Perilaku Merokok Notoatmojo 1993 menjelaskan perilaku manusia merupakan hasil dari

mengurangi nafsu makan dan meningkatkan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung. 2.Tar Merupakan bentuk dari berbagai campuran bahan kimia dan gas yang membentuk cairan dan berubah menjadi massa lengket berwarna kecoklatan. Soedoko, 1993:19 Bahan tersebut tergolong korsinogen dan dapat menyebabkan perokok sukar untuk bernafas. 3.Karbon Monoksida CO Karbon monoksida adalah gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berasa dan gejala keracunannya yaitu: sakit kepala, koma, depresi, dan shock. Pada saat asap tembakau dihisap karbon monoksida dan nikotin mengalir ke dalam aliran darah cara yang sama seperti oksigen dan segera dialirkan ke seluruh tubuh. Unsur- unsur asap tembakau yang tidak dihisap membentuk tar, yang akan berkumpul didalam alur udara, paru- paru dan gigi.

2.6.1 Perilaku Merokok Notoatmojo 1993 menjelaskan perilaku manusia merupakan hasil dari

berbagai pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan kongkrit. Perilaku baru bias terjadi apabila ada rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu pula. Oleh karena itu, dapat dijelaskan perilaku adalah merupakan respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam individu. 31 Lawrence green dalam Notoatmojo 1993 menyebutkan bahwa perilaku terbentuk dari tiga faktor: a Faktor Predisposisi Faktor predisposisi antara lain: pengetahuan tentang rokok dan bahayanya, penyakit- penyakit akibat rokok, jenis- jenis rokok, dan batasan perokok pasif, sikap terhadap orang yang merokok, kepercayaan berhubungan dengan agama dan pandangan tentang rokok, dan keyakinan akan kebenaran informasi yang ada. b Faktor Pemungkin Adanya peluang merokok lebih besar karena mudahnya orang untuk mendapatkan rokok. c Faktor Pendorong Sikap dan perilaku guru, orang tua, teman dan model yang ada di televisi terhadap rokok dapat menjadi factor pendorong orang untuk merokok. Notoatmojo, 1993:16. Sedangkan menurut para ahli dari WHO, perilaku seseorang dipengaruhi beberapa faktor, yakni: a. Tought and Feeling pemikiran dan perasaan Pemikiran dan perasaan ini meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan- kepercayaan dan penilaian terhadap suatu obyek. b. Personal References orang penting sebagai referensi Orang penting ini sering disebut dengan kelompok referensi references group, seperti misalnya ulama, guru, kepala adat, pendeta dan sebagainya. 32 Orang penting ini sering kali membentuk opini dari pengikutnya dan dapat menjadi contoh bagi seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu. c. Resourcess sumber- sumber Sumber- sumber ini meliputi dana, fasilitas, waktu, tenaga, dan sebagainya. Adanya sumber daya ini biasanya berpengaruh secara positif atau negatif terhadap tindakan seseorang. d. Cultur Budaya Budaya suatu masyarakat sering kali secara patuh akan diikuti oleh anggota masyarakat tersebut. Dapat disimpulkan bahwa menurut WHO, perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan atau fungsi dari pemikiran dan perasaan, adanya orang lain yang dijadikan referensi dan sumber- sumber daya atau fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat Sulistyowati Muji, 2001:8. Perilaku merokok adalah sesuatu yang fenomenal, meskipun sudah diketahui dampak negatif yang disebabkan oleh rokok, tapi jumlah perokok bukannya menurun malah semakin bertambah. Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok melaporkan bahwa anak-anak di Indonesia sudah ada yang merokok pada usia 9 tahun. Selain itu data dipertegas oleh data WHO yang menyatakan 30 perokok di dunia adalah para remaja. Menurut Erickson dalam Gatchel bahwa remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Brigham 1991 mengemukakan bahwa perilaku merokok yang dilakukan para remaja 33 merupakan simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Pada awalnya saat pertama kali merokok, gejala- gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, perut terasa mual, dan kepala pusing. Namun, para remaja mengabaikannya, sehingga berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya ketergantungan. Setelah fase ketergantungan, remaja tidak lagi merasa batuk, lidah terasa getir, perut mual, dan pusing , akan tetapi yang mereka rasakan adalah sebuah kenikmatan yang memberikan kepuasan pada psikologis. Hal ini disebabkan adanya nikotin yang bersifat adiktif, sehingga jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stres. Jenis-jenis perokok : 1. Pemula iseng adalah mereka yang masih sekedar mencoba-coba atau karena merasa tidak enak melihat teman-temannya merokok, sehingga ikut-ikutan. Biasanya kelompok ini adalah ABG. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat. 2. Nyambi musiman adalah kelompok yang merokok pada waktu-waktu tertentu saja. Hal ini disebabkan karena faktor pribadi yang sulit mendapat jalan keluar. Perilaku merokok ini hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. 3. Menengah adalah kelanjutan dari pemula, ingin berhenti nanggung karena belajarnya susah. Biasanya mereka merokok kalau sedang bersama teman-temannya. Banyak 34 orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. 4. Berat mempunyai anggapan tiada hari tanpa merokok. Perilaku merokok ini sudah menjadi kebiasaan karena mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis. Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1 dan jumlah perokok mencapai 70 penduduk Indonesia Fatmawati, 2006. Kebiasaan merokok dan generasi muda telah banyak dibicarakan oleh para ahli dari berbagai dunia. Harapan para remaja agar dapat dianggap dewasa oleh lingkungan sekitarnya melalui merokok perlu mendapat perhatian yang serius. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku Sarafino 1994. Bertitik tolak dari teori yang dikemukakan Lawrence Green 1980 perilaku merokok pada remaja khususnya siswa SMA dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang merokok, sikap tentang merokok, peraturan sekolah, pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan. 35

2.7 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PENGGUNA GADGET AKTIF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Sekolah Dasar pengguna gadget aktif; handphone, playstation, dan laptop di Sidoarjo).

1 5 157

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya ).

0 1 122

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14