hipotetikal adalah sama. Secara umum, desain struktur perkerasan dengan lapisan agregat yang tebal akan ditentukan oleh kerusakan retak lelah. Sebaliknya, desain
struktur perkerasan dengan lapisan agregat yang tipis akan ditentukan oleh kerusakan deformasi permanen.
Perhitungan modulus elastisitas perkerasan pendekatan desain rata-rata mempunyai parameter yang mempengaruhi modulus perkerasan antara lain :
a. VMA Void in the mineral agregat
Sifat volumetrik dari campuran beton aspal yang telah dipadatkan dilaboratorium maupun dilapangan .Salah satu parameter yang digunakan
adalah volume pori diantara butir agregat campuran, dalam beton aspal ,termasuk yang terisi oleh aspal .VMA adalah volume pori didalam beton aspal
padat jika seluruh selimut aspal ditiadakan.Tidak termasuk didalam VMA volume poring didalam masing masing butir agregat.VMA akan meningkat jika
selimut aspal lebih tebal, atau agregat yang digunakan bergradasi terbuka.
b. Frekwensi Pembebanan LF
Disamping karena pengaruh temperatur T, sifat visko-elastis material aspal juga dipengaruhi oleh pembebanan t. Parameter ini berhubungan dengan
frekuensi pembebanan yang akan menentukan ketahanan terhadap kelelahan akibat retak. Frekuensi dan waktu pembebanan dihubungkan dengan rumus
sebagai berikut :
t f
π 2
1 =
Dimana : f = frekuensi Hz
t = waktu pembebanan detik
Universitas Sumatera Utara
Menurut Brown 1973 perhitungan pembebanan yang terjadi pada bagian bawah lapis aspal dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Log t = 5 x 10
-4
h - 0,94 log v Dimana :
t = waktu pembebanan, detik h = ketebalan lapisan, mm
v = kecepatan kenderaan, kmjam] untuk ketebalan lapisan aspal antara 150 mm sampai 300 mm, Brown dan
Brunton 1980 menyarankan waktu pembebanan dapat dihitung dengan hubungan linear terhadap kecepatan, yaitu :
t = t v dimana :
t = waktu pembebanan, detik v = kecepatan, kmjam
The asphalt institute dan TRRL mendasar frekuensi pembebanan pada 10 Hz dan 5 Hz yang kira kira samna dengan waktu pembebanan 0,016 detik dan
0,032 detik. SHRP-A-90-011 1990 memberikan indikasi bahwa waktu pembebanan antara 0,004 sampai 0,1 detik relatif sesuai digunakan untuk
pengujian kelelahan Simangunsong, 2001.Frekuensi pembebanan 10 Hz dapat diperkirakan sama dengan kecepatan antara 24 sampai 48 kmjam
didalam perkerasan Strategic Highway Research Program, 1994. Pola pola pembebanan pada pengujian kelelahan adalah sebagai berikut
dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
a. Full sine wave sinusoidal wave, pola ini pada bagian serat yang paling
ekstrim dari benda uji aspal mengalami pembalikan tegangan secara penuh pada setiap siklus beban.
b. Half sine wave, hampir sama dengan diatas tetapi tidak ada pembalikan
tegangan. c.
Haversine wave with delay. d.
Block loading. Secara umum pada pengujian di laboratorium , kurva kelelehan tegangan
dan regangan untuk benda uji berbentuk balok yang dipadatkan menunjukkan bahwa benda uji dengan pembalikan tegangan memiliki umur kelelahan yang
lebih pendek dari pada benda uji tanpa pembalikan tegangan Irwin Gallaway, 1974. Rantetoding 1988 meneliti bahwa pola sinusoidal full sine
lebih mewakili pola pembebanan akibat beban kenderaan yang bekerja pada bagian atas lapis permukaan.
c. Penetrasi aspal awal Pi