Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penguasaan terhadap bahasa, melebihi dari atribut manapun, memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya. Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa yang menjadikan kita sebagai makhluk manusia. Menurut ahli filsafat pengungkapan dalam kepercayaan atau agama oleh kebanyakan orang, bahasa adalah sumber kekuatan dan kehidupan Ahmad, 1996: 2. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi Chaer, 2004: 11. Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yag kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut Sutedi, 2003: 5. 10 Sementara itu, Keraf 1980: 16 menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka arbitrer, artinya bahwa hubungan antara bahasa dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu Chaer, 2004: 12. Bahasa dapat dinyatakan dengan dua cara, yang pertama melalui medium lisan dan yang kedua melalui medium tulisan. Kedua cara itu mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyampaikan ide, pikiran, pendapat, perasaan, berita atau hal-hal lain kepada orang lain sebagai bahan informasi. Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Sebelum bisa mempelajari bahasa asing, sebagai pembelajar bahasa asing juga harus mengetahui mengenai huruf yang mereka gunakan dalam menyampaikan bahasa tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Huruf adalah: tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa; aksara. 11 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahasa dinyatakan dengan lisan dan tulisan. Perbedaannya ialah penyampaian informasi secara lisan menggunakan alat ucap manusia dengan bantuan udara pernafasan. Sedangkan penyampaian informasi secara tulisan menggunakan huruf-huruf yang dapat diterima, dibaca, dimengerti oleh penerima informasi tersebut Sudjianto, 2007: 54. Tapi, dari kedua cara tersebut, ada satu kelemahan bahasa yang disampaikan secara lisan yaitu hanya sekejap bentuk bahasa itu akan hilang. Hal ini terjadi terutama pada zaman dulu sebelum ada alat perekam suara seperti sekarang ini. Dengan alasan itulah diperlukan huruf yang dapat merekam bahasa secara tertulis. Diantara banyaknya bahasa di dunia, bahasa Jepang adalah salah satunya. Dalam bahasa Jepang juga dikenal dua cara penyampaian bahasa yaitu 話し言 葉 hanashikotoba ragam lisan, yaitu bentuk bahasa yang dipakai pada waktu tukar menukar informasi secara lisan dalam berbagai kehidupan sehari-hari dan 書き言葉 kakikotoba ragam tulisan, yaitu bentuk bahasa yang dipergunakan pada waktu tukar menukar informasi secara tertulis menggunakan huruf dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Sebelum mempelajari suatu bahasa terutama bahasa Jepang, sebagai pengajar maupun pembelajar harus mengenali huruf-huruf dalam bahasa Jepang, karena penggunaan huruf Jepang sangat berbeda dengan penggunaan huruf di negara lainnya. Hal ini dikarenakan huruf Jepang sangatlah bervariasi. Dengan adanya huruf, penerima informasi dapat melihat secara berulang-ulang 12 informasi yang disampaikan orang lain pada saat ia membutuhkannya. Dapat dibayangkan kalau huruf tidak ada di dalam bahasa Jepang. Mungkin orang Jepang tidak akan dapat melihat jauh ke belakang bagaimana sejarah negaranya atau bagaimana sastra budayanya yang berlangsung terus sejak zaman dulu sampai sekarang. Huruf dalam bahasa Jepang disebut 文 字 moji, termasuk di dalamnya huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, roomaji dan sebagainya. Ada yang menyebut huruf ini dengan istilah monji dan ada pula yang menyebutnya hanya dengan istilah ji. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dapat dinyatakan dengan tulisan yang menggunakan huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, roomaji ini Iwabuchi, 1989: 180. Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf tetapi miskin dengan bunyi. Hal ini dikarenakan bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari lima vokal, dan beberapa buah konsonan yang diikuti vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka. Jumlah suku kata termasuk bunyi vokal dalam bahasa Jepang hanya 102 buah dan tidak ada suku kata tertutup atau kata yang diakhiri dengan konsonan kecuali bunyi [ん] saja Sutedi, 2003: 6. Tentunya dengan keterbatasan bunyi seperti ini, bagi penutur bahasa Jepang akan sulit untuk mempelajari bahasa lain. Di samping itu dalam bahasa Jepang ada konsonan rangkap dan bunyi vokal yang dipanjangkan dua ketukan yang berfungsi sebagai pembeda arti, serta memiliki aksen yang berfungsi sebagai pembeda arti Sutedi, 2003: 6. 13 Untuk menyampaikan bunyi yang jumlahnya terbatas tadi 102 bunyi, digunakan empat macam huruf yaitu: 1 Huruf hiragana 2 Huruf katakana 3 Huruf kanji 4 Huruf romaji Huruf hiragana dan katakana sering disebut dengan huruf Kana. Jumlah huruf hiragana dan katakana yang sekarang digunakan masing-masing 46 huruf, kedua jenis huruf ini digunakan untuk melambangkan bunyi yang sama. Dari huruf tersebut, ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu untuk membentuk bunyi lainnya yang jumlahnya masing-masing 56 bunyi. Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam bahasa Jepang secara total terdiri dari sekitar 102 suku kata Sutedi, 2003: 7. Setiap huruf hiragana, katakana, kanji dan roomaji memiliki fungsi yang berbeda-beda. Huruf hiragana biasa digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. Huruf katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing selain bahasa Cina, dalam telegram, atau ketika ingin menegaskan suatu kata dalam kalimat Sutedi, 2003: 7. Sementara itu, huruf kanji dapat dipakai untuk nomina dan akar-akar verba dan adjektiva Matsumoto, 2002: 10. Terakhir, yaitu huruf roomaji atau huruf alphabet latin. Huruf ini pun termasuk angka digunakan dalam bahasa Jepang, terutama dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar yang diperuntukkan bagi pembelajar yang ingin mempelajari 14 percakapan tanpa baca tulis. Untuk mentransfer bunyi bahasa Jepang ke dalam huruf alphabet digunakan tiga sistem, yaitu: 1 sistem Jepang 日本式nihon- shiki, 2 sistem Kunrei 訓令式kunrei-shiki, dan sistem Heppburn ヘボン 式Hebon-shiki . Secara umum, di kebanyakan tempat kursus bahasa Jepang, katakana agak lebih terburu-buru dipelajari, setelah pelajaran yang jauh lebih mendalam mengenai hiragana. Alasannya adalah bahwa buku-buku sekolah dasar maupun buku anak-anak di Jepang ditulis dalam hiragana. Para pelajar yang mempelajari bahasa Jepang dengan cara seperti ini mungkin saja lantas menyadari bahwa pengetahuan katakana mereka agak lemah dan oleh karena itu ingin memperkuatnya, sebagai bagian pelajaran umum mengenai bahasa Jepang tulisan Matsumoto, 2002: 11. Katakana dulunya adalah suku kata yang digunakan untuk menyederhanakan kanji, digunakan oleh para pendeta Budha untuk mengindikasi pelafalan yang tepat dari naskah-naskah Budha pada abad 9. Kata katakana, berarti ‘bagian dari kanji naskah’. Hal ini berarti suku kata katakana mewakili sebagian dari kanji, dulunya disebut sebagai ‘tulisan pria’ http:www.coolest.com. Dari empat macam huruf tersebut, huruf katakana sering digunakan oleh orang Jepang pada zaman sekarang ini. Bukan hanya pada iklan-iklan saja tapi juga banyak kata-kata serapan asing yang sebenarnya ada maknanya dalam bahasa Jepang, tapi agar kelihatan menarik, mereka menggunakan huruf katakana. Salah satunya adalah penggunaan katakana dalam komik Jepang. Tapi, 15 ada sedikit yang berbeda jika dibandingkan dengan fungsi katakana pada awalnya, dimana dalam komik bahasa Jepang, banyak terdapat kata-kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kanji atau hiragana, tapi dituliskan dengan huruf katakana. Contohnya kanji 俺 ore yang berarti ‘saya’ dalam komik Hime Chan no Ribon sering dituliskan オレore, lalu pada kata いやiya yang berarti ‘benci’ seharusnya dituliskan dengan kanji at au hiragana tapi dituliskan dengan イ ヤ iya. Hal ini terkadang menimbulkan salah pengertian bagi pembelajar bahasa Jepang. Misalnya saja pada kata い や iya, saat kata ini dituliskan dengan hiragana atau kanji, tentu saja para pembelajar bahasa Jepang akan langsung tahu arti dari kata itu, akan tetapi jika kata tersebut dituliskan dalam katakana, maka bisa saja mereka mengira bahwa ada kosakata lain yang memang dituliskan dengan イヤiya dan mempunyai arti yang lain dari kata い や iya yang ditulis dangan hiragana atau kanji. Karena jika dilihat dalam kamus Jepang-Indonesia Kenji Matsuura kata い や iya terdiri dari dua arti yaitu いやiya yang berarti ‘tidak, bukan’ dan 嫌iya yang berarti ‘kebencian, kejijikan’. Oleh karena hal itu, penulis berminat untuk meneliti lebih jauh tentang fungsi yang ada pada penulisan kosakata asli bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana beserta latar belakang situasi sehingga munculnya penulisan huruf katakana tersebut, khususnya dalam komik Hime Chan no 16 Ribon seri ke 4 Karya Megumi Mizusawa, melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 Karya Megumi Mizusawa”.

1.2 Perumusan Masalah