Hibah Sumber Pendanaan dari Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
Gambar 8.10 Siklus KPS
Aplikasi di sektor sanitasi Hingga saat ini KPS untuk sanitasi baru menyentuh subsektor persampahan, terutama dalam pengelolaan TPA
Bekasi, Denpasar, Surakarta .Faktor utama penyebab KPS di bidang sanitasi masih kurang diminati, adalah tingkat pemulihan biayanya yang rendah. Selain itu, peraturan pendukung di daerah juga belum ada.
Sebagian besar opsi KPS yang dapat dilakukan di sektor sanitasi memerlukan peranan Pemerintah yang besar. Misalnya dalam opsi kontrak layanan, kontrak manajemen, kontrak sewa dan BOT. Pemerintah juga masih harus
membayar biaya investasi di awal dan sering juga termasuk sebagian biaya operasi dan perawatan OM. Sehingga keuntungan finansial dari KPS menjadi lebih kecil.
Bentuk lain Partisipasi Sektor Swasta–PSP Partisipasi sektor swasta Bentuk kerja sama lain yang lebih luwes dan lebih cocok untuk pihak swasta dan Pemerintah dalam membiayai
kegiatan sanitasi berukuran kecil dan sedang adalah partisipasi sektor swasta.
Sebelum perjanjian kerja sama KPS dilakukan, beberapa isu berikut harus disepakati agar menjadi dasar kerja sama yaitu: komitmen Pemda dalam pembangunan sanitasi, manfaat sosio-ekonomi, kesiapan kelembagaan, kesiapan
calon pengelola kegiatan, adanya standar kinerja operasi, sistem informasi manajemen untuk memantau, dan mekanisme untuk menangani konflik.
Bentuk–bentuk KPS yang lazim diaplikasikan di Indonesia adalah : Investasi langsung tunai atau non tunai, misalnya melalui BUMD; Operasi bersama; Perluasan kredit ke perusahaan swasta untuk modal kerja dan investasi;
BOT dan Build Transfer Operate BTO; sub-kontrak, outsourcing; dan Usaha bersama.
Aplikasi di sektor sanitasi KPS sektor sanitasi yang ada masih untuk persampahan pengelolaan TPA. Namun jika Pemda sudah memiliki atau
membentuk Badan Investasi di daerah sebagai penyedia dana investasi dan lembaga penjamin kredit daerah, lembaga ini dapat menyediakan modal danatau memperlancar akses ke dana pembangunan sanitasi. Namun
hingga kini, kedua lembaga masih belum terbentuk di daerah.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan CSR Pembahasan lebih detail mengenai CSR, ada pada buku panduan CSR tersendiri. Maka pembahasan CSR dalam
buku panduan ini hanya menyinggung garis besar pendanaannya.
Seleksi Prioritas
Proyek Studi
Kelayakan Uji
Tuntas Proses
Tender Negosisasi
Manajemen Konlik
Analisi Kebutuhan need analysis
Identifikasi akan penetapan
prioritas proyek Analisis Value for
Money Studi Kelayakan
Identifikasi kebutuhan
dukungan pemerintah
Analisis Risiko Pemilihan bentuk
KPS Uji Tuntas
Penetapan untuk dapat ditenderkan
Penyiapan dokumen lelang
Penetapan cara evaluasi
Pembentukan Panitia
Transaction Team Proses Lelang
Evaluasi Tender Penetapan Calon
Pemenang Checklist negosiasi
Pembentukan Tim Negosiasi
Negosiasi draf perjanjian kerja
sama Negosiasi alokasi
risiko Penetapan
Pemenang Financial closing
Konstruksi Commissioning
Operasi Monitoring
Pengalihan di akhir masa konsesi jika
ada
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
CSR didasarkan pada UU No. 402007. Peraturan ini mengatur cara bagaimana perusahaan, terutama yang usahanya berkaitan dengan eksploitasi sumberdaya alam harus melaksanakan program sosial yang diwajibkan, dengan
sasaran masyarakat yang membutuhkan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan berbagai cara. Program CSR yang dijalankan oleh perusahaan di Indonesia mencakup bidang pendidikan, kesehatan,
perlindungan lingkungan pengelolaan limbah padat dan pengelolaan air limbah, dan sektor kredit mikro, juga kegiatan bermanfaat sosial lainnya. Perusahaan harus menyediakan bukan hanya dana tapi juga bantuan aktif dan
lain-lain. Sementara mitra lokal yang berbasis masyarakat akan memantau pelaksanaan program.
Aplikasi di sektor sanitasi Walau terlihat sederhana, program CSR perlu disusun dengan cermat dan perhatian diberikan pada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan target tidak dapat diraih. Semua pihak harus merumuskan dengan jelas manfaat apa yang ingin mereka peroleh, dan harus membuat kompromi sebelum program dimulai agar nanti perbedaan
harapan tidak menimbulkan konflik. CSR dapat berupa hibah dari perusahaan kepada Pemda maupun langsung kepada masyarakat.