Dana Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan

Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi 7 Sumber: 25 September 2008. tersebut telah tersedia dan peran berbagai mitra dalam KUR telah ditentukan, maka akses ke kredit mikro akan semakin mudah. Solusi sementara untuk Pemda adalah mengatur dana jaminan yang berasal dari dana cadangan dalam APBD lihat bab 9.3.4. Aplikasi di sektor sanitasi Seperti halnya kredit komersial, subsektor yang paling menarik bagi bank penyedia KUR adalah pengelolaan limbah padat SWD. Bank pemilik program KUR menawarkan suku bunga yang besarnya bersaing kepada usaha daur ulang skala kecil. Pengusaha sanitasi lain seperti pengusaaha kompos, jasa sedot lumpur tinja juga sangat potensial mengakses fasilitas ini. Hanya saja belum semua Pemda KabupatenKota memiliki mekanisme penyalurannya yang didukung Pemda. Pemda kota Tegal, Pekalongan, dan Surakarta, telah memiliki mekanisme untuk penyalurannya yaitu melalui badan kredit kecamatan BKK lihat bab 9.3.6 yang dapat menerima permodalan dari Pemda untuk diterus pinjamkan. Dana Bergulir Dana bergulir diatur oleh PMK No. 99 dan No. 052008. Pemerintah Pusat telah membentuk Lembaga Pengelola Dana Bergulir LPDB, yakni BLU yang melayani koperasi atau usaha kecil dan menengah. Dana ini berasal dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Modal pinjaman LPDB adalah Rp 429 miliar USD 38 juta 7 , dari jumlah ini Rp 18,1 miliar telah disalurkan. Target nasional untuk tahun 2008 adalah Rp 135,6 miliar untuk disalurkan kepada 2000 koperasi. Karena waktunya lama untuk mendapatkan persetujuan LPDB dan lamanya pencairan pinjaman oleh bank, maka peminat pinjaman ini kurang begitu banyak, seiring meningkatnya suku bunga pinjaman akibat krisis keuangan global baru–baru ini triwulan pertama tahun 2009. Bertindak sebagai lembaga penyalur adalah bank, lembaga non bank, koperasi, dan modal ventura. BOKS 8.2 Pemberian Hibah, Dana Bergulir dan Dana Pembangunan Masyarakat Trenggalek merupakan sebuah kota Kabupaten di Jawa Timur. Pada 2008, Kabupaten Trenggalek melaksanakan pembangunan sanitasi dengan mekanisme yang terbilang unik. Di Trenggalek yang wilayahnya termasuk dalam target Depkes, dalam 1000 desa masyarakatnya bebas dari BABS 100. Dalam waktu kurang dari 1 tahun, masyarakatnya telah membangun jamban di rumah masing–masing dengan nilai keseluruhan Rp 1,8 miliar. Kemampuan masyarakat ini, selain berkat hibah dari donor Bill Gates Foundation yang diberikan kepada kelompok masayarakat setempat, juga terkait adanya dana bergulir dari Pemda sebesar Rp 140 juta yang dipinjamkan Pemda kepada kelompok masyarakat setempat. Dari peristiwa pembangunan fasilitas sederhana tersebut, ada tiga 3 perspektif mekanisme pendanaan yang terjadi hampir bersamaan. Pertama, adanya penyaluran dana dari Pemda kepada kelompok masyarakat, di mana dana Pemda digunakan sebagai uang muka pinjaman pembangunan jamban. Kedua, masuknya dana tidak langsung kepada pengguna adalah implementasi mekanisme dana pembangunan masyarakat Community Development Fund, di mana kelompok masyarakat menerima dana yang selanjutnya dikelola untuk disalurkan kepada anggotanya. Ketiga, adanya upaya awal Pemda dan masyarakat telah menstimulir ketertarikan donor untuk memberikan hibah tanpa melalui APBD, yaitu langsung kepada kelompok masyarakat melalui LSM. Maka sekali merengkuh dayung, tiga mekanisme keuangan dilakukan. Aplikasi di sektor sanitasi Dalam mengakses dana bergulir, Pemda harus memfasilitasi pembentukan koperasi lebih dulu. Selanjutnya, koperasi tersebut akan menyalurkan dana untuk pembangunan sanitasi, baik skala rumah tangga maupun skala usaha kecil dan menengah. Menurut ketentuan, dana bergulir dikembalikan dengan masa 1–2 tahun dengan bunga tertentu, maka Pemda cq. Pokja harus mengidentifikasi calon pengguna dana bergulir. Pemda harus memfasilitasi dan membantu pembentukan kelompok masyarakat yang akan menggunakan dana bergulir tersebut, guna membiayai subsektor persampahan atau air limbah. Contoh penggunaan dana bergulir Di Trenggalek, Jawa Timur, Pemda meminjamkan dana bergulir Rp 140 juta dalam waktu 7 bulan kepada masyarakat yang ingin membangun sarana sanitasi. Dalam waktu 7 bulan, nilai total sarana sanitasi mencapai Rp 1,8 miliar. Ini didukung oleh organisasi masyarakat di setiap desa. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, program Community-led Total Sanitation CLTS memakai dana bergulir, agar masyarakat dapat membangun jamban dengan harga Rp 450.000 per jamban. Pinjaman ini dilunasi dengan angsuran sebesar Rp 50.000 per bulan. Sementara, di Surakarta, Pemda menyediakan dana bergulir untuk koperasi, kelompok masyarakat dan pengusaha kecil dan menengah. Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi 8 Belanja modal dipakai untuk aset dengan umur fungsinya lebih dari satu tahun.

8.2 Sumber Pendanaan dari Pemerintah Provinsi

8.2.1 Hibah dari Provinsi

Dana bantuan provinsi dalam bentuk bantuan uang tunai kepada Pemerintah KabupatenKota atau yang sifatnya hibah, adalah dana bantuan keuangan dan bantuan sosial yang juga merupakan bagian dari belanja APBD Provinsi. Namun belanja bantuan sosial berkurang jumlahnya dalam beberapa tahun terakhir, karena disinyalir banyak terjadi kebocoran. Bantuan hibah provinsi ini bebas digunakan oleh Pemda, sehingga apabila ada SKPD yang telah secara terencana mengusulkan suatu kegiatan atau programkegiatan, maka besar kemungkinan akan Pemerintah Provinsi memberikan alokasi. Pendanaan provinsi akan lebih tepat bagi kegiatan–kegiatan besar berskala regional melibatkan beberapa Pemda. Prioritas pembiayaan dari provinsi adalah untuk kegiatan–kegiatan persampahan TPA–tempat pemrosesan akhir dan air limbah yang bila tidak dibantu provinsi bisa berdampak ke regional.

8.2.2 Pembiayaan dari Instansi Vertikal Satuan KerjaSatker

Dana vertikal adalah dana dari SKPD Provinsi yang diberikan kepada SKPD KabupatenKota dan merupakan belanja APBD Provinsi. Dana ini dapat disalurkan kepada instansi vertikal di tingkat Pemda KabupatenKota, untuk melaksanakan program dan kegiatan di wilayahnya. Karena sejak perencanaan hingga masa pelaporan kegiatan di bawah koordinasi Pemerintah Provinsi, maka pencatatan keuangannya masih berada di Pemerintah Provinsi. Biasanya, meski dana Satker Provinsi menawarkan bantuan barang dan jasa bukan uang tunai kepada Pemda KabupatenKota SKPD terkait, namun koordinasi masih berada di Satker Provinsi. Instansi di provinsi yang telah memberikan kucuran dana bagi sektor sanitasi pada instansi vertikal di bawahnya adalah dinas PU yang mengalokasikan dana cukup besar, disusul dinas kesehatan dan dinas lingkungan hidup. Aplikasi di sektor sanitasi Beberapa kota kesulitan mengakses dana instansi vertikal, sebagian besar karena perbedaan prioritas provinsi dan daerah. Jika ada program dan kegiatan yang dapat dibiayai, masalah administrasi timbul karena kode program yang berbeda perbedaan penomoran program. Masalah lain yang menghambat adalah jika dana provinsi dikaitkan dengan aspek sanitasi regional. Misalnya, pengadaan TPA regional. Banyak Pemda tidak menemukan titik temu di antara Pemda calon penerima dana provinsi. Akibatnya sedikit sekali dana yang turun untuk keperluan tersebut.

8.2.3 Dana Tugas Perbantuan

Dana dari provinsi lainnya yang dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah, yaitu dana tugas perbantuanTP dana dekon tidak boleh dilimpahkan dari provinsi ke pemerintahan di bawahnya. Dana TP ini menurut PP 7 2008 dapat digunakan untuk membiayai kegiatan fisik. Kegiatan non-fisik sebagai pendamping kegiatan dapat dibiayai dengan dana TP, namun maksimal 10 dari total pendanaan dari TP. Dana TP ini menjadi beban Pemerintah yang mendelegasikan wewenangnya, di mana dalam hal ini adalah beban Pemerintah Provinsi. Sementara itu, walaupun dana dekonsentrasi tidak dapat diakses Pemda KabupatenKota, namun masih berpeluang diakses selama masih di bawah koordinasi provinsi.

8.2.4 Transfer Dana Bagi Hasil-DBH

Dana transfer dari provinsi kepada Pemda KabupatenKota dapat berasal dari dana hasil penerimaaan pajak di provinsi, penerimaan retribusi di provinsi, dan hasil pendapatan provinsi lainnya. Di beberapa provinsi, seperti Provinsi Jawa Timur misalnya, memiliki dana transfer dari hasil cukai rokok yang cukup besar, dan ditawarkan kepada Pemda KabupatenKota. Tentu saja provinsi mengharapkan usulan programkegiatan. Dana transfer ini cenderung meningkat.

8.2.5 Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi

Penyertaan modal Pemerintah Provinsi dapat digunakan sebagai dana investasi Pemprov, utamanya pada kegiatan–kegiatan infrastruktur di Pemda Kota yang melibatkan provinsi. Misalnya apabila Pemerintah Provinsi beserta Pemerintah Kota membentuk BUMD yang mengelola sanitasi, seperti pengelolaan TPA regional.