Ruang Lingkup Keuangan Daerah

otorisasi pengeluaran dimasa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran- ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koodinasi bagi semua aktivitas berbagai unit kerja. Anggaran daerah yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD merupakan instrumen kebijakan utama pemerintah daerah karena APBD adalah intisari dari apa yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun kedepan sebagai rangkaian tak terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. dan untuk mereduksi mengenai anggaran daerah tersebut maka kita perlu mengkaji kembali ruang lingkup keuangan daerah dan sejauh mana aspek-aspek yang harus dikelola dengan uang ataupun anggaran daerah. Teori ruang lingkup keuangan daerah adalah teori yang akan kita gunakan untuk mengkaji politik anggaran di Kabupaten Samosir. Dan untuk memahaminya kita akan mengkaji dari beberapa sisi yakni; dipandang dari sisi objek, dari sisi subjek, proses dan tujuannya.

1.6.1 Ruang Lingkup Keuangan Daerah

1.6.1.1 Sisi Objek Yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Dan hal ini berdasarkan penjelasan pasal 156 ayat 1 undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. 1.6.1.2. Sisi Subjek Yang dimaksud dengan subjek keuangan daerah, yaitu mereka yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah, dalam hal ini pemerintah daerah dengan perangkatnya, perusahaan daerah, dan badan-badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan daerah, seperti DPRD dan BPK. Universitas Sumatera Utara 1.6.1.3. Sisi Proses Keuangan daerah mencakup seluruh rangkaian yang berkaitan dengan pengelolaan objek, yaitu semua bentuk hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang. Mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Prosesnya mungkin akan didahului dari rapat koordinasi di tingkat KelurahanDesa, kecamatan dan antara sektor-sektor pemerinah daerah. Atau perencanaan yang yang selama ini telah berlangsung suatu proses perencanaan pengelolaan keuangan “buttom-up” atau perencanaan dari bawah ke atas. Mungkin karena kita, kapanpun juga, akan selalu menghadapi keterbatasan waktu dan dana dan ini diakibatkan tidak terbatasnya suatu proses perencanaan pengelolaan keuangan “buttom-up” atau perencanaan dari bawah ke atas. 11 1.6.1.4.Sisi Tujuan Mungkin karena kita, kapanpun juga, akan selalu menghadapi keterbatasan waktu dan dana dan ini diakibatkan tidak terbatasnya ang akan dibangun dan terbatasnya jumlah dana yang bisa dikelola maka perlunya sebuah rencana pengelolaan keuangan yang secara menyeluruh mencakup rencana-rencana kebijakan yang sepenuhnya memperhitungkan kepentingan rakyat yang berada disetiap tempat, lokasi dan lingkungan. Maka juga yang harus diusahakan dalam rencana pengelolaan keuangan adalah keterpaduan yang nyata antara proses “buttom-up” dan proses “top-down”. Keuangan daerah meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubugan hukum yang berkaitan dengan pemilikan danatau penguasaan terhadap hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang. Dalam rangka penyelenggaraan daerah. Dari sisi tujuan, pengelolaan keuangan daerah merupakan kegiatan dalam rangka penyelengggaraan daerah. Yang didalamnya adalah masalah-masalah 11 B.S.Muljana,perencanaan pembangunan Nasiona, Jakarta:UI-Press, 2001 hal 318 Universitas Sumatera Utara pembangunan di daerah, kebijakan pembangunan dan kegiatan pembangunan didaerah yang ditopang oleh keuangan daerah. 12

1.6.2 Masalah-Masalah Pembangunan Daerah