Pinjaman Donor luar negeri
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
Total nilai DAK naik setiap tahun terutama sejak 2005, tetapi sedikit menurun pada 2009. Jumlah sektor yang menerima DAK juga meningkat. Jumlah Pemda yang menerima DAK meningkat dari 416 kabupaten dan kota di
29 provinsi pada tahun 2003, menjadi 433 kabupaten dan kota di 33 provinsi pada 2008.
4
Peluang semakin meningkat bagi pendanaan proposal pembangunan sanitasi dari Pemda. Alokasinya meningkat banyak, terutama sejak tahun 2005. Argumentasi paling penting yang dipakai Pemda dalam mengajukan DAK
untuk sanitasi adalah mencapai Standar Pelayanan Minimal SPM untuk sektor sanitasi. Namun demikian, alokasi DAK saat ini belum mempertimbangkan Strategi Sanitasi Kota, walaupun ada wacana untuk mengaitkan DAK
sanitasi dengan kepemilikan SSK.
Namun, di masa mendatang kriteria untuk mendapatkan DAK akan dikaitkan dengan kepemilikan SSK. Pemda yang memiiki SSK berpeluang lebih besar untuk mengakses DAK sanitasi, dibandingkan Pemda yang belum
memiliki SSK.
Selain itu, adanya konversi dana–dana dekonsentrasi dan tugas perbantuan untuk disalurkan dalam mekanisme DAK, akan memberikan peluang bagi kegiatan sanitasi dibiayai oleh DAK, terutama kegiatan fisik.
Namun demikian, ada kekhawatiran Pemerintah Pusat mengenai daya serap Pemda atas DAK sanitasi. Dikhawatirkan setelah dipisahnya DAK air minum dan DAK sanitasi, Pemda jadi tidak dapat membuat proposal
program kegiatan sanitasi dalam jumlah yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Lalu ada pula potensi konflik kepentingan antar SKPD yang mengklaim dapat menggunakan dana DAK sanitasi.
Bagaimana Mengakses DAK DAK merupakan block grants yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah
harus menyiapkan proposal kegiatan fisik yang akan dibiayai oleh DAK dengan memperhitungkan aspek–aspek umum, teknis, dan aspek spesifik lihat Lampiran 1.
Menteri teknis mengusulkan program kegiatan yang akan dibiayai DAK, dan merupakan bagian dari prioritas nasional namun menjadi urusan daerah setelah mendapat masukan dari daerah. Program yang dibiayai DAK
harus tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah RKP. Setelah menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan di danai dari DAK, kemudian kegiatan tersebut ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan RKP. Selanjutnya menteri teknis menyampaikan ketetapan mengenai kegiatan khusus tersebut kepada Menteri
Keuangan, yang akan digunakan oleh Menteri Keuangan dalam melakukan perhitungan alokasi DAK.
Di daerah, setelah ada indikasi Pemda mendapat dana DAK, maka harus secepatnya memasukkannya dalam dokumen perencanaan yang akan dibahas dan disetujui DPRD. Masukan kepada menteri teknis dari Pemda harus
benar–benar merupakan hasil aspirasi pihak–pihak terkait dalam forum Musrenbang.
Maka koordinasi dengan menteri teknis, dalam hal ini adalah menteri PU dan menteri kesehatan melalui dirjen CK-PU dan dirjen penyehatan lingkungan Depkes, mutlak harus dilakukan oleh Pemda KabupatenKota.
Terutama Pemda yang “merasa” bahwa di wilayahnya terdapat program pembangunan sanitasi yang sesuai dengan prioritas nasional, baik dalam Musrenbangnas maupun dalam pertemuan–pertemuan lain, agar dapat
mengusulkan program yang akan dibiayai. Dari sisi Pemda KabupatenKota, harus sudah siap dengan “proposal” program kegiatan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang disyaratkan, terutama menyangkut penentuan lokasi
kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis harus dapat dipenuhi.
Kriteria umum menyangkut kapasitas fiskal, kriteria khusus adalah tentang kekhususan daerah, sedangkan kriteria teknis menyangkut data teknis sanitasi jumlah daerah kumuh, penduduk miskin, akses sanitasi, dan lain-lain, yang
menetapkan kriteria apakah suatu daerah merupakan daerah yang rawan sanitasinya sehingga layak dibiayai. Kota-kota Mitra ISSDP
Nilai total DAK untuk 6 Kota Mitra tahap I adalah Rp 188 miliar atau 0,89 dari total DAK nasional pada tahun 2008. Kecenderungan DAK mereka juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Namun tidak diketahui
secara pasti berupa nilai yang dibelanjakan untuk sanitasi
5
. Penggunaan DAK untuk sanitasi sebagian besar oleh kabupaten dan kota masih untuk sarana sanitasi sederhana persampahan TPST dan air limbah sanitasi.
4 Jumlah totalnya sekarang adalah 440 349 kabupaten dan 91 kota di 33 Provinsi.
5 DAK untuk membiayai sanitasi sampai tahun 2009 menyatu dengan DAK air minum, berapa proporsinya untuk sanitasi berbeda-beda pada setiap Pemda. Ada yang 60:40, ada yang
70:30, dan ada juga yang 50:50, di mana selalu lebih besar atau sama dengan program air minum.
Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi
Kota dan Tahun
Pendidikan Kesehatan AMPL
6
Lingkungan Total
Semua Sektor
1.Jambi
2006 5.400
4,510 0.900
0.300 18.300
2007 10.449
5,654 1.827
0.828 28.836
2008 14.114
6,805 1.957
0.828 36.136
2.Payakumbuh
2006 4.720
3.630 0.910
0.300 17.320
2007 8.027
3.769 1.737
1.732 23.991
2008 10.624
5.670 1.822
1.732 29.755
3.Banjarmasin
2006 6.980
4.700 0.940
0.300 19.710
2007 15.094
7.204 2.094
0.704 35.330
2008 20.428
7.204 2.354
0.704 43.599
4.Surakarta
2006 5.450
3.850 0.860
0.300 16.470
2007 10.267
4.928 1.746
1.557 26.533
2008 12.877
4.928 1.818
1.557 31.007
5.Blitar
2006 2.860
1.440 0.410
16.480 2007
19.627 9.768
2.738 0.766
50.935 2008
12.294 5.581
2.854 0.983
32.878
6.Denpasar
2006 5.590
3.880 0.940
0.300 18.850
2007 2.318
1.816 0.564
0.131 7.935
2008 5.697
1.816 0.700
0.131 14.251
Tabel 8. 3 Realisasi DAK 6 Kota ISSDP Tahap 1 Rp Miliar
Sumber : Depkeu 2008, diolah oleh konsultan