Latar Belakang Masalah Politik Anggaran Kabupaten Samosir Tahun Anggaran 2012 Beserta Perubahannya

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

David Easton menjelaskan politik itu adalah alokasi nilai-nilai, dan dalam konsep politik nilai-nilai itu adalah kekuasaan. Kekuasaan untuk mengalokasikan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang hendak ditujukan untuk kebaikan bersama, kepentingan umum dan ke sejahteraan sosial. 1 Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya akan diarahkan secara langsung menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara seperti yang akan kita rinci nantinya dalam politik anggaran. Bagaimana politik itu seharusnya menciptakan keseimbangan balanced, keadilan justice, persamaan equality dan kebebasan freedom dan aspek-aspek kemanusiaan human beings. Dan dalam pandangan Easton bahwa masalah kebijakan juga dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, konversi dan output. 2 Didalam teori-teori politik yang umum dapat kita pahami bahwa ada dua unsur dalam kehidupan berpolitik, Negara State sebagai lembaga yang diberikan kewenangan untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mencapai cita-cita bersama dan tujuan bersama. Dan masyarakat adalah yang mendelegasikan haknya kepada negara untuk mengurusi kepentingan bersama. Negara dinilai sebagai lembaga yang mengelola urusan-urusan yang berkenaan dengan pelayanan publik. Dan pelayanan itu dapat dijalankan dengan perumusan dan pelaksanaan pelayanan publik. Perumusan dilaksanakan oleh lembaga legislatif dan pelaksanaan oleh eksekutif. 3 1 P Anthonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia, Medan:Pustaka bangsa Press, 2006 hal 28 Sebuah kebijakan publik biasanya diawali dengan pengambilan keputusan yang esensinya mewakili kepentingan orang banyak. Hal ini dapat kita tinjau ketika perumusan tersebut di dukung oleh mayoritas. Dan kebijakan publik adalah output 2 AG.Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2009, hal 103 3 Nugroho, 2008 : hal92-93 Universitas Sumatera Utara yang paling nyata dan yang paling utama dari setiap sistem politik dan kebijakan publik dalah bentuk nyata dari politik. 4 Politik anggaran adalah upaya-upaya untuk mengelola sumber daya dan terutama yang dapat dinilai dengan uang dan barang dan mengalokasikan nilai-nilai tersebut untuk kepentingan bersama di dalam kehidupan bermasyarakat. 5 Dalam maknanya yang lebih luas, politik juga senantiasa berkenaan dengan produksi, distribusi dan penggunaan sumber-sumber daya untuk mempertahankan hidup. Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output jangka panjang yang dikalkulasikan dalam setahun atau satu tahun anggaran tidaklah mudah. Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya konsep otonomi Dan berdasarkan pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan pembuatan kebijakan maka David Easton menyatakan bahwa politik itu adalah alokasi nilai-nilai. Dan nilai-nilai dalam konsep politik adalah kekuasaan yaitu bagaimana mengalokasikan kekuasaan yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sedangkan H.D.Laswell dalam cara pandang kekuasaan menyatakan bahwa politik adalah bagaimana mencari, melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan who get, what get and how get dan dalam fenomena kehidupan politik anggaran kita sehari- hari hal ini sangat relevan. Artinya teori bagi-bagi kue yang lebih lanjut dijelaskan oleh Laswell menyatakan bahwa baik dalam fenomena-fenomena politik anggaran di pusat atau di daerah otonom sektor-sektor dan kelompok kepentingan bertarung dan berjuang untuk mendapatkan proporsi anggaran yang menjadi kebutuhan dan keperluannya. Maka sektor apa yang mendapat apa, berapa nilai yang didapat dan bagaimana mendapatkannya. 4 P.Anthonius Sitepu, Teori-Teori Politik, yogyakarta: Graha Ilmu, 2012 hal 6 5 Dede Mariana Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik desenteralisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008,hal 56 Universitas Sumatera Utara daerah. Masing-masing daerah berupaya memanfaatkan sumber-sumbernya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah PAD diluar dari bagaimana kemampuan daerah untuk melakukan upaya tambahan seperti yang dijelaskan oleh H.D.Laswelth, who get, what get and how get. Artinya menjadi hal yang perlu membangun hubungan dan akses dengan pemerintahan pusat untuk mempengaruhi siapa yang mendapat daerah, apa yang didapat Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan bagaimana mendapatkan serta mempertahannkannya demi mendukung pembangunan dan mengakomodir kepentingan di daerah tersebut. Demikianlah upaya untuk meningkatkan pendapatan dan nilai adalah proses yang tidak mudah. Maka perlu pula untuk diimbangi dengan pengalokasian dan pendistribusian nilai tersebut dengan baik. Artinya baik itu pusat ataupun daerah tidak ingin mendistribusikan dan mengalokasikan kearahan dan tujuan yang tidak tepat. Atau menganggarkan dana untuk dibelanjakan kepada hal yang tidak berguna, sia-sia dan pemborosan. Dan dengan demikian akan sangat sia-sia upaya-upaya yang telah dikelola dari awalnya. Suksesnya pengelolaan dan pengalokasian nilai-nilai dan anggaran adalah sangat mempengaruhi kualitas dan aspek-aspek kehidupan publik dan orang banyak, maka perlu dikelola dan dirumuskan sedemikian jelas dan serius. Dan politik akan membicarakan uang untuk mengatur kehidupan publik serta aktivitas sosial warganya. Tuntutan dalam perkembangan demokrasi yang lebih lanjut adalah bagaimana kesadaran politik itu diterjemahkan kedalam politik anggaran. Walau bagian ini memang tidak dapat dipisahkan dari fenomena-fenomena politik lainnya seperti bagaimana merebut kekuasaan, menjalankan dan mempertahankan kekuasaan tersebut hingga ada penempatan wewenang authory dan legitimasi untuk membuat kebijakan rule making policy, menjalankan kebijakan rule aplication policy dan mengawasi kebijakan tersebut rule Adjudication policy dan harus kita pahami juga bahwa lembaga Yudikatif yang mengawasi kebijakan sifatnya adalah independen. Artinya adalah dalam kebanyakan aktivitas politik, hubungan antara yang membuat kebijakan legislatif dan yang menjalankan eksekutif cenderung lebih dekat dan Universitas Sumatera Utara saling mempengaruhi dibandingkan dengan lembaga yang mengawasi kebijakan yudikatif. Bagaimana juga kesadaran dan partisipasi politik diterjemahkan kedalam politik anggaran atau keuangan adalah hal yang dikemudian hari harus menjadi sebuah habitus baru dalam perpolitikan. Baik untuk ukuran nasional ataupun dalam aktivitas politik di daerah. Mungkin saya lebih senang mengatakannya Desentralisasi Partisipatif. Terlepas dari hal tersebut kita dalam kenyataannya sedang berjalan dalam sebuah era reformasi yang didalamnya ada hal-hal baru yang mulai muncul dan diprioritaskan dalam aktivitas politik nasional. Termasuk dalam upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di daerah. Tentunya tidak relevan lagi untuk penyeragaman dan penggunaan tolak ukur yang sama dalam pembangunan dan pengelolaan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Maka ada hal-hal tertentu yang sangat menarik untuk dikaji didalam pengelolaan dan pengurusan Daerah Otonom. Dan itu semua berkaitan dengan apa yang kita pahami sebagai politik. Dalam politik anggaran kebutuhan akan kemampuan yang hampir tidak bisa dihindari niscaya adalah kemampuan untuk mengalokasikan nilai-nilai. Dan ini merupakan prasyarat yang tentunya dibutuhkan dalam merumuskan RAPBNRAPBD sebagai tahapan awalnya. Kemudian proses bagaimana konsisten melaksanakannya dengan unsur-unsur keterbukaan akuntabilitas atau merealisasikannya hingga melakukan alternatif-alternatif tertentu untuk merespon kendala atau ketidaksesuaian dalam hal-hal tertentu. sehingga adanya perubahan revisi dan hal inilah yang bisa kita pahami sebagai APBN-PAPBD-P. Otonomi daerah bukan hanya masalah penyerahan kewenangan dari pusat kepada daerah dan secara otomatis berkurangnya wewenang authory dan dan tugas- tugas pusat yang menjadi tanggung jawab dan pengerjaan politik oleh perangkat- perangkat di daerah. Otonomi daerah membawa perubahan dimana daerah menggunakan otonomi yang dimilikinya untuk berkreasi dan berinovasi dalam Universitas Sumatera Utara mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya. Selama lebih dari 3 dekade, kekayaan alam yang dimiliki daerah selalu mengalir ke pusat. Dan ibu kota yang selalu digenjot pertumbuhannya untuk memperbaiki wajah negara dalam pergaulan internasional. Dan produknya adalah tingginya kesenjangan antara pusat dan daerah. Dan potret-potret demikian adalah hal yang tentunya ingin ditinggalkan. Bentuk sistem baru dan pembenahan infrastruktur dan suprastruktur politik di pusat dan terlebih di daerah. Desentralisasi memberikan harapan baru pada masyarakat di daerah-daerah tersebut sekaligus memberikan posisi tawar mereka manakala berhadapan dengan pemerintah pusat. 6 Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Hal ini dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang di Kabupaten Toba Samosir serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Toba Samosir. bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan berdasarkan kriteria kemampuan ekonomi, potensi daerah, kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya maka dibentuk Kabupaten Samosir di Provinsi Sumatra Utara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 pasal 3 tentang pembentukan, batas wilayah, dan ibu kota maka Kabupaten Samosir berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Toba Samosir yang terdiri atas: Kecamatan Simanindo, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Sitio-tio, Kecamatan Harian, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kecamatan Ronggur Nihuta dan Kecamatan Pangururan. Dan berdasarkan pasal 6 tentang batas wilayah yaitu : Sebelah utara berbatasan dengan Danau Toba, Sebelah timur berbatasan dengan Danau Toba, Sebelah selatan berbatasan dengan Danau Toba, Kecamatan 6 Dede Mariana Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik desenteralisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, hal 58 Universitas Sumatera Utara Bhakti Raja, Kecamatan Pollung, Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan, Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parbuluan dan Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. ejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dipandang perlu mendapat perubahan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pada tanggal 27 Juni 2005 diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Samosir yakni terpilihnya Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Parulian Sagala, SE sebagai Bupati dan Wakil Bupati Samosir Periode 2005-2010 yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.22-740 tanggal 12 Agustus 2005. Kemudian pada tanggal 13 September 2005, Bupati dan Wakil Bupati Samosir terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Samosir. Dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Samosir sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara serta berbagai ketentuan yang berlaku sekaitan dengan tugas dan kewajiban pemerintahan, Pemerintah Kabupaten bersama DPRD Kabupaten Samosir telah berhasil menetapkan berbagai peraturan daerah antara lain Perda tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagai salah satu unsur pendukung dalam penyusunan APBD, Perda Kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah sebagai landasan penataan organisasi, Perda tentang Lambang Daerah dan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005 yang menetapkan bahwa tanggal 7 Januari sebagai Hari Jadi Kabupaten Samosir, kemudian Perda tentang Pemerintahan Desa sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Perda tentang Perijinan, Pengelolaan KeuanganBarang, Pengawasan Ternak, Pengelolaan Irigasi, Pengendalian Lingkungan Hidup, Pemberdayaan dan Pelestarian Adat Istiadat, APBD dan Perubahan APBD termasuk didalamnya Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Tahun 2006-2010 sebagai landasan penyelenggaraan pembangunan 5 lima tahun ke depan. 7 7 www.Sejarah kabupaten Samosir.com, diakses pada 10 Februari 2013 pkl 22.34 wib Universitas Sumatera Utara Kewenangan Kabupaten Samosir mencakup kewenangan, tugas dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus bidang pemerintahan yang diserahkan dari Kabupaten Induk. sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini seperti yang ada pada pasal 9 tentang kewenangan daerah. Bupati Toba Samosir menginventarisasi, mengatur, dan melaksanakan penyerahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kepada Pemerintah Kabupaten Samosir, berdasarkan pasal 15 Undang-undang Nomor 36 tahun 2003 ayat 1 yaitu: a pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir, b barang milikkekayaan daerah yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak yang dimilikidikuasai, danatau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang berada dalam wilayah Kabupaten Samosir, c Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Toba Samosir yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kabupaten Samosir, d utang piutang Kabupaten Toba Samosir yang kegunaannya untuk Kabupaten Samosir, e dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kabupaten Samosir. Dan pada pasal 16 diatur dengan jelas bahwa Kabupaten Samosir memiliki kewenangan atas pemungutan pajak dan retribusi daerah sejak terbentuknya perangkat daerah Kabupaten Samosir sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu pada ayat pertama, Kabupaten Samosir berhak mendapatkan alokasi dana perimbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan pada ayat ke-2, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengalokasikan anggaran biaya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk menunjang kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sampai dengan ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir yaitu terkandung pada ayat ke-4 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 pasal 16. 8 Maka berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan kajian-kajian empirik tentang otonomi daerah yang berkenaan dengan mengatur dan mengurus daerah. Kita perlu mengkaji lebih dalam bagaimana aktivitas politik pemerintah kabupaten Samosir 8 www.Undang-undang Pemekaran Kabupaten Samosir.com, diakses pada 10 Februari 2013 pkl 22.35 wib Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012 dengan pendapatan daerah Rp. 430.381.755.828,00 atau menjadi Rp. 458.097.710.760,00 setelah perubahan, yaitu Rp. 14.062.964.285,00 dari pendapatan asli daerah atau menjadi Rp. 17.961.190.369,00 setelah perubahan, Rp. 383.827.108.593,00 dari dana perimbangan atau menjadi Rp. 386.188.339.406,00 setelah perubahan, Rp. 32.491.682.950,00 dari lain-lain pendapatan daerah yang sah atau menjadi Rp. 53.948.180.985,00 setelah perubahan. Sedangkan untuk belanja daerah Rp. 440.324.297.236,00 atau menjadi Rp. 487.803.136.730,08 setelah perubahan, Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 241.769.193.462,00 atau menjadi Rp. 259.446.629.288,18 setelah perubahan, Rp. 235.890.916.380,18 dialokasikan untuk belanja pegawai, Rp. 5.560.000.000,00 untuk belanja hibah, Rp. 2.420.000.000,00 untuk belanja bantuan sosial, Rp. 971.200.000,00 untuk belanja bagi hasil kepada ProvinsiKabupatenKota, dan Pemerintah Desa, Rp. 13.585.800.000,00 untuk belanja bantuan keuangan ProvinsiKabupatenKota, dan Pemerintah Desa dan Partai Politik, Rp. 1.018.712.907,42 untuk belanja tidak terduga. Sedangkan untuk belanja langsung Rp. 198.555.103.774,00 atau menjadi Rp. 228.356.507.441,90 setelah perubahan, Rp. 20.767.967.175,00 untuk belanja pegawai, Rp. 91.048.522.066,90 untuk belanja barang dan jasa, Rp. 116.540.018.200,00 untuk belanja modal. Sedangkan penerimaan pembiayaan daerah Rp. 71.000.000.000,00 atau menjadi Rp. 91.331.373.929,08 setelah perubahan dan pengeluaran pembiayaan daerah Rp. 61.625.947.959,00. Ini adalah gambaran umum anggaran yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan seperti yang menjadi alasan otonomi daerah, desentralisasi dan dekonsentrasi diupayakan. Yaitu untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan pelayanan terhadap publikmasyarakat. Maka kita harus mengkaji keahlian, kemampuan dan komitmen pemerintah daerah dalam mengelola keuangan ataupun aset-aset daerah untuk membangun dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut.

1.2 Perumusan Masalah