itu adalah temperatur di mana aliran
viscous di bawah beban rangkak dalam satu jam sama dengan penyusutan temperatur dalam satu jam. Pada temperatur-temperatur yang lebih tinggi
dibanding temperatur kritis, bahwa aliran viscous dari bahan itu cukup tinggi membebaskan tegangan karena penyusutan. Dan sebaliknya, pada temperatur-
temperatur di bawah temperatur kritis, thermal tegangan mengembang lebih cepat dari aliran vicous mengalami relaksasi dan retak.
Untuk menentukan temperatur kritis, Fromm dan Phang menggunakan dua metoda pengujian . Pertama-tama, mereka membuat pengujian untuk menentukan
koefisien kontraksi thermal.Berikutnya, satu jam menguji rangkak untuk ukuran, aliran viscous pada temperature yang berbeda. Hasil-hasil dari menguji rangkak
adalah yang direncanakan untuk menentukan aliran viscous dengan temperatur. Temperatur kritis ditentukan dengan suatu penurunan temperatur jam
∆T, dikalikan dengan α dan menentukan temperatur yang sesuai di kurva rangkak.
Suatu kunci dari model ini adalah karena yang diasumsikan ∆T adalah 10°F per
jam.
Universitas Sumatera Utara
II. 7 Faktor-Faktor Yang Mendukung Keretakan Perkerasan Lentur
Faktor-faktor yang mendukung atas keretakan dapat digolongkan seperti jenis campuran, kekakuan campuran atau hambatan kelembapan; faktor-faktor
yang terkait dengan beban, seperti lalu lintas mengukur kontak tegangan ban diperkerasan; faktor lingkungan seperti pengerasan presipitasi dan kerusakan
karena kelembapan; faktor-faktor struktural, termasuk gradient-gradient kekakuan dan ketebalan perkerasan; dan faktor-faktor konstruksi, seperti pemadatan dan
segragasi yang lemah. Ada dua faktor-faktor terkait dengan beban yang utama bahwa dapat berpotensi mempengaruhi kejadian dari atas menurunjatuh
keretakan: tingkat lalu lintas, dan kontak perkerasan ban tegangan. Seperti halnya setiap gejala kelelahan, tingkat kerusakan disebabkan oleh beban berulang
adalah suatu fungsi kedua-duanya dari magnitudo dari beban dan frekuensi. Berdasarkan Matsuno dan Nishizawa bahwa keretakan di dalam perkerasan- beton
asfal di Jepang kebanyakan terjadi hanya di jalan-jalan yang dapat dilalui dengan volume-volume lalu lintas yang tinggi. Di dalam bentuk perkerasan yang ada,
banyak penggunaan dibuat dari beban gandar ekuivalen tunggal ESALS, menunjukkan beban gandar 80 kN diperkirakan menyebabkan kerusakan lelah
dari kendaraan-kendaraan yang melintas perkerasan selama periode waktu yang diberi. Pendekatan lebih baru karakteristik lalu lintas untuk desain perkerasan
menggunakan konsep dari spektrum-spektrum beban, di mana karakteristik beban lalu lintas mempunyai distribusi frekuensi relatif dengan beban gandar.
Kerusakan disebabkan oleh lalu lintas itu adalah karakteristik umum karakteristik melalui model-model kelelahan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Myers dan Roque bahwa tegangan kontak ban di dalam perkerasan lentur, tegangan cukup besar untuk membuat keretakan permukaan
perkerasan. Mun menunjukkan kontak perkerasan ban yang tidak seragam , bahwa tegangan dapat meningkatkan kerusakan permukaan dalam perkerasan lentur.
Kontak perkerasan ban, tegangan menyebar sangat cepat di dalam perkerasan, maka permukaan retak meluas ke dalam perkerasan.
Faktor lingkungan yang utama yang mendukung atas retak adalah: thermal tegangan, pengerasan presipitasi dan kerusakan akibat kelembapan. pengerasan
presipitasi yang keras di permukaan perkerasan ,sehingga retak top down terjadi Pengerasan presipitasi ini, pada umumnya, menyebabkan kerusakan kekurusan
dan secara relatif kulit perkerasan getas terbentuk dipermukaan perkerasan, yang berpotensi membuat tegangan besar dan permukaan retak.
Gradien suhu juga menghasilkan kekakuan campuran, karena perubahan temperatur akan mempengaruhi modulus dari suatu campuran. Di musim panas
permukaan perkerasan dapat melebihi 60 °C, dan dibawah permukaan akan jauh lebih dingin. Kombinasi usia pemadatan dan gradien suhu bisa menciptakan
gradient-gradient ekstrim. Sebagai contoh, di musim panas permukaan dari suatu perkerasan bisa lembut oleh karena temperatur yang tinggi Kondisi-kondisi seperti
itu akan membuat regangan yang tinggi dan tegangan geser di bawah beban lalu lintas , bisa menyebabkan retakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguraikan sifat–sifat dan
karekteristik dari suatu objek penelitian. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Penulis mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh dari objek penelitian dan
literatur-literatur lainnya, kemudian diuraikan secara rinci uantuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya.
III.2 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari: data primer dan data sekunder. a.
Data Primer Data yang diperoleh dari objek penelitian yang memerlukan
pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan sendiri oleh penulis. b.
Data Sekunder Data yang bersumber dari penelitian sebagai objek penelitian yang
sudah diolah dan terdokumentasi.
53
Universitas Sumatera Utara