PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENJAHIT GAUN MENGGUNAKAN MEDIA JOBSHEET DAN MEDIA FRAHMEN

(1)

i

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENJAHIT GAUN

MENGGUNAKAN MEDIA JOBSHEET DAN MEDIA

FRAHMEN

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Oleh Aini Zulaihah

5401410147

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang,

Aini Zulaihah 5401410147


(3)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FT UNNES pada tanggal 23 Desember 2014.

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Dra. Hj. Wahyuningsih, M.Pd Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd

Nip. 19600808198601 Nip. 196805271991032001

Penguji I Penguji II

Dr. Trisnani Widowati, M.Si Dra. Urip Wahyuningsih,M.Pd

Nip.196202271986012001 Nip. 196704101991032001

Penguji III

Dra. Musdalifah, M.si

Nip. 196211111987022001


(4)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Succes is a journey, not a destination” artinya sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir (Ben Sweetland)

“Orang yang optimis itu pemikiranya luas” penulis

PERSEMBAHAN

Keluarga tercinta

Sahabat dan segenap keluarga kos “kawula alit”

Teman seperjuangan, Prodi S1 PKK Tata Busana 2010 Almamater


(5)

vi

PRAKATA

Pendidikan adalah proses penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan yang dimiliki, seseorang dapat memperoleh hal positif dalam proses pengembangan hidup ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang diperoleh dari pendidikan tentunya tidak terlepas dari proses belajar. Tujuan penelitian ini tidak lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dengan cara memperbaiki metode pembelajaran yang kurang sesuai. Oleh karena itu dibuat penelitian dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar Menjahit Gaun Menggunakan Media Jobsheet dan Median Frahmen ”.

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) untuk mencapai gelar sarjana pendidikan program studi PKK SI Konsentrasi Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini banyak menghadapi kendala-kendala karena berbagai keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

2. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

3. Kaprodi PKK, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Musdalifah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran, ketulusan telah mengorbankan waktu, tenaga, serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, bimbingan dan motivasi yang berguna bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang yang memberikan bekal ilmu pengetahuan.


(6)

vii

6. Kepala sekolah SMK AL-Musyaffa‟ Kendal yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Guru pengampu mata pelajaran menjahit busana wanita Ibu Sri Mulyani, S.Pd dan Dra. Naning Junaryati yang telah memberikan ijin dan membantu dalam proses penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik material maupun spiritual kepada peneliti. Kritik dan saran dari pembaca sangat berguna untuk perbaikan penelitian dimasa datang. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Semarang, Desember 2014 Peneliti,


(7)

viii

ABSTRAK

Aini Zulaihah. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Menjahit Gaun Menggunakan Media Jobsheet dan Media Frahmen. Skripsi, Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Dra. Musdalifah, M.Si.

Kata kunci : Hasil Belajar, Menjahit Gaun, Media Jobsheet dan Media Frahmen. Belajar pada dasarnya adalah proses kompleks pada manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Proses belajar hanya akan terjadi jika siswa mempunyai minat belajar dan ikut berpartisipasi dalam proses belajar. Strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap minat belajar siswa maupun keaktifan siswa di dalam kelas. Peningkatan minat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran yang dirancang menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan. Media frahmen dan media jobsheet menjadi alternatif media pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat membuat proses pembelajaran menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media frahmen dengan siswa yang diajar menggunakan media

jobsheet pada pokok bahasan menjahit gaun.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian static group comparation dan untuk menguji hipotesis menggunakan t-test. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI busana butik SMK AL-Musyaffa Kendal sejumlah 69 siswa yang terbagi ke dalam 2 kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel. Kelas eksperimen 1 diberi pembelajaran menggunakan media jobsheet dan kelas eksperimen 2 diberi pembelajaran menggunakan media frahmen.

Hasil penelitian berdasarkan analisis uji-t diperoleh t hitung = 9,6890 dan t tabel = 1,9954. Hasil penelitian menunjukkan t hitung > t tabel dengan demikian Ho

ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan

hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media jobsheet dan siswa yang diajar menggunakan media frahmen, dimana siswa yang diajar menggunakan media frahmen mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Saran yang dapat diambil yaitu media jobsheet dapat dijadikan sebagai pendukung pada mata pelajaran praktek karena dapat memberikan arahan dan motivasi siswa ketika mengikuti pelajaran.


(8)

ix

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Penegasan istilah ... 5

1.6 Sistematika penulisan skripsi ... 6

BAB 2 2.1 Belajar ... 8

2.2 Tujuan Belajar ... 9

2.3 Hasil Belajar ... 10

2.4 Media Pembelajaran ... 21

2.5 Media Jobsheet ... 28

2.6 Media Frahmen ... 31

2.7 Gaun ... 34

2.8 Media Jobsheet Pada Pembuatan Gaun ... 39

2.9 Media Frahmen Pada Pembuatan Gaun ... 40

2.10 Kerangka Berfikir ... 40

2.11 Hipotesis ... 42

BAB 3 3.1 Populasi dan Sampel ... 44


(9)

x

3.2 Variabel Penelitian ... 45

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4 Instrumen Penelitian ... 46

3.5 Jenis dan Desain Penelitian ... 49

3.6 Metode Analisis Data ... 50

BAB 4 4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.2 Pembahasan ... 59

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB 5 5.1 Simpulan...63

5.2 Saran...63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(10)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Populasi ... 44

3.2 Desain Penelitian Static Group Comparation (Arikunto) ... 49

3.3 Desain Penelitian Static Group Comparation ... 50

4.1 Rata-rata hasil belajar pada aspek persiapan ... 54

4.2 Rata-rata hasil belajar pada aspek proses ... 55

4.3 Rata-rata hasil belajar pada aspek hasil kerja ... 55

4.4 Rata-rata hasil belajar pada aspek sikap kerja... 56

4.5 Rata-rata hasil belajar pada aspek waktu ... 56

4.6 Data hasil penelitian ... 57

4.7 Hasil perhitungan uji normalitas ... 57

4.8 Tabel hasil perhitungan uji homogenitas ... 58


(11)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Gambar Kerucut Pengalaman Edgar Dele ... 22

Gambar 2.2 Gaun Fitted ... 35

Gambar 2.3 Gaun Semi Fitted ... 36

Gambar 2.4 Gaun Kombinasi Model Fitted Dan Semi Fitted ... 36

Gambar 2.5 Gaun Dengan Potongan Di Bawah Dada ... 37

Gambar 2.6 Gaun Dengan Potongan Di Pinggang ... 37

Gambar 2.7 Gaun Dengan Potongan Di Bawah Panggul ... 38

Gambar 2.8 Desain Gaun Pada Penelitian ... 38


(12)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 66

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Fakultas ... 67

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 68

Lampiran 4 Surat Kesediaan Tim Penilai ... 69

Lampiran 5 Data Sampel Penelitian ... 71

Lampiran 6 Silabus ... 73

Lampiran 7 RPP ... 76

Lampiran 8 Media Jobsheet ... 84

Lampiran 9 Media Frahmen ... 96

Lampiran 10 Lembar Penilaian Unjuk Kerja ... 117

Lampiran 11 Kriteria Penilaian Unjuk Kerja ... 119

Lampiran 12 Contoh Lembar Validitas Instrumen ... 123

Lampiran 13 Contoh Lembar Validitas Media ... 125

Lampiran 14 Tabulasi Hasil Belajar Siswa ... 131

Lampiran 15 Perhitungan validitas intrumen ... 135

Lampiran 16 Perhitungan Reliabilitas Hasil Rating... 136

Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas ... 138

Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas ... 140


(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan yang dimiliki, seseorang dapat memperoleh hal positif dalam proses pengembangan hidup ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang diperoleh dari pendidikan tentunya tidak terlepas dari proses belajar. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidupnya (Arsyad, 2007:1). Apabila proses belajar diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dilakukan untuk mengarahkan perubahan pada diri siwa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Arsyad, 2007:1). Penyelenggaraan proses belajar secara formal salah satunya dilaksanakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian, sehingga lulusanya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja (Isjoni dalam Arif f & Barnawi:13). SMK Al-Musyafa Kendal merupakan SMK yang mempunyai 2 program keahlian yaitu Busana Butik (BB) dan Teknik Kendaraan Ringan (TKR). Mata pelajaran kejuruan terdiri dari mata pelajaran teori dan mata pelajaran praktek. Dalam pelaksanaanya, materi pelajaran praktek memegang peranan yang sangat penting (Nur Endah:2009). Melalui pembelajaran praktek


(14)

diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan kerja secara optimal. Salah satu mata pelajaran praktek yang terdapat di program keahlian busana butik adalah membuat busana wanita.

Membuat Busana Wanita merupakan salah satu kompetensi dasar pada kurikulum kelas XI Busana Butik. Materi pelajaran menjahit busana wanita menuntut siswa untuk dapat memahami pembuatan gaun dari proses awal hingga akhir. Hasil wawancara dengan guru pengampu diketahui bahwa cara penyampaian materi pada mata pelajaran menjahit busana wanita masih menggunakan pembelajaran tradisional, dimana guru memberi tutorial teknik menjahit satu persatu kepada siswa. Pembelajaran seperti ini menyita banyak waktu dan tenaga, sedangkan alokasi watu pelajaran sangat terbatas sehingga mengakibatkan proses penyampaian materi pelajaran berjalan lebih lamban. Oleh karena itu diperlukan adanya media pembelajaran. Media pembelajaran akan membantu proses penyampaian materi oleh guru ke siswa, sehingga waktu pembelajaran yang ada dapat digunakan dengan lebih efektif dan efisien, selain itu media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang semakin baik.

Salah satu media yang dapat digunakan yaitu Media jobsheet dan media frahmen. Kedua media tersebut dapat dijadikan alternatif untuk mendukung mata pelajaran praktek, karena keduanya dapat menjelaskan proses menjahit gaun step by step sehingga memudahkan siswa ketika praktek. Setiap media mempunyai kelemahan dan kelebihan dalam penyampaian pesan. Media yang baik akan menyampaikan materi dengan baik sehingga akan memperoleh hasil belajar yang


(15)

baik pula. Agar dapat mengetahui penggunaan media mana yang dapat membantu siswa untuk mendapat hasil belajar yang baik maka dibuat penelitian dengan judul “Perbedaan hasil belajar menjahit gaun menggunakan media jobsheet dan media frahmen”.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana hasil belajar menjahit gaun pada pembelajaran yang menggunakan media jobsheet ?

1.2.2 Bagaimana hasil belajar menjahit gaun pada pembelajaran yang menggunakan media frahmen?

1.2.3 Manakah hasil belajar yang lebih baik, menggunakan media jobsheet atau media frahmen pada materi menjahit gaun di SMK AL-Musyafa tahun ajaran 2013-2014?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media jobsheet ?

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media frahmen ?

1.3.3 Untuk mengetahui hasil belajar mana yang lebih baik antara pembelajaran menggunakan media jobsheet dan frahmen pada materi menjahit gaun di SMK Al-Musyafa tahun ajaran 2013-2014?


(16)

1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Guru

Sebagai Bahan pertimbangan bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan media jobsheet atau media frahmen untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMK AL-Musyafa Kendal.

1.4.2 Bagi Siswa

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran dengan media jobsheet dan media frahmen memotivasi siswa untuk belajar sendiri, serta tidak hanya mengandalkan guru. Penerapan media dalam proses pembelajaran akan mempermudah siswa dalam memahami materi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajir siswa.

1.4.3 Bagi Peneliti

Peneliti sebagai calon guru akan memperoleh wawasan dan pengetahuan baru mengenai media pembelajaran yang sesuai dengan materi produktif atau praktek.

1.4.4 Bagi Jurusan

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi yang dapat dijadikan tambahan wawasan bagi peneliti yang akan datang, khususnya bidang pendidikan jurusan teknologi jasa dan produksi.


(17)

1.5

Penegasan Istilah

Berdasarkan uraian di atas, untuk membatasi permasalahan dan memberi gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan dari penelitian ini, maka perlu dijelasan penegasan masalah yang digunakan yaitu:

1.5.1 Perbedaan

Perbedaan berarti selisih tentang orang, ide-ide, kritik terhadap orang lain, kelompok terhadap suatu idea atau prosedur apakah ada perbedaan yang mencolok ataukah tidak antara dua hal itu atau lebih yang sedang diteliti (Arikunto, 2002:245). Dalam penelitian ini, perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan hasil belajar siswa yang di ajar menggunakan media jobsheet dan media frahmen.

1.5.2 Hasil belajar menjahit gaun

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifai & Anni, 2010:85). Menjahit gaun adalah salah satu materi yang terdapat pada pelajaran produktif di kelas XI busana butik.

Hasil belajar menjahit gaun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai menjahit gaun setelah mengalami kegiatan belajar menggunakan media jobsheet maupun media frahmen.

1.5.3 Media jobsheet

Istilah jobsheet berasal dari bahasa inggris yaitu job yang berarti kegiatan dan sheet yang berarti helai atau lembaran. Jadi, media jobsheet merupakan salah satu jenis bahan ajar berbentuk cetak berupa lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik dan petunjuk atau langkah-langkah


(18)

mengerjakan tugas tersebut untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. dalam penelitian ini media jobsheet berisi tentang langkah-langkah proses menjahit gaun dari awal hingga akhir.

1.5.4 Media frahmen

Media frahmen adalah suatu alat bantu pembelajaran yang berbentuk tiruan benda jadi dalam bentuk kecil, atau menggunakan skala ½ (Nur Erna: 2009). Pada penelitian ini media frahmen akan dibuat langkah demi langkah proses menjahit gaun dari awal hingga akhir menggunakan skala ½.

1.6

Sistematika Penulisan Sripsi

Sistematika penulisan skripsi sangat penting, karena memberikan gambaran mengenai langkah penulisan skripsi. Secara garis besar sistematika penulisan skripsi terdiri dari bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1.6.1 Bagian Awal

Bagian awal skripsi terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi

Pada bagian ini membuat 5 bab yang terdiri dari:

Bab 1: Pendahuluan. Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, serta sistematika penulisan skripsi.

Bab 2: Landasan teori. Bagian ini berisi tentang landasan teoritis, dikemukakan tentang teori-teori yang mendukung penelitian.


(19)

Bab 3: Metode penelitian. Bagian ini berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, metode analisis data.

Bab 4: Pembahasan. Bagian ini berisi hasil penelitian, pembahasan penelitian, dan keterbatasan penelitian.

Bab 5: Simpulan dan Saran. Berisi tentang kesimpulan dan saran.

1.6.3 Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi berisikan daftar pustaka dari buku serta kepustakan lain yang digunakan sebagai acuan dalam skripsi dan juga lampiran-lampiran yang berisi kelengkapan data, instrumen, dan sebagainya.


(20)

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya (Arsyad, 2007:1). Proses belajar akan terjadi jika seseorang berinteraksi dengan lingkunganya, oleh karena itu belajar dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Menurut Thursan Hakim, sebagaimana dikutip oleh Fathurrohman & Sutikno (2009:5), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuanya.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu menyangkut segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh manusia (Rifai & Anni, 2010: 82). Menurut Fathurrohman & Sutikno (2009:6) belajar pada hakikatnya adalah „perubahan‟ yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu, sedangkan menurut Dimyati, sebagimana dikutip oleh Hamdani (2011:71) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang kompleks yang menimbulkan perubahan dalam kepribadian manusia yang dapat terjadi sepanjang hidup. Perubahan tersebut dapat terlihat dari meningkatnya kualitas dan kuantitas dalam setiap tingkah lakunya. Proses belajar


(21)

itu sendiri terjadi karena adanya interaksi terhadap individu maupun lingkungan sekitar. Proses belajar hanya akan terjadi manakala seseorang aktif melibatkan diri dan segenap pikiranya dalam kegiatan belajar, sehingga bila seseorang tidak melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar maka dia tidak akan belajar.

2.2

Tujuan belajar

Kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Proses belajar yang diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Arsyad, 2007: 1). Menurut Sudjana (2010: 56), tujuan belajar merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar. Tujuan belajar merupakan sejumlah hasil belajar yang menunjukkan peserta didik telah melakukan perbuatan belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap / pribadi peserta didik.

Roestiyah berpendapat bahwa suatu tujuan pengajaran merupakan deskripsi tentang penampilan perilaku (perfomance) anak didik yang diharapkan setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu (Fathurrohman & Sutikno, 2009:14). Suatu tujuan pembelajaran menunjukkan hasil yang kita harapkan dari pengajaran dan bukan sekedar proses dari pembelajaran itu sendiri.

Dari pernyataan di atas, dapat diartikan bahwa tujuan belajar merupakan suatu hal yang ingin dicapai setelah melakukan pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik. Tujuan belajar


(22)

merupakan komponen yang terlebih dahulu harus dirumuskan, karena dengan mengetahui tujuan belajar yang ingin dicapai kita dapat merencanakan kegiatan belajar dengan sedemikian rupa agar tujuan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

2.3

Hasil belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifai & Anni, 2010:85). Menurut Sudjana (2009:3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2009:3). Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dilihat dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dilihat dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak berakhirnya pengajaran dari proses belajar mengajar.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa setelah mengalami proses belajar. Perubahan tersebut dapat dilihat dari peningkatan kemampuan siswa yang meliputi kemampuan bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.3.2 Klasifikasi Hasil Belajar

Benyamin S. Bloom dalam Rifai & Anni (2010:86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitif


(23)

domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain).

2.3.2.1Hasil Belajar Ranah Kognitif

Tipe hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Hasil belajar ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comphrehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation) (Rifai & Anni, 2010:85).

(1) Pengetahuan (Knowledge): mengacu pada perilaku mengingat atau menggali informasi atau materi yang telah diajarkan sebelumnya. Hasil belajar berupa pengetahuan ini sering didapat dari proses menghafal materi. Pengetahuan termasuk tingkatan yang paling rendah dalam ranah kognitif, namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe belajar selanjutnya (Sudjana, 2009:23). Tipe pengetahuan pada mata materi menjahit gaun adalah siswa mengetahui proses pembuatan gaun berfuring.

(2) Pemahaman (Comphrehension): mengacu pada kemampuan untuk menangkap inti sari dari materi dan makna dari hal yang dipelajari.

Tipe pemahaman pada materi menjahit gaun adalah siswa mampu memahami proses menjahit gaun berfuring.

(3) Penerapan (Application) : mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi ajar yang sudah dipelajari sebelumnya dalam situasi yang baru dan nyata. Materi yang dapat diterapkan dapat berupa aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan teori. Tipe penerapan pada materi menjahit


(24)

gaun adalah siswa mampu menerapkan pemahaman tentang proses menjahit gaun.

(4) Analisis (Analysis) : mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Tipe analisis pada materi menjahit gaun adalah siswa dapat menganalisis materi menjahit gaun dan mampu menerapkanya.

(5) Sintesis (Synthesis) : penyatuan unsur-unsur ke dalam bentuk menyeluruh, hal ini mengacu pada kemampuan membentuk struktur atau pola baru. Tipe sintesis pada materi menjahit gaun adalah siswa mampu menyimpulkan materi pembuatan gaun serta mampu menerapkanya.

(6) Penilaian (Evaluation) : mengacu pada kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Tipe penilaian pada materi menjahit gaun adalah siswa mampu menilai teknik jahitan yang benar.

Keenam jenis perilaku di atas bersifat hierarkis, artinya perilaku tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang. Perilaku terendah sebaiknya dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari atau memiliki perilaku yang lebih tinggi. Proses ini merupakan suatu proses yang dinamis, dimana siswa melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan yang lebih tinggi melalui proses belajar yang dilakukan.

2.3.2.2Hasil Belajar Ranah Afektif

Hasil belajar ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai (Rifai & Anni, 2010:87). Tipe hasil ranah afektif tampak pada siswa dalam


(25)

berbagai tingkah laku seperti perhatianya dalam pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, hubungan sosial. Kategori ranah afektif menurut Rifai & Anni (2010:85) yakni penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value compleks). (1) Penerimaan (receiving) : mengacu pada kepekaan tentang hal tertentu dan

kesediaan memperhatikan hal-hal baru. Tipe penerimaan pada materi menjahit gaun adalah siswa bersedia memperhatikan penyampaian materi oleh guru.

(2) Penanggapan (responding): mengacu pada partisipasi aktif peserta didik. Tipe penanggapan pada materi menjahit gaun adalah siswa aktif berpartisipasi dalam proses pelajaran menjahit gaun berfuring.

(3) Penilaian (valuing): mengacu pada penerimaan terhadap suatu nilai, sikap meghargai, mengakui, dan dapat menentukan sikap. Pada kategori ini siswa dapat menghargai pendapat orang lain apabila terjadi perbedaan pendapat ketika pelajaran berlangsung.

(4) Pengorganisasian (organization) : mengacu pada kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pandangan hidup. Pada kategori ini siswa mampu mengetahui sikap yang baik.

(5) Pembentukan pola hidup (organization by a value compleks) : mengacu pada kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Pada pembentukan pola hidup ini siswa diharapkan mampu memiliki nilia kepribadian yang baik.


(26)

2.3.2.3Hasil Belajar Ranah Psikomotorik

Hasil belajar ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf (Rifa‟i & Anni, 2010: 89). Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu (Sudjana, 2009:31).

Dapat disimpulkan, hasil belajar ranah psikomotorik adalah kemampuan fisik berupa keterampilan motorik dan syaraf yang diperoleh setelah siswa melaksanakan proses belajar mengajar. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomorik menurut Elizabeth Simpson dalam Rifa‟i & Anni (2010: 89) adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex over response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality).

(1) Persepsi (perception) : mencakup memilah-milah sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu. Pada tipe ini siswa mendapat informasi baru mengenai pembuatan gaun.

(2) Kesiapan (set) : mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan. Pada tipe ini siswa siap untuk menerima materi menjahit gaun.

(3) Gerakan terbimbing (guided response) : mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan yang dilakukan dengan meniru.pada tipe ini siswa mampu menjahit bagian-bagian gaun sesuai dengan contoh.


(27)

(4) Gerakan terbiasa (mechanism) : mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Pada tipe ini siswa menjahit bagian-bagian gaun tanpa melihat contoh.

(5) Gerakan kompleks (complex over response) : mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar,efisien dan tepat. Pada tipe ini siswa mampu menjahit gaun dari proses awal hingga akhir dengan tepat.

(6) Penyesuaian (adaptation) : mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan peneyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Pada kategori ini siswa mampu menyelesaikan menjahit gaun sesuai dengan ketentuan, dan jika terjadi kesalahan siswa mampu memperbaikinya.

(7) Kreativitas (originality) : mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar pemikiran sendiri. Pada tipe ini siswa mampu membuat gaun dengan teknik yang lebih baik dari yangsudah dimiliki.

Hasil belajar ranah psikomotor yang diharapkan dalam materi menjahit gaun pada penelitian ini yakni siswa mampu menjahit gaun dengan teknik yang baik dan benar. Penilaian psikomotorik siswa akan dilihat dari proses serta hasil produk yang telah dikerjakan dengan menggunakan acuan penilaian unjuk kerja.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruh hasil belajar. Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern)


(28)

2.3.3.1Faktor Dalam (Intern)

Faktor dalam (intern) adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini antara lain kecerdasan, faktor jasmaniah dan fisiologis, sikap, minat, bakat, dan motivasi (Hamdani, 2011:139)

(1) Kecerdasan (intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Menurut Kartono dalam Hamdani (20011: 139) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang, sedangkan pendapat Slameto dalam Hamdani (2011:139) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebir berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa yang mempunyai kecerdasan baik berarti memiliki kemampuan belajar yang baik, sehingga siswa tersebut akan dengan mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan sehingga membuat hasil belajar meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat kecerdasanya rendah maka kemampuan belajarnya kurang sehingga siswa sulit untuk memahami materi yang disampaikan akibatnya hasil belajar akan turun.

(2) Faktor jasmaniah dan fisiologis

Kemampuan jasmani atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang (Hamdani, 2011:140). Contoh, jika kesehatan jasmaniah siswa terganggu secara tidak langsung kinerja tubuh akan


(29)

mengalami penurunan, sehingga proses belajar siswapun akan terganggu, dan secara otomatis hasil belajar akan menurun.

(3) Sikap

Sikap menurut Alisuf Sabri dalam Hamdani (2011:140) yakni kecenderngan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda , dengan suka atau tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.

Dalam diri siswa harus ada sikap positif (menerima) terhadap temanya atau gurunya, karena dengan sikap positif tersebut yang kan menggerakkan untuk belajar. Jika yang ada sikap negatif maka justru akan menghambat siswa untuk belajar. Jadi sikap dalam menghadapi keadaan juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

(4) Minat

Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu dengan terus-menerus (Hamdani, 2011:140). Menurut Winkel dalam Hamdani (2011:141) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung di dalamnya, sedangkan menurut Sadirman minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi, yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-keutuhanya sendiri.

Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu mata pelajaran akan selalu merasa senang saat melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga siswa selalu


(30)

merasa tertarik dan ingin tau lebih banyak mengenai materi yang disampaikan. Keadaan tersebut akan membantu siswa lebih fokus ketika guru menyampaikan materi, dengan demikian materi akan dengan mudah difahami siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Kesimpulan yang dapat diambil yakni minat yang dimiliki siswa akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalan proses belajar. (5) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada waktu yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing (Syah Muhibbin dalam Hamdani, 2011:141), selain itu dalam buku lain Syah Muhibbin juga menjelaskan bahwa bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa tumbuhnya keahlian dalam diri seseorang sangat dipengaruhi oleh bakatnya. Dalam proses belajar mengajar, terutama neajar keterampilan, bakat memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai suatu prestasi belajar yang baik.

(6) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Purwanto dalam Hamdani, 2011:142), sedangkan Nasution mengatakan bahwa motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Adapun Sardiman mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.


(31)

Dari beberapa pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar. Motivasi akan mendorong siswa untuk belajar dan memahami materi yang ada, dengan demikian prestasi belajar juga akan tercapapai.

2.3.3.2Faktor Luar (Ekstern)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yakni faktor luar (ekstern). Faktor luar yakni faktor yang berasal dari luar individu yakni faktor lingkungan. Menurut Hamdani (2011:143) faktor ekstern terbagi menjadi dua macam, yakni lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial meliputi guru, kepala sekolah, teman sekelas, keluarga, alat belajar, dll. Sedangkan lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.

Pengaruh sosial pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan terhadap individu. Menurut Slameto dalam Hamdani (2011:143), faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

(1) Keadaan keluarga

Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaiman yang dijelaskan Slameto dalam Hamdani (2011:143) bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga


(32)

bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan (Hamdani, 2011:143).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan keluarga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena keluarga merupakan pendidikan pertama yang akan mempengaruhi sikap, perilaku seseorang yang nantinya akan dibawa pada kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah. Sikap positif yang diperoleh dari keluarga akan menambah motivasi siswa dalam belajar.

(2) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilah belajar siswa (Hamdani, 2011:144). Keadaan sekolah yang baik akan mendukung kelancaran proses belajar. Keadaan yang terjadi di sekolah antara lain penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.

(3) Lingkungan masyarakat.

Selain lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi hasil belajar, karena anak akan lebih sering berinteraksi dengan lingkungan luar jika dibandingkan dengan lingkungan keluarga. Kartono dalam Hamdani berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak sebayanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat juga berpengaruh dalam proses belajar mangajar. Contoh, apabila teman sebayanya rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka, dan begitu juga sebaliknya.


(33)

2.4

Media pembelajaran

2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin „medium‟ yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Gearlach & Ely, sebagaimana dikutip oleh Arsyad (2007:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Atwi Suparman mendefinisikan, media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan (Fahturrohman & Sutikno, 2009:65). Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik (Fahturrohma & Sutikno 2009:65).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat memberi perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan, jika dalam proses belajar mengajar media sering disebut dengan media pembelajaran dimana guru bertindak sebagai pengirim pesan dan siswa sebagai penerima pesan.

Media dalam proses pembelajaran merupakan stimulus atau rangsangan yang berusaha ditampilkan guru agar siswa mampu menangkap informasi yang disampaikan dengan mudah. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi


(34)

tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan (Arsyad 2007:9). Sehingga siswa yang belajar menggunakan indera pandang dan dengar akan lebih mudah menerima materi bila dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan satu indera.

Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar digambarkan oleh Dale 1969 (Arsyad 2007:11) sebagai berikut:

Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan melalui benda tiruan, hingga lambang verbal (Abstrak). Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi yang disampaikan, karena pengalaman langsung melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

2.5.2 Fungsi Media pembelajaran

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang ikut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2007:15). Hamalik dalam Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

Gambar 2.1 Kerucut pengalaman edgar Dale


(35)

motivasi dan rangsangan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Sudjana dalam Fathurrohman & Sutikno (2009:66) yakni:

(1) Penggunaan media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar dengan efektif.

(2) Penggunaan media merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dalam situasi belajar, sehingga perlu dikembangkan oleh guru.

(3) Penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dengan tujuan dan isi pelajaran.

(4) Penggunaan media untuk mempercepat proses belajar mengajar serta memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

(5) Penggunaan media untuk meningkatkan kualitas mutu belajar mengajar. Dari pendapat ahli di atas dapat terlihat pentingnya suatu media pembelajaran. Media dapat memperjelas pesan dan informasi yang ingin disampaikan, meningkatkan motivasi siswa, selain itu media juga dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu sehingga dapat mempermudah dan mempercepat proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pentingnya media dalam proses pembelajaran inilah yang menyebabkan media perlu dikembangkan oleh guru.

2.5.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media audio, visual, dan audiovisual (Fathurrahman & sutikno, 2009:67). Media audio adalah media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, seperti foto, gambar atau lukisan, cetakan, film strip (film rangkai), film bisu, film kartun,


(36)

dll. Sedangkan media audio visual adalah gabungan dari media audio dan visual mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

Pengelompokan media bila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels & Glagslow dalam Arsyad (2007:33) dibagi menjadi dua kategori luas yaitu, pilihan media tradisional dan pilihan teknologi mutakhir.

2.5.3.1 Media Tradisional

(1) Visual diam yang diproyeksikan

Media diam yang diproyeksikan adalah media visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik, atau gabunganya pada lembaran tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor.

(2) Visual yang tidak diproyeksikan

Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media visual baik berpa huruf, lambang, gambar, grafik, atau gabunganya yang disajikan tanpa menggunakan bantuan proyektor. Contoh: Gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu.

(3) Audio

Media audio adalah media yang mengandalkan suara (Fathurrahman & Sutikno, 2009:67). Media audio dapat digunakan dalam semua fase pembelajaran, mulai dari pengantar atau pembukaan ketika mengenalkan topik bahasan sampai dengan evaluasi. Penggunaan media audio sangat membantu proses pembelajaran, bagi siswa yang belajarnya lamban dapat memutar kembali pada bagian yang belum dikuasainya, di lain pihak siswa yang belajarnya cepat dapat maju terus


(37)

sesuai dengan kecepatanya belajar. Media audio dapat berupa rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge .

(4) Penyajian multimedia

Media yang menggunakan media lebih dari satu, misalnya gabungan media audio dan media visual. Contoh: slide plus suara, multi-image. Penggunaan media ini dapat digunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong terjadinya respons emosional.

(5) Visual dinamis yang diproyeksikan

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame yang diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar tersebut hidup (Arsyad, 2007:49)

(6) Cetak

Media cetakan adalah media yang cara penyajianya dengan cara menuliskan di atas kertas dengan tujuan untuk menyampaikan informasi atau pengajaran. Contoh media cetakan antaralain: buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, majalah berkala, lembaran lepas (hand out), dll.

Media jobsheet yang digunakan dalam penelitan ini dapat digolongkan ke dalam media cetak, karena jobsheet merupakan lembar kerja atau lembar kegiatan, yang berisi informasi atau perintah dan petunjuk mengerjakan tugas yang penyajianya dengan cara menuliskannya di atas kertas.


(38)

(7) Permainan

Media pembelajaran yang cara penyajianya dibuat sedemikian rupa agar menarik layaknya sebuah permainan. Contoh: Teka-teki, simulasi, permainan paparan.

(8) Realia

Media realia adalah media yang dibuat semirip mungkin dengan benda aslinya, seperti benda-benda mati misalnya batuan, tanah, ataupun makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan. Termasuk dalam media realia antara lain media model, specimen, manipulatif (peta, boneka).

Frahmen dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam media realia karena media frahmen juga dibuat semirip mungkin dengan bentuk aslinya, akan tetapi menggunakan skala ½.

2.5.3.2 Media Teknologi Mutakhir

(1) Media berbasis telekomunikasi

Media berbasis telekomunikasi adalah penggunaan berbagai alat komunikasi sebagai media yang dapat digunakan tanpa adanya batas jarak, ruang dan waktu, contoh teleconferen dan kuliah jarak jauh. Teleconferen adalah suatu teknik komunikasi dimana kelompok-kelompok yang berada di lokasi geografis berbeda menggunakan mikrofon dan amplifier khusus yang dihubungkan satu dengan lainya sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dengan aktif dalam suatu pertemuan dan diskusi (Arsyad, 2007:35).


(39)

(2) Media berbasis mikroposesor

Media berbasis mikroprosesor maksutnya adalah media pembelajaran yang menggunakan sistem komputer yang cara kerjanya disesuaikan dengan sistem atau program yang telah diprogram. Contoh media berbasis mikroprosesor diantaranya: Computer assisted intruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc). Penggunaan media berbasis mikroprosesor di kelas yaitu ketika melakukan presentasi menggunakan komputer dan LCD.

Berdasarkan berbagai macam media diatas, media yang akan diteliti yaitu media jobsheet dan media frahmen, yang akan diterapkan pada mata pelajaran menjahit busana wanita, pokok bahasan menjahit gaun.

2.5

Media

jobsheet

Istilah jobsheet berasal dari bahasa inggris yaitu job yang berarti pekerjaan atau kegiatan dan sheet yang berarti helai atau lembar. Jadi, jobsheet adalah lembar kerja atau lembar kegiatan, yang berisi informasi atau perintah dan petunjuk mengerjakannya (Retnaningsih, 2012:38). Menurut Widarto, jobsheet adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas bahwa Jobsheet merupakan lembar kerja atau lembar tugas siswa yang dilengkapi dengan informasi, petunjuk, maupun langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan demi mencapai tujuan pembelajaran. Jobsheet merupakan media berbasis cetakan karena cara penyajianya ditulis di atas kertas. Dalam penelitian ini jobsheet akan berisi materi mengenai proses menjahit gaun dari awal hingga akhir.


(40)

Menurut Kemp & Dayton (1985) yang dikutip oleh Arsyad (2007: 37), mengelompokan media kedalam delapan jenis, dimana media jobsheet termasuk kedalam media cetak.

2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Jobsheet

Beberapa kelebihan media cetakan, termasuk jobsheet menurut Arsyad (2007) adalah sebagai berikut:

(1) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. (2) Siswa dapat mengulangi materi, jika diperlukan.

(3) Perpaduan teks dan gambar dalam jobsheet dapat menambah daya tarik siswa.

(4) Siswa akan berpartisipasi dengan aktif dalam proses pembelajaran.

(5) Materi dapat direproduksi dengan ekonomis dan didistribusi dengan mudah.

Beberapa kekurangan media cetakan, termasuk jobsheet menurut Arsyad (2007) antara lain:

(1) Sulit menampilkan gerak dalam halaman cetak.

(2) Biaya percetakan lebih mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi gambar berwarna.

(3) Proses percetaka seringkali memakan waktu lama.

(4) Unit pelajaran dalam media cetak harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membosankan siswa.

(5) Umumnya media cetak akan membawa hasil baik jika tujuan pembelajaran bersifat kognitif.


(41)

(6) Bila tidak dirawat dengan baik, media cetakan akan mudah rusak atau hilang.

2.5.2 Prinsip Dasar Pembuatan Jobsheet

Teks berbasis cetakan seperti jobsheet menurut Aryad (2007) menuntut 6 elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang yaitu:

(1) Konsistensi : penggunaan format penulisan dari halaman ke halaman harus konsisten.

(2) Format : ukuran huruf serta kolom disesuaikan dengan ukuran kertas. Pada poin penting dapat diberi penekanan menggunakan huruf yang yang dicetak tebal, miring, atau lainya. Penambahan icon dapat digunakan untuk memperjelas materi.

(3) Organisasi : materi disusun secara berurutan dan sistematis sehingga informasi lebih mudah diperoleh. Selalu menginformasikan siswa mengenai batasan materi yang akan dipelajari.

(4) Daya Tarik : sampul dibuat dengan kombinasi warna, gambar ilustrasi, bentuk dan ukuran huruf yang serasi.

(5) Ukuran Huruf : gunakan huruf sesuai dengan peserta didik, dan perhatikan perbandingan huruf antara judul, sub judul, dan naskah.

(6) Ruang (spasi) Kosong : tambahkan spasi kosong untuk menambah kontras, hal ini dimakudkan agar pembaca dapat beristirahat pada titik-titik tertentu.

Jobsheet yang baik yakni jobsheet yang tata tulis dan formatnya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi siswa untuk membacanya, serta


(42)

mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan. Dengan begitu diharapkan media jobsheet dapat meningkatkan hasil belajar.

2.5.3 Langkah Penyusunan Jobsheet

Dalam menyusun jobsheet terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh. Menurut Widarto langkah – langkah dalam menyusun jobsheet adalah sebagai berikut:

(1) Analisis kurikulum : tentukan materi yang akan dibuat jobsheet dengan mencermati sandart kompetensinya.

(2) Menyusun peta jobsheet : untuk mengetahui jumlah jobsheet yang harus ditulis

(3) Menentukan judul jobsheet : disesuaikan dengan kompetensi dasar (KD), materi pokok, atau materi di kurikulum.

(4) Penulisan jobsheet : Penulisan jobsheet dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Penyusunan materi:

 Materi jobsheet sangat tergantung pada KD yang akan dicapai.

 Materi jobsheet dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambar umum atau substansi yang akan dipelajari.

 Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, atau hasil kreasi sendiri.

 Tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa mengenai hal yang harusnya siswa dapat melakukanya sediri.


(43)

b. Menentukan alat penilaian : Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa.

2.6

Media frahmen

Media frahmen adalah alat bantu pembelajaran yang berbentuk tiruan benda jadi dalam bentuk kecil, atau menggunakan skala ½ (Nur Endah : 2009). Pada dasarnya media frahmen dapat digolongkan dalam media realia. Media realita adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Pada penelitian ini media frahmen akan dibuat langkah perlangkah untuk mejelaskan proses menjahit gaun dari awal hingga akhir.

Dalam proses belajar mengajar, Guru akan menyampaikan materi menjahit gaun dengan menunjukkan media frahmen. Pembelajaran menggunakan media frahmen dapat mendorong peserta didik untuk berani berfikir kreatif dalam memecahkan masalah yang ada. Dengan memperhatikan langkah-langkah dalam frahmen siswa akan mempunyai gambaran tentang proses pembuatnya, sehingga siswa dapat langsung mengaplikasikan dalam pembuatan tugasnya. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa apabila ada kesulitan dalam memecahkan masalah.

2.7.1 Kriteria Media Frahmen

Media frahmen sebagai media realia harus dibuat semirip mungkin dengan aslinya agar dapat mewakili atau menggantikan bentuk aslinya. Berdasarkan pendapat dari Guru pengampu, media frahmen yang baik setidaknya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:


(44)

(1) Media frahmen sebaiknya dibuat dengan ukuran sesungguhnya, akan tetapi jika hal ini tidak memungkinkan maka dapat dibuat dengan skala ½.

(2) Media frahmen harus menunjukkan proses pembuatan dari awal hingga selesai dengan langkah-langkah yang berurutan.

(3) Media frahmen sebaiknya menggunakan bahan polos, sehingga teknik jahitan dapat terlihat degan jelas.

(4) Gunakan teknik menjahit yang paling mudah, sehingga akan mudah dipahami.

2.7.2 Kelebihan Media Frahmen

Berdasarkan pengalaman peneliti dan arahan dari guru pengampu, diketahui kelebihan media frahmen adalah sebagai berikut:

(1) Media frahmen berbentuk 3 dimensi sehingga dapat dapat dilihat dari berbagai sisi (dalam atau luar), sehingga lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan media cetak.

(2) Media frahmen dapat memberikan contoh yang nyata, sehingga materi yang hendak disampaikan dapat diterima siswa dengan baik.

(3) Media frahmen akan menarik perhatian siswa, sehingga siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi tersebut.

(4) Media frahmen sangat cocok untuk menyampaikan tujuan pelajaran yang bersifat psikomotorik.

2.7.3 Kekurangan Media Frahmen

Berdasarkan pengalaman peneliti dan arahan dari Guru pengampu, diketahui kekurangan media frahmen adalah sebagai berikut:


(45)

(1) Biaya yang digunakan dalam pengadaan frahmen cukup mahal. (2) Proses pembuatan frahmen cukup rumit dan membutuhkan ketelitian. (3) Waktu pembuatan frahmen cukup lama.

(4) Media frahmen tidak dapat digandakan, sehingga tidak memungkinkan untuk memproduksi dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.

2.7.4 Tahapan Membuat Frahmen

Berdasarkan pengalaman peneliti dan arahan dari Guru pengampu, diperoleh tahapan dalam pembuatan frahmen sebagai berikut:

(1) Membuat desain frahmen

(2) Membuat pola sesuai dengan desain (3) Mempersiapkan alat dan bahan (4) Memotong kain sesuai dengan pola (5) Memindah tanda pola pada kain

(6) Menajahit frahmen dari proses paling mudah hingga selesai

2.7.5 Perlengkapan Membuat Frahmen

Perlengkapan yang digunakan untuk membuat media frahmen diantaranya sebagai berikut:

(1) Perlengkapan membuat pola

Perlengkapan membuat pola diantaranya pensil/ bolpoint, penggaris, kertas, meteran,penghapus, skala, dll.

(2) Perlengkapan menjahit

Perlengkapan menjahit diantaranya mesin jahit, gunting, benang, pendedel, meteran,dll.


(46)

(3) Perlengkapan menyeterika

Perlengkapan menyeterika diantaranya: setrika, meja seterika, bantalan seterika,dll.

2.7

Gaun

Gaun menurut Marwiyah (2010: 93) adalah sepotong busana yang mempunyai bagian badan atas (bodice) dan rok (skirt). Menurut Irma dkk (2011:89), Gaun adalah busana wanita atau anak-anak, bisa bermodel terusan atau mempunyai potongan di pinggang yang terbuat dari beragam gaya, jenis bahan, hiasan,dsb. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan gaun merupakan suatu busana yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan atas sampai bagian bawah panggul, dapat bermodel terusan maupun potongan di pinggang yang terbuat dari berbagai jenis bahan dan hiasan.

Gaun tidak lepas dari kesan sebuah wanita yang mempunyai keanggunan dan kemewahan. Avantie, yang dikutip oleh Ninik (2009) menuliskan tampilan busana pesta selalu dibuat istimewa, baik dari segi model, bahan, warna, maupun aksesori. Sang pemakai selalu berharap busana yang dipakai memiliki daya tarik tersendiri di alam pesta yang dihadirinya.

Gaun mempunyai model yang variatif dan berbeda dengan busana sehari hari. Berikut ciri-ciri gaun ditinjau dari waktu pemakaian (Ninik : 2009) yaitu: (1) Gaun pesta pagi yakni model yang digunakan sederhana dan tidak perlu

mewah, warna yang dipakai adalah warna yang segar dan pastel.

(2) Gaun pesta siang dan sore yaitu warna yang biasa dipilih adalah segar, warna-warna segar kesanya soft dan ringan, warna-warna yang dipilih adalah warna-warna merah


(47)

muda, biru dan kuning. Warna ini tetap bisa menonjolkan siluet tubuh pemakainya, sehingga kesan glamour masih terlihat.

(3) Gaun pesta malam yaitu merupakan busana yang akan membuat pemakaianya terlihat glamour, bahan yang digunakan harus menmbulkan kesan feminim dan anggun, model gaun malam bermacam-macam.

2.8.1 Macam-macam gaun dilihat dari kesesuaian dengan bentuk tubuh

Menurut Goet poespo dalam Ninik (2009) pembuatan gaun dapat dirancang pas (fitted), setengah pas (semi fitted), atau kombinasi dari cara keduanya.

2.8.1.1Gaun fitted

Gaun fitted yaitu gaun yang dirancang pas badan. Desain gaun ini pada umumnya bagian pundak terbuka, baik kedua pundak terbuka (off shoulder) maupun terbuka salah satu pundaknya (one shoulder). Di samping ini contoh gaun fitted dengan pundak terbuka (off shoulder).


(48)

2.8.1.2Gaun semi fitted

Gaun semi fitted yaitu gaun yang dirancang setengah pas badan. Gaun ini pada umumnya tidak menonjolkan lekuk tubuh pemakainya. Pusat perhatian pada gaun biasanya terletak pada hiasanya. Di samping ini adalah contoh gaun semi fitted.

2.8.1.3Kombinasi gaun fitted dan semi fitted

Rancangan gaun dengan desain kombinasi antara antara gaun fitted (pas) dan semi fitted (setengah pas) yakni gaun yang memiliki ciri-ciri dari keduanya, misalnya dari bagian badan atas dibuat pas badan dan bagian badan bawah dibuat longgar. Disamping ini adalah contoh gaun kombinasi fitted dan semi fitted.

Gambar 2.3 Gaun semi fitted

Gambar 2.4 Kombinasi model gaun fitted dan semi fitted


(49)

2.8.2 Macam-macam gaun dilihat dari pembagian potonganya

Macam-macam gaun jika dilihat dari pembagian potongan yakni gaun yang pembagian potonganya dirancang secara horizontal, diagonal maupun vertikal. Pembagian secara vertikal dapat dilakukan pada titik manapun, tetapi pada umumnya mengikuti lekuk badan (kontur), pada puncak dada (bust), pinggag dan panggul (Holly C.H,2007:2 dalam Ninik 2009).

2.8.2.1Gaun dengan potongan di bawah dada

2.8.2.2Gaun dengan potongan di pinggang

Gambar 2.5 Gaun dengan potongan di bawah dada


(50)

2.8.2.3Gaun dengan potongan di bawah panggul

Gaun yang akan dibuat dalam penelitian ini adalah gaun dengan potongan di pinggang. Desain gaun yang akan dibuat yakni kombinasi antara gaun fitted dan semi fitted. Berikut adalah desain gaun yang akan dibuat dalam penelitian ini:

Garis leher perahu Lengan lonceng Retsleting A line

Gambar 2.7 gaun dengan potongan di bawah panggul


(51)

Teknik penyelesaian yang digunakan yakni teknik penyelesaian gaun berfuring, yaitu teknik penyelesaian dimana kampuh gaun bagian dalam rapi atau tidak nampak karena tertutup oleh furing. Teknik menjahit ini cukup rumit karena harus menyatukan bagian bahan utama dan bagian furing dengan rapi.

2.8

Media Jobsheet Pada Pembuatan Gaun

Jobsheet merupakan lembar kerja atau lembar tugas siswa yang dilengkapi dengan informasi, petunjuk, maupun langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan demi mencapai tujuan pembelajaran. Jobsheet pada pembuatan gaun yakni jobsheet yang berisi materi mengenai pembuatan gaun. Pada penelitian ini materi pada jobsheet difokuskan pada proses menjahit gaun dari awal hingga akhir yang disertai dengan gambar.

Jobsheet yang dibuat pada penelitian ini memuat beberapa poin penting, yakni:

a. Tujuan pembelajaran: yakni menggambarkan tujuan yang akan dicapai setelah siswa mengkuti pelajaran.

b. Bahan : yakni menjabarkan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran

c. Alat : yakni menjabarkan alat yang diperlukan dalam proses pembelajaran. d. Keselamatan kerja : ketentuan yang harus diterapkan agar tercipa

keselamatan dalam bekerja.

e. Langkah kerja : berisi tentang langkah-langkah yang harus dikerjakan selama proses pembelajaran. Pada bagian inilah inti dari materi yang akan diberikan pada siswa.


(52)

f. Tugas : yakni pekerjaan yang harus diselesaikan siswa sesuai dengan materi yang diberikan. Jobsheet selengkapnya dapat dilihat di lampiran 8 (halaman 84).

Media pembelajaran jobsheet diharapkan mampu membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan karena jobsheet diberikan pada setiap siswa sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

2.9

Media Frahmen Pada Pembuatan Gaun

Media frahmen adalah alat bantu dalam proses pembelajaran berwujud 3 dimensi yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya, dapat diperbesar, diperkecil menjadi skala ½, atau dibuat sesuai dengan ukuran sebenarnya. Media frahmen pada pembuatan gaun yakni media frahmen yang digunakan untuk menyajikan materi pembuatan gaun.

Media frahmen pada penelitian ini dibuat dengan skala ½ yang akan menampilkan proses menjahit gaun dari awal hingga akhir. Dalam penyajianya media frahmen hanya memuat garis besar mengenai tujuan yang akan dicapai dan langkah kerja yang berbentuk tiga dimensi. Media frahmen diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan karena dengan media frahmen siswa dapat melihat hasil jadi yang mirip dengan asliya.

2.10

Kerangka berfikir

Proses kegiatan belajar mengajar, berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Berhasil atau tidaknya peserta didik sangat bergantung pada keefektifan metode pembelajaran yang digunakan saat menyampaikan suatu meteri pelajaran pada peserta didik. Salah satu ciri pembelajaran yang efektif


(53)

adalah penyampaian materi pembelajaran dengan berbagai metode dan media pembelajaran untuk menarik perhatian dan minat peserta didik dalam belajar, serta dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Guru memiliki peranan utama di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung dari segi strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat di dalam pembelajaran akan menyebabkan pesan yang disampaikan oleh guru tidak mampu ditangkap oleh peserta didik. Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan, khususnya pada materi praktek seperti pada pelajaran menjahit gaun.

Penggunaan metode ceramah dalam pelajaran menjahit gaun dirasa kurang efektif, hal ini terlihat dari aktivitas peserta didik yang pasif dan hanya menjadi pendengar saja. Padahal tujuan pengajaran tentu saja akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya (Fathurrahman & Sutikno, 2009: 9). Pasifnya peserta didik ini dapat dikurangi dengan adanya penggunaan media dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Terdapat berbagai jenis media pembelajaran, namun guru harus jeli memilih media mana yang sesuai dengan materi dalam proses belajar. Media yang dapat digunakan dalam pelajaran menjahit gaun diantaranya media jobsheet dan media frahmen. Media tersebut akan mendorong peserta didik terlibat secara aktif sehingga peserta didik dapat menemukan pemecahan masalah dalam proses belajar. Penggunakan media pembelajaran ini juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.


(54)

Letak perbedaan diantara kedua media tersebut yakni pada contoh langkah kerjanya. Pada media frahmen siswa dapat melihat langkah kerja dengan melihat contoh nyata produk meskipun dengan skala ⁄ , sehingga secara tidak langsung frahmen akan memperlihatkan persepsi yang sama tentang bagaimana cara membuat gaun. Sedangkan pada media jobsheet siswa akan melihat langkah kerja berupa gambar yang disertai dengan keterangan. Dengan penggunaan media yang berbeda pasti akan mendapatkan hasil belajar yang berbeda pula. Media pembelajaran yang terbaik adalah media yang dapat menyampaikan materi dengan baik, sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.

2.11

Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenaranya masih perlu diuji (Arikunto, 2010:110). Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

Media jobsheet Media frahmen

Hasil Belajar Pembelajaran Menjahit

Gaun


(55)

2.10.1 Hipotesis kerja (Ha)

Ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran dengan media jobsheet dan media frahmen pada kompetensi menjahit gaun di SMK Al-Musyaffa‟ kendal.

2.10.2 Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran dengan media jobsheet dan media frahmen pada kompetensi menjahit gaun di SMK Al-Musyafa Kendal.


(56)

44

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010:173). Menurut Sugiyono (2007: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Busana butik di SMK Al-Musyafa yang berjumlah 69 dan terbagi menjadi 2 kelas, yakni:

3.1 Tabel populasi

3.1.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2007: 118) sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Arikunto (2010:174) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiyono 2007:124). Jadi pada penelitian ini semua populasi dijadikan sebagai sampel, yakni berjumlah 69 siswa.

No Kelas Jumlah

1 Kelas XI BB 1 35 siswa 2 Kelas XI BB 2 34 siswa Jumlah 69 siswa


(57)

3.2

Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulanya (Sugiyono 2007: 60). Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

3.2.1 Variabel Bebas (Independen) / (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat) biasanya diamati, diukur untuk diketahui hubunganya dengan variabel lain. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran dengan menggunakan media jobsheet dan media frahmen.

3.2.2 Variabel Terikat (Dependen) / (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar menjahit gaun.

3.3

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari peneltian adalah memperoleh data (Sugiyono, 2007: 308). Untuk memperoleh data pada penelitian ini digunakan dua teknik dalam pengumpulan data, yakni observasi dan dokumentasi.

3.3.1 Metode Observasi

Observasi atau disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra


(58)

(Arikunto, 2010:199). Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan alat observasi berupa lembar penilaian unjuk kerja yang dipakai untuk menilai proses pembelajaran menjahit gaun oleh guru pengampu. Instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 118.

3.3.2 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkip, buku agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Data yang dapat dikumpulkan melalui metode dokumentasi diantaranya data administrasi akademik, yang meliputi kurikulum, silabus, daftar siswa, dan nilai hasil belajar praktek menjahit gaun.

3.4

Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:174), pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes dan non-tes. Instrumen tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar aspek kognitif, sedangkan instrumen non-tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik . Pada penelitian ini, instrumen yang akan digunakan adalah instrumen non-tes, yakni instrumen yang digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar ranah psikomotorik yang berupa penilaian unjuk kerja dengan skala bertingkat (rating scale).

Penilaian unjuk kerja yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada format penilaian di SMK Al-Musyaffa, namun telah mengalami perubahan-perubahan pada sub komponen penilaian. Komponen penilaian telah disesuaikan dengan hasil belajar yang akan diambil pada pokok bahasan menjahit gaun.


(59)

Instrumen penilaian unjuk kerja selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 117.

3.4.1 Validitas

Validitas ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: validitas logis dan validitas empiris. Instrumen dikatakan mempunyai validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkap. Validitas empiris adalah validitas yang dicapai dengan jalan menguji mencobakan instrumen tersebut secara langsung pada responden.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis melalui expert judgmen atau pertimbangan ahli. Aiken dalam Saifuddin (2012: 112) telah merumuskan Aiken‟s V untuk menghitung content validity coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak 3 orang terhadap suatu aitem dari segi sejauh mana aitem tersebut mewakili konstrak yang diukur. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angka antara 1 (yang sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai dengan 4 (yaitu sangat mewakili atau sangat relevan), statistik Aiken‟s V dirumuskan:

V=

(Saifuddin A, 2012: 112)

Keterangan :

V = content validity coefficient s = r – lo

lo = angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini = 1) c = angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 4) r = angka yang diberikan oleh seorang ahli


(60)

n = jumlah panel ahli

Berdasarkan expert jugment oleh 3 panelis, didapat content validity coefficient sebesar 1,00 . Dikarenakan rentang angka V yang dapat diperoleh adalah antara 0 sampai 1,00 (Saifuddin A, 2012: 113), maka dapat diartikan bahwa setiap item pada instrumen tersebut memiliki validitas isi yang sangat baik. Perhitungan content validity coefficient Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 133.

3.4.2 Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat memberi hasil yang tepat, artinya apabila instrumen tersebut digunakan pada sejumlah objek yang sama pada lain waktu maka hasilnya relatif sama. Reliabilitas tes praktek pada penelitian ini menggunakan reliabilitas hasil rating. Menurut Saifuddin (2012: 88) menyatakan rating adalah prosedur pemberian skor berdasarkan judgment subjektif terhadap aspek atau atribut tertentu yang dilakukan melalui pengamatan sistematik baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan pengaruh subjektivitas pemberian antar beberapa rater.

Penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian rating yang dilakukan oleh beberapa raters yang berbeda dan independen satu sama lain terhadap objek yang sama (Saifuddin, 2012:88). Rater yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 orang. Reliabilitas hasil rating merupakan konsistensi penilaian diantara para rater (interrater reliability).


(1)

PERHITUNGAN HASIL RATINGS:

1.

Se

2

=

=

=

= 2,3058

2.

Ss

2

=

=

= 5,712

3.

rxx‟

=

=

= 1,4770

4.

r

xx‟

=

=

= 0,7385


(2)

TABEL KERJA PERHITUNGAN UJI NORMALITAS

No

i

Zi

(

̆

)

Z

tabel

Luas Daerah

0,5 + z

tabel

Peluang

Fs (x

i

) =

Selisih

peluang

luas

daerah

1 77,81 -1,8306 -0,4664 0,0336 0,0145 0,0191

2 77,81 -1,8306 -0,4664 0,0336 0,0290 0,0046

3 78,23 -1,6632 -0,4515 0,0485 0,0435 0,0050

4 78,33 -1,6213 -0,4474 0,0526 0,0580 0,0054

5 78,44 -1,5794 -0,4429 0,0571 0,0725 0,0154

6 78,54 -1,5376 -0,4382 0,0618 0,0870 0,0252

7 78,54 -1,5376 -0,4382 0,0618 0,1014 0,0396

8 78,96 -1,3702 -0,4147 0,0853 0,1159 0,0306

9 79,06 -1,3283 -0,4082 0,0918 0,1304 0,0386

10 79,69 -1,0772 -0,3599 0,1401 0,1449 0,0048

11 80,21 -0,8679 -0,3078 0,1922 0,1594 0,0328

12 80,21 -0,8679 -0,3078 0,1922 0,1739 0,0183

13 80,50 -0,7507 -0,2734 0,2266 0,1884 0,0382

14 80,63 -0,7005 -0,258 0,242 0,2029 0,0391

15 80,73 -0,6586 -0,2454 0,2546 0,2174 0,0372

16 80,73 -0,6586 -0,2454 0,2546 0,2319 0,0227

17 80,83 -0,6168 -0,2324 0,2676 0,2464 0,0212

18 80,94 -0,5749 -0,219 0,281 0,2609 0,0201

19 80,94 -0,5749 -0,219 0,281 0,2754 0,0056

20 81,04 -0,5331 -0,2054 0,2946 0,2899 0,0047

21 81,04 -0,5331 -0,2054 0,2946 0,3043 0,0097

22 81,15 -0,4912 -0,1915 0,3085 0,3188 0,0103

23 81,15 -0,4912 -0,1915 0,3085 0,3333 0,0248

24 81,15 -0,4912 -0,1915 0,3085 0,3478 0,0393

25 81,15 -0,4912 -0,1915 0,3085 0,3623 0,0538

26 81,35 -0,4075 -0,1591 0,3409 0,3768 0,0359

27 81,35 -0,4075 -0,1591 0,3409 0,3913 0,0504

28 81,35 -0,4075 -0,1591 0,3409 0,4058 0,0649

29 81,46 -0,3657 -0,1443 0,3557 0,4203 0,0646

30 81,56 -0,3238 -0,1293 0,3707 0,4348 0,0641

31 81,56 -0,3238 -0,1293 0,3707 0,4493 0,0786

32 81,67 -0,2819 -0,1141 0,3859 0,4638 0,0779

33 81,88 -0,1982 -0,0793 0,4207 0,4783 0,0576

34 81,98 -0,1564 -0,0636 0,4364 0,4928 0,0564

35 81,98 -0,1564 -0,0636 0,4364 0,5072 0,0708

36 81,98 -0,1564 -0,0636 0,4364 0,5217 0,0853

37 82,29 -0,0308 -0,016 0,484 0,5362 0,0522

38 82,29 -0,0308 -0,016 0,484 0,5507 0,0667


(3)

40 82,60 0,0947 0,0319 0,5319 0,5797 0,0478

41 82,71 0,1366 0,0438 0,5438 0,5942 0,0504

42 83,23 0,3459 0,1293 0,6293 0,6087 0,0206

43 83,23 0,3459 0,1293 0,6293 0,6232 0,0061

44 83,23 0,3459 0,1293 0,6293 0,6377 0,0084

45 83,54 0,4714 0,1736 0,6736 0,6522 0,0214

46 83,65 0,5133 0,1915 0,6915 0,6667 0,0248

47 83,85 0,5970 0,219 0,719 0,6812 0,0378

48 83,85 0,5970 0,219 0,719 0,6957 0,0233

49 83,85 0,5970 0,219 0,719 0,7101 0,0089

50 83,96 0,6389 0,2324 0,7324 0,7246 0,0078

51 84,17 0,7226 0,258 0,758 0,7391 0,0189

52 84,17 0,7226 0,258 0,758 0,7536 0,0044

53 84,27 0,7644 0,2734 0,7734 0,7681 0,0053

54 84,27 0,7644 0,2734 0,7734 0,7826 0,0092

55 84,27 0,7644 0,2734 0,7734 0,7971 0,0237

56 84,27 0,7644 0,2734 0,7734 0,8116 0,0382

57 84,38 0,8063 0,2852 0,7852 0,8261 0,0409

58 84,48 0,8481 0,2967 0,7967 0,8406 0,0439

59 84,90 1,0156 0,3413 0,8413 0,8551 0,0138

60 85,10 1,0993 0,3599 0,8599 0,8696 0,0097

61 85,10 1,0993 0,3599 0,8599 0,8841 0,0242

62 85,31 1,1830 0,377 0,877 0,8986 0,0216

63 85,42 1,2248 0,3849 0,8849 0,9130 0,0281

64 85,42 1,2248 0,3849 0,8849 0,9275 0,0426

65 85,52 1,2667 0,3944 0,8944 0,9420 0,0476

66 86,35 1,6015 0,4429 0,9429 0,9565 0,0136

67 88,13 2,3131 0,489 0,989 0,9710 0,0180

68 88,13 2,3131 0,489 0,989 0,9855 0,0035

69 88,96 2,6479 0,4956 0,9956 1,0000 0,0044

Mean

82,37 D Hitung 0,0853

S

2,4887551 D Tabel 0,1649

D

hitung

=

F

S

(x

i

)

F

t

(x

i

)

maks = 0,0853

D

tabel

= 0,1649

Karena D

hitung

< D

Tabel

maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi

normal.


(4)

TABEL KERJA PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

Jobsheet Frahmen

1 83,8542 1 84,1667 2

2 83,2292 1 85,3125 2

3 85,4167 1 81,1458 2

4 80,2083 1 81,0417 2

5 81,0417 1 81,4583 2

6 78,2292 1 81,1458 2

7 80,8333 1 84,2708 2

8 81,3542 1 81,1458 2

9 81,1458 1 83,8542 2

10 79,6875 1 83,9583 2

11 81,5625 1 82,2917 2

12 80,2083 1 85,5208 2

13 77,8125 1 84,8958 2

14 82,6042 1 85,1042 2

15 79,0625 1 78,9583 2

16 81,9792 1 81,9792 2

17 85,4167 1 80,6250 2

18 78,4375 1 78,3333 2

19 80,9375 1 85,1042 2

20 77,8125 1 81,5625 2

21 80,9375 1 88,1250 2

22 81,6667 1 82,7083 2

23 78,5417 1 81,9792 2

24 83,2292 1 82,2917 2

25 84,4792 1 88,9583 2

26 78,5417 1 84,2708 2

27 80,7292 1 83,5417 2

28 83,8542 1 84,2708 2

29 84,1667 1 83,2292 2

30 80,7292 1 81,3542 2

31 82,6042 1 86,3542 2

32 83,6458 1 84,2708 2

33 81,3542 1 88,1250 2

34 81,8750 1 84,3750 2

35 80,5000 2


(5)

F hitung

= var (eksperimen 2) : var (eksperimen 1)

= 6,0593 : 4, 5676 = 1,3265

F

tabel

=1,7774


(6)

TABEL KERJA PERHITUNGAN UJI BEDA

(T-Test)

T Tabel = 2,034515. Jika dilakukan uji pihak kiri

atau pihak kanan tetap nilai t-hitung > t-tabel

(222,051

>

2,034515)

yang

berarti

ada

peningkatan

Prosentase

=

82,1336.

Adalah

besarnya

peningkatan nilai yaitu sebesar 82%

T tabel = 2, 032245. Jika dilakukan uji pihak kiri

atau pihak kanan tetap nilai t-hitung > t-tabel

(200,252

>

2,032245)

yang

berarti

ada

peningkatan.

Prosentase

=

84,1664.

Adalah

besarnya

peningkatan nilai yaitu sebesar 84%

Perbandingan antara kedua metode Jobsheet dan

Frahmen adalah 82% < 84%

Jelas metode frahmen yang lebih tepat untuk

digunakan.

Jobsheet Frahmen

1 83,85 84,17

2 83,23 85,31

3 85,42 81,15

4 80,21 81,04

5 81,04 81,46

6 78,23 81,15

7 80,83 84,27

8 81,35 81,15

9 81,15 83,85

10 79,69 83,96

11 81,56 82,29

12 80,21 85,52

13 77,81 84,90

14 82,60 85,10

15 79,06 78,96

16 81,98 81,98

17 85,42 80,63

18 78,44 78,33

19 80,94 85,10

20 77,81 81,56

21 80,94 88,13

22 81,67 82,71

23 78,54 81,98

24 83,23 82,29

25 84,48 88,96

26 78,54 84,27

27 80,73 83,54

28 83,85 84,27

29 84,17 83,23

30 80,73 81,35

31 82,60 86,35

32 83,65 84,27

33 81,35 88,13

34 81,88 84,38

35 80,50

Mean 81,39 83,32

SD 2,137201 2,461557 VAR 4,56763 6,059263

Jobsheet

Lower Upper

Jobsheet 222,051 33 ,000 81,38787 80,6422 82,1336

ai t-h

4

ai t-h

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the

Frahmen

Lower Upper

Frahmen 200,252 34 ,000 83,32083 82,4753 84,1664

ai t-h

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA MENGGUNAKAN MEDIA SIMULASI KOMPUTER DAN MEDIA REALIA

0 27 162

PERBEDAAN HASIL PEMBUATAN GAUN PESTA MENGGUNAKAN POLA DRAPING DENGAN POLA KONSTRUKSI BERBASIS KOMPUTER

8 60 148

PENGARUH PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUKAN MEDIA JOBSHEET TERHADAP HASIL MENJAHIT KEMEJA PRIA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KISARAN.

0 5 28

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENJAHIT KERAH KEMEJA PRIA YANG MENGGUNAKAN JOBSHEET MEDIA CETAK DENGAN JOBSHEET MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 10 MEDAN T.A 2011/2012.

0 4 20

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA DAN AUDIOVISUAL POKOK MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH Perbedaan Hasil Belajar IPA Biologi Menggunakan Media Charta Dan Audiovisual Pokok Materi Sistem Peredaran Darah Pada Siswa Kelas VII

0 1 17

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA DAN AUDIOVISUAL POKOK MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH Perbedaan Hasil Belajar IPA Biologi Menggunakan Media Charta Dan Audiovisual Pokok Materi Sistem Peredaran Darah Pada Siswa Kelas VII

0 1 13

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA (SHV) ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO Perbedaan Hasil Belajar Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata (SHV) Antara Menggunakan Media Video Dan Power Point Pada Asistensi Mahasiswa Pendidikan Bi

0 0 14

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA (SHV) ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DAN Perbedaan Hasil Belajar Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata (SHV) Antara Menggunakan Media Video Dan Power Point Pada Asistensi Mahasiswa Pendidika

0 0 17

PENGARUH MEDIA JOBSHEET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

22 51 51

PERBEDAAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA CETAK PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 SEWON.

0 1 291