Pola Komunikasi Permissive membebaskan

B. Pola Komunikasi Permissive membebaskan

Dalam pola hubungan ini sikap acceptance penerimaan orang tua tinggi, namun kontrolnya rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atas keinginannya. Sedangkan anak bersifat inflasi secara agresif kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasinya rendah. Orangtua memberikan kepercayaan seutuhnya pada seorang anak untuk menjalankan aktivitasnya dengan kontrol yang rendah. Orangtua selalu berusaha memenuhi kewajibannya dengan memberikan kehidupan layak bagi anaknya melalui materi yang berlimpah. Pada informan II ini merupakan contoh bahwa dalam mengurus anak remaja kurang diperhatikan karena informan II lebih memfokuskan pada anaknya sudah besar. Dan informan II lebih memfokuskan pada kesibukannya sendiri yaitu mencari nafkah untuk kebutuhan anaknya kedepan. Hal ini dapat dilihat pada saat peneliti bertanya pada informan II bagaimana cara orangtua mendidik anaknya dan sikap seperti apa setelah mengetahui jika anak merokok. Dengan ekspresi yang pasrah dan sedikit senyum, berikut pernyataannya : Informan II “ ya saya mendidik biasa- biasa saja. Tiap hari saya kerja untuk kebutuhannya, jadi mungkin saya nggak sempat mengontrol anak- anak dirumah. Saya lakuin ini juga demi anak kog karena ya nggak mau kalau anak- anak kekurangan apapun. Saya pernah membuat aturan tapi mereka nggak mau nuruti dengan alasan kalau anak muda sekarang itu kalau nggak merokok itu nggak enak. Cuma saya heran dirumah itu nggak ada yang merokok lho, trus siapa yang ngajarinsampai heran juga tapi ya sudahlah terserah mereka saja. “ 57 Interview, Selasa 27 Juli 2010 pk. 17.10 Berikut pernyataan Fajar tentang sikap orang tuanya sejak mengetahui yang selalu memberikan kesempatan untuk berpendapat dan membebaskan yang diperoleh dari hasil kroscek peneliti : Kroscek “ ya, saya ini nggak terlalu diperhatiin sama orangtua karena mereka sibuk kerja juga tapi mau gimana lagi saya terima sajalah. Tapi waktu saya ketahuan merokok, awalnya mereka sempat kecewa karena ibu bilang kalau saya itu masih sekolah dan nggak baik merokok. Tapi saya tetap saja merokok trus sekarang dibiarin sama mereka. “ Interview, Selasa 27 Juli 2010 pk. 15.30 Berdasarkan pernyataan diatas maka informan II kurang meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya dikarenakan kesibukan pekerjaannya. Maka informan II dapat memperhatikan dengan meluangkan waktunya sesuai tuntutan peranan yang seharusnya ia terapkan pada anaknya. Karena hal itu juga fajar merasa ibunya kurang mengontrol dia dalam kehidupan sehari- harinya. Hal ini dapat dilihat pada saat peneliti mencoba bertanya informan II tentang sikap yang seperti apa untuk mengontrol anak, sambil tersenyum dia mengungkapkan walaupun senyuman tersebut kurang lepas jika dilihat dari wajahnya, berikut pernyataannya : “ selama ini orang tua saya kurang perhatian, jadi dibebaskan gitu saja. Tapi kadang- kadang perhatian juga kalau waktu saya sakit saja jadi selama ini mereka kurang ngontrol saya. Kalau saya lagi keluar sama teman paling cuma ditanyai kemana trus ntar jangan terlalu malam pulangnya besok sekolah, boleh merokok asal jangan sampai lakuin hal- hal yang lain seperti coba- coba narkoba. Malahan kadang hanya sms atau telephone saja. Saya sich senang saja karena orangtua dapat memberikan kebebasan pada saya untuk berpendapat dan mengambil keputusan. “ 58 Interview, Selasa 27 Juli 2010 pk. 17.10 Berikut pernyataan informan II tentang kurang kontrol dia pada fajar, berdasarkan hasil kroscek peneliti : Kroscek “ ya benar saya itu kurang ngontrol juga karena kerjaaan, lagian saya yakin kalau dia nggak akan berbuat yang nggak- nggak. Saya berusaha memberikan apa yang menurutnya baik dan saya menghargai apa yang dilakukan. Paling saya itu cuma ngecek dia lewat telephon atau smsan saja. “ Interview, Selasa 27 Juli 2010 pk. 17.10 Dari sini kita bisa mengetahui dengan menerapkan pola komunikasi permissive akan memberikan dampak pada anak kurang baik. Seperti kurang percaya diri karena orangtua disini lebih cenderung memberikan kebebasan pada anaknya untuk berpendapat dan juga dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Padahal anak remaja usia tersebut mulai ada tanda- tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti moral. Maksudnya masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya- tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Oleh karena itu, peranan orangtua penting dalam membimbing anaknya dan tidak dibebaskan begitu saja. Pola komunikasi ini juga terjadi pada informan IV, dimana informan keempat ini kurang meluangkan waktunya untuk memperhatikan anaknya karena kesibukan pekerjaan. Berikut pernyataan informan IV pada saat peneliti mencoba bertanya. apakah anda membebaskan pergaulan anak anda, berikut pernyataannya : 59 Informan IV “ ya mau gimana lagi selain membebaskan Angga karena anaknya itu nggak bisa di bilangi orangtua, jadi ya saya biarkan saja asalkan nggak lewati batas, jarang sekali dia dirumah. Saya pernah ngeliat dia itu ngerokok diwarung trus waktu dirumah saya tanya siapa yang ngajarin, nggak tahunya dari acara- acara sekolah gitu. Saya juga melihat kalau anak sekarang nggak bisa disamakan dengan anak jaman dulu. “ Interview, Kamis 29 Juli 2010 pk. 18.00 Berikut pernyataan Angga tentang orangtuanya yang membebaskan pergaulannya karena kesibukan pekerjaannya, berikut pernyataannya : Kroscek “ ya terkadang kalau saya lagi santai biasanya cukup telpon atau sms aja. Lagian kapan ketemunya juga, pagi berangkat sekolah datang sore trus malemnya maen sama teman sedangkan orangtua saya berangkat pagi juga dan baru pulang sore itupun tinggal capeknya, jadi kalau ketemu ya waktu ada acara keluarga atau kalau nggak waktu libur aja”. interview, Rabu 28 Juli 2010 pk. 15.00 Berdasarkan pernyataan diatas maka komunikasi interpersonal antara kedua belah pihak teratur dan frekuensi mereka juga berkurang untuk melakukan komunikasi tersebut. Sehingga menimbulkan efek yang tidak baik terutama pada sikap yang ditunjukkan Angga pada orangtuanya. Hal ini mempengaruhi hubungan interpersonal mereka, sehingga angga kurang terbuka dengan orangtuanya karena disebabkan informan IV ini kurang menjalankan peranannya. Peneliti juga bertanya pada angga reaksi orangtuanya setelah melihat tingkah merokok, dengan sedikit tersenyum sambil menghisap rokoknya angga mengungkapkan pernyataannya : “ biasa aja tuh kayaknya, dulu sih pernah sampai dimarahin. Tapi itu dulu waktu masih SMP, kalau sekarang mungkin mereka sudah tahu kalau saya udah besar dan bisa menentukan mana yang baik trus mana yang nggak”. 60 interview, Rabu 28 Juli 2010 pk. 15.00 Berikut pernyataan informan IV dari hasil kroscek sikap apa yang anda lakukan setelah mengetahui anak merokok, berikut pernyataannya : Kroscek “ Dulu waktu dia masih SMP sempat saya marahin karena merasa masih belum cukup umur untuk mengetahui hal- hal seperti itu. Saya cuma takut kalau dia malah mengetahui yang lebih dari rokok seperti narkoba atau sejenisnya. Tapi karena angga itu cuek dan sekarang saya mengaggap sudah mengerti hal yang positif atau negative jadi dibiarkan saja. Mungkin dia takut dibilang sama temannya kurang jantan atau apalah, kan biasa sekarang anak muda itu kayak gitu”. Interview, Kamis 29 Juli 2010 pk. 18.00 Berdasarkan pernyataan dari informan IV dan Angga maka pola komunikasi yang diterapkan informan IV adalah pola komunikasi permissive. Akan mempengaruhi hubungan interpersonal dan mengakibatkan komunikasi kurang baik. Berdasarkan pernyataan diatas maka hubungan interpersonal antara angga dengan orangtua kurang begitu baik disebabkan kurangnya komunikasi diantara keduanya. Selain itu hal ini juga tidak didukung peranan informan empat. Seharusnya informan empat ini memberikan perhatian yang lebih disela kesibukannya. Inilah peranan orangtua kepada anaknya disela kesibukannya untuk meluangkan waktu untuk anaknya sehingga hubungan interpersonal mereka baik dan komunikasi mereka bisa berjalan dengan lancar.

C. Pola Komunikasi Authoritative demokratif

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PENGGUNA GADGET AKTIF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Sekolah Dasar pengguna gadget aktif; handphone, playstation, dan laptop di Sidoarjo).

1 5 157

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya ).

0 1 122

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14