Pemikiran Islam Sebelum Pembaharu Modern Pemikiran Islam Modern Pembaharuan Islam Di Indonesia

130 Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013

F. Pemikiran Islam Sebelum Pembaharu Modern

Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha pembaharuan Islam dikerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi usaha itu gagal karena ditentang golongan militer dan ulama. Pada abad ke-17, kerajaan Usmani mulai mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Negara Eropa. Pergeseran inilah yang menandai fenomena pembaharuan sufisme pada periode pra modern.

G. Pemikiran Islam Modern

Pemikiran dan pembaharuan Islam di Mesir pada periode modern ditokohi oleh cukup banyak pemikir, antara lain: Muhammad Ali Pasya 1765-1849 yang bermodel reformisme Barat. Dia menghubungkan ekonomi Mesir dengan Eropa. at-Tahtawi 1801-1873 memiliki pandangan bahwa rahasia pertumbuhan Eropa terletak pada pikiran orang-orangnya yang bebas untuk berfikir secara kritis, mengubah kebijakan lama dan menerapkan ilmu dan teknologi modern untuk menyelesaikan masalah.

H. Pembaharuan Islam Di Indonesia

Pada awal abad ke-20, ide-ide pembaharuan terlihat telah turut mewarnai arus pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Jika dilihat dari latar belakang kehidupan sebagian tokoh-tokohnya, sangat mungkin diasumsikan bahwa perkembangan baru Islam di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh ide-ide yang berasal dari luar Indonesia. Seperti misalnya Ahmad Dahlan Muhammadiyah, K.H. Hasyim Asy’ari Nahdlatul Ulama Ahmad Surkati Al-Irshad, dan lain lain. Ide-ide pembaharuan Islam dari luar yang masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur : a. Jalur haji dan mukim, b. Jalur publikasi, . c. Peran mahasiswa yang sempat menimba ilmu di Timur-Tengah. Corak gerakan keagamaan Islam di Indonesia dapat dipetakan dengan meminjam sebagai berikut: a. Tradisionalis-konservatis, yakni mereka yang menolak kecenderungan westernisasi pembaratan dengan mengatasnamakan Islam yang secara pemahaman dan pengamalan melestarikan tradisi-tradisi yang bercorak 131 Buku Guru Kelas XI MA Keagamaan lokal. Pendukung kelompok ini rata-rata dari kalangan ulama, tarekat dan penduduk pedesaan; b. Reformis-modernis, yakni mereka menegaskan relevansi Islam untuk semua lapangan kehidupan baik privat maupun publik. Islam dipandang memiliki karakter fleksibilitas dalam berinteraksi dengan perkembangan zaman; c. Radikal-puritan, seraya sepakat dengan klaim fleksibilitas Islam di tengah arus zaman, mereka enggan memakai kecenderungan kaum modernis dalam memanfaatkan ide-ide Barat. Mereka lebih percaya pada penafsiran yang disebutnya sebagai murni Islami. Kelompok ini juga mengkritik pemikiran dan cara-cara implementatif kaum tradisionalis. Sebagai pengayaan, menarik jika tipologi ini dikomparasikan dengan kasus gerakan Islam yang berkembang di Turki.

F. PROSES PEMBELAJARAN