4.1.2 Penyajian Data
Penelitian ini dilakukan di Surabaya dan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, subjek penelitian yang dijadikan informan penelitian ini tidak dapat
dibatasi atau ditentukan berapa jumlahnya tetapi dipilih beberapa informan yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi
penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan pola komunikasi antara orang tua dengan anaknya perokok di Surabaya khususnya
orangtua de ngan anak remajanya yang berumur 15- 19 tahun. Data diperoleh dengan menggunakan depth interview wawancara
mendalam, yaitu orang- orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat
menghasilkan data berupa kata- kata dan tindakan, memungkinkan narasumber untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan istilah- istilah
mereka sendiri. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak- banyaknya dari informan. Setelah seluruh data diperoleh dari depth interview,
maka peneliti akan disajikan secara deskriptif dan di analisis dengan kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban serta kesimpulan dari pokok permasalahan
yang diangkat.
4.1.3 Identitas Responden
Dalam penelitian ini yang dijadikan responden atau informan adalah : 1.
Orang tua maksudnya orang tua ibunya yang melakukan komunikasi secara intensif dengan anaknya. Hal ini didukung pola komunikasi orang tua dapat
51
berkembang dengan baik sesuai peranannya yang mengakibatkan komunikasi antara orang tua dengan anaknya secara baik dan lancar.
2. Anak remaja yang menjadi perokok di Surabaya dengan kategori usia 15- 19
tahun. Karena pada usia tersebut mulai ada tanda- tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri ego identity, menurut
Erik Erikson, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual menurut Freud dan tercapainya puncak perkembangan kognitif Piaget
maksudnya merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan prestasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah- masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri. Dan moral Kohlberg criteria psikologic maksudnya masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.
4.2 Analisis Data