Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga

7. Fungsi Agama religius Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai- nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.

2.4.2 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga

Dalam komunikasi dikenal dengan istilah Interpersonal Communication atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau sekelompok kecil dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap muka face to face dan menunjukkan suatu interaksi sehingga terjadi kontak pribadi atau personal contact Effendy, 2002:8. Dengan demikian mereka yang terlibat dalam komunikasi ini masing- masing menjadi pembicara dan pendengar. Nampaknya adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan empati. Terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing- masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia. 17 Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika pesan disampaikan, umpan balikpun terjadi saat itu juga immediate feedback sehingga komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya Effendy, 2003:15. Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Selain itu umpan balik dapat memberikan komunikasi bahan informasi bahwa sumbangan- sumbangan pesan mereka yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan Effendy,2003:14. Umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikasi berjalan dengan lancar. Sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika respon komunikan tidak menyenangkan komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasi tersebut. Selain pengelompokan diatas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara verbal maupun non verbal seperti halnya dengan penyampaian pesan umpan balik. Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi diadik dyadic communication yaitu komunikasi antara dua orang yang keduanya saling berhubungan dan komunikasi ini bertujuan untuk belajar, mengadakan relasi, mempengaruhi dan membantu antar individu DeVito,1989. Oleh karena itu komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Demikian pula dalam keluarga, perlu dibina dan dikembangkan perkembangan dari remaja Fuhrman, 1990:213. 18 Menurut Irwanto dalam Yatim dan Irwanto,1991:79 keluarga memberikan dan menggeneralisasikan nilai, norma, pengetahuan, sikap dan harapan terhadap anak- anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh remaja. Hal tersebut senada dengan pernyataan Tubbs dan Moss dalam Rahmat, 2002: 12 yaitu bahwa komunikasi yang efektif akan menimbulkan pengertian dan hubungan yang makin baik diantara kedua belah pihak. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dibahas komunikasi paling tidak bersifat dialog bukan monolog. Menurut Kudera dalam Kartono,1994:153 komunikasi yang monolog tidak memunculkan tantangan dalam diri anak untuk mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak disertai pendapat bila ada masalah dalam keluarga. 2.4.3 Aspek- Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga. Beberapa faktor penting untuk menentukan jelas tidaknya informasi yang dikomunikasikan didalam keluarga sehingga dapat mengarahkan komunikasi yang efektif, yaitu : 1. Konsistensi Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relatif lebih jelas dibanding dengan informasi yang selalu berubah. Ketidakkonsistenan yang membuat remaja bingung dalam menafsirkan informasi tersebut Irwanto Yatim dan Irwanto,1991:85. 19 2. Ketegasan Assertiveness Ketegasan tidak berarti otoriter. Ketegasan membantu meyakinkan remaja atau anggota keluarga lain bahwa komunikator benar- benar meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku orangtua ingin ditiru oleh anak, maka ketegasan akan memberikan jaminan bahwa mengharapkan anak- anak berperilaku seperti yang diharapkan Irwanto dalam Yatim dan Irwanto,1991: 85- 86. 3. Percaya Trust Faktor percaya adalah yang paling penting karena percaya menentukan efektifitas komunikasi, meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya, hilangnya keyakinan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab Rahmat,2002: 130. Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya Rahmat,2002: 131- 133, yaitu : a. Menerima Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat- akibat perilakunya. 20 b. Empati Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain, melihat seperti orang lain lihat, merasakan seperti orang lain rasakan. c. Kejujuran Manusia tidak menaruh kepercayaan orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pendapatnya. Kejujuran dapat menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga. Ini mendorong untuk percaya antara satu dengan yang lain. 4. Sikap Sportif Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif akan menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari pada pesan orang lain Rahmat,2002:133. Perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan sportif, antara lain: a. Deskripsi Deskripsi artinya penyampaian perasaan atau persepsi tanpa menilai. Hubungan antara orang tua dengan anak bersifat horisontal dan sama. b. Orientasi Masalah Orientasi masalah artinya mengkomunikasikan untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah dengan tidak mendikte pemecahan, melainkan mengajak orang lain bersama- sama untuk menetapkan tujuan dan memuaskan cara mencapainya. 21 c. Spontanitas Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak meliputi motif yang terpendam. d. Persamaan Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horisontal dan demokratis. Artinya tidak mempertegas perbedaan, tidak menggurui tapi berbincang pada tingkat yang sama dan mengkomunikasikan penghargaan serta rasa hormat pada perbedaan dan keyakinan. e. Provosionalisme Provosionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat seseorang Rahmat,2002: 134- 135. 5. Sikap Terbuka Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal Rahmat,2002:136. 6. Bersikap Positif Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atau pandangan positif terhadap diri seseorang, perasaan positif untuk berkomunikasi dan “menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi. Perilaku “menyerang” dapat dilakukan secara verbal seperti kata- kata “aku suka kamu” atau “kamu nakal”. Sedangkan perilaku “menyerang” yang bersifat nonverbal berupa senyuman, pelukan bahkan pukulan. Perilaku “menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung 22 perilaku yang diharapkan dan dihargai. “Menyerang” negatif bersifat menentang atau menghukum seperti mengeluarkan perbuatan kasar yang dapat menyakiti seseorang baik fisik maupun psikologis DeVito,1989. Pentingnya “menyerang” dinyatakan oleh Kristina dalam Kartono,1994:153 bahwa “menyerang” positif perlu diberikan kepada anak jika memang pantas menerimanya. “Menyerang” secara negatif juga diperlukan asal dalam batas yang wajar seperti menegur atau memarahi anak bila memang perlu dan orangtua tetap memberikan penjelasan alas an bersikap demikian.

2.4.4 Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PENGGUNA GADGET AKTIF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Sekolah Dasar pengguna gadget aktif; handphone, playstation, dan laptop di Sidoarjo).

1 5 157

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya ).

0 1 122

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14