pendidikan dibangku SMA Negeri di Surabaya ini mengaku bahwa sepulang sekolah biasanya tidak langsung pulang ke rumah melainkan berkumpul dahulu
bersama temannya hanya untuk bercanda sambil menghisap rokok. Anak kedua dari dua bersaudara ini dapat menghisap lebih dari 6 batang rokok tiap harinya
yang dibeli dari uang sakunya sendiri. Menurutnya semenjak mengenal rokok, menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah apapun seperti ketika setelah
dimarahi orangtuanya. Dalam penelitian ini informan yang digunakan terdiri dari empat informan,
yaitu orang tua anak yang perokok tersebut. Selain itu penelitian ini juga bisa menjadi acuan untuk masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak yang
merokok ini, sehingga kondisi komunikasi interpersonal dalam keluarga menjadi efektif dan juga si anak tidak sampai kecanduan rokok.
Peneliti berusaha akan menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari beberapa sumber. Sebanyak- banyaknya
informasi akan dicari dengan menggunakan wawancara mendalam sehingga dapat menghasilkan data berupa narasi atau kata- kata, tindakan yang memungkinkan
narasumber mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan istilah- istilah mereka sendiri.
3.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada pola komunikasi yang terdiri dari permissive membebaskan, authoritarian otoriter dan authoritative
demokratis antara orang tua dengan remaja perokok aktif di Surabaya.
47
Proses komunikasi dalam keluarga antara orang tua dan remaja perokok aktif di Surabaya akan menentukan bagaimana hubungan antar keduanya.
Keterbukaan diri pada orang tua mengenai hal- hal pribadi membuat orang tua dapat mengendalikan anak pada masa depannya.
3.4 Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan diadakan di Surabaya. Peneliti memilih kota Surabaya karena remaja yang masih mengenakan seragam putih abu- abu di
Surabaya saat ini cukup besar yang mengkonsumsi rokok. Daerah Surabaya mempunyai komposisi penduduk yang heterogen dan diasumsikan sebagai daerah
yang memiliki perkembangan yang tinggi. Selain itu Surabaya merupakan kota metropolis dan kota terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk
dan berbagai permasalahan yang terjadi.
3.5 Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor- faktor eksternal, jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya construction dengan tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan- perbedaan yang
nantinya akan dikembangkan atau digeneralisasikan. Maksud yang kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan
teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel
48
acak, tetapi sampel bertujuan Purposive Sampling. Di dalam teknik purposive ini ditandai dengan ciri- ciri antara lain :
1. Rancangan sampel yang muncul, sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik
terlebih dahulu. 2.
Pemilihan sampel secara berurutan; tujuan memperoleh variasi sebanyak- banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan
jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu
sehingga dapat dipertentangkan atau di sisi lain adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dari mana atau dari siapa ia memulai tidak menjadi persoalan,
tetapi bila hal sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti.
Unit analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi- narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam indepth interview
yang berkaitan dengan pola komunikasi keluarga pada orang tua dengan anak remaja perokok aktif di Surabaya. Moeleong,2002:105-166
3.6 Teknik Pengumpulan Data