Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik “Hime Chan no Ribon seri ke 4” karya Megumi Mizusawa

(1)

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK “HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4” KARYA MEGUMI

MIZUSAWA

MIZUSAWA MEGUMI NO SAKUHIN NO “DAI YON SHIRIIZU HIME CHAN NO RIBON” NO MANGA NO KATAKANA WO KAKUKOTO NO

KINOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh:

KHADIJAH SA’ADAH 120722005

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK “HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4” KARYA MEGUMI

MIZUSAWA

MIZUSAWA MEGUMI NO SAKUHIN NO “DAI YON SHIRIIZU HIME CHAN NO RIBON” NO MANGA NO KATAKANA WO KAKUKOTO NO

KINOU NO BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam

bidang ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Nandi S.

NIP : 19600822 1988 03 1002 NIP : 19600919 1988 03 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat, berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik “Hime Chan no Ribon seri ke 4” karya Megumi Mizusawa”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dimana masih terdapat banyak kekurangan baik dari tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga skrisi ini menjadi lebih bermanfaat dan lebih sempurna.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku ketua Departemen Sastra Jepang Ekstensi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk lebih teliti dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Nandi S, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah


(4)

masukan-masukan, bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Seluruh dosen dan staff pegawai Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen dan staff pegawai Departemen Sastra Jepang.

6. Kedua orang tua ku tersayang, Ayahanda Usman Lubis dan Ibunda Raihana Sipayung yang telah memberikan doa, nasihat, dukungan, perhatian, semangat dan bantuan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Untuk kakak dan abang ku dr.Riauati Sinurat dan Denny Simarmata, S.H, terima kasih yang sebesar-besarnya, karena tanpa kalian, aku tidak akan bisa seperti sekarang.

8. Untuk Bu Niar, terima kasih atas pinjaman bukunya yang telah membantu selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Sastra Jepang Ekstensi 2012 (Kak Marwiyah, Ayya, Kak Yanthi, Kak Alfi, Reby, Tiwi, Aidil dan Zyda). 10.Teman-teman di CCMDN Telkomsel yang telah bersedia membantu dan

mendukung ku, semua anggota Cluster Oong (Kak Ayu, Kak Yuni, Kak Ida, Kak Eka, Kak Faridah, Kak Novie, Kak Prisma, Bertha, Bayu ) dan teman-teman yang lain, Kak Sihol, Kak Lova, Kak Dila, Kak Meilosa,


(5)

Kak Jelita, Bunga, Henny dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aku sayang kalian semua.

11.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi peneliti yang memiliki bahan terkait dengan isi skripsi ini.

Medan, April 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ··· i

DAFTAR ISI ··· iv

BAB I PENDAHULUAN ··· ··· 1

1.1Latar Belakang Masalah ··· 1

1.2Perumusan Masalah ··· 8

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ··· 9

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ··· 11

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ··· 15

1.6Metode Penelitian ··· 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEJARAH HURUF JEPANG, JENIS-JENIS HURUF JEPANG DAN FUNGSI PENULISANNYA, SERTA KOMIK ··· 17

2.1 Sejarah Huruf ··· 17

2.1.1 Sejarah Munculnya Huruf di Dunia ··· 17

2.2.2 Sejarah Munculnya Huruf Jepang ··· 18


(7)

2.2.1 Huruf Kanji dan Fungsi Penulisannya ··· 20

2.2.2 Huruf Hiragana dan Fungsi Penulisannya ··· 23

2.2.3 Huruf Katakana dan Fungsi Penulisannya ··· 29

2.2.4 Huruf Romaji dan Fungsi Penulisannya ··· 38

2.3 Komik ··· 41

2.3.1 Pengertian Komik ··· 41

2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang ··· 42

2.3.3 Komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 ··· 44

BAB III ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4 KARYA MEGUMI MIZUSAWA ··· 46

3.1 Menunjukkan Kata Hewan dan Tumbuhan ··· 46

3.2 Menujukkan Nama Diri ··· 52

3.3 Menunjukkan Kata-Kata Seruan ··· 56

3.4 Menunjukkan Penekanan, Menarik Perhatian Pembaca ··· 59

3.5 Menujukkan Istilah-istilah Khusus (ingo) ··· 63


(8)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ··· 71 4.2 Saran ··· 73

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4 KARYA MEGUMI MIZUSAWA

Huruf dalam bahasa Jepang disebut 文 字/ moji, termasuk di dalamnya huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, roomaji. Setiap huruf hiragana, katakana, kanji dan roomaji memiliki fungsi yang berbeda-beda. Huruf hiragana biasa digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, baik secara utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. Huruf katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing. Sementara itu, huruf kanji dapat dipakai untuk mengutarakan arti dari kata kerja, kata sifat dan kata benda. Terakhir, yaitu huruf roomaji digunakan untuk menuliskan angka dan singkatan. Huruf roomaji juga digunakan dalam kamus, buku teks dan buku frase untuk pelajar asing bahasa Jepang. Di antara huruf-huruf tersebut, huruf katakana yang biasa sering digunakan untuk penulisan bahasa asing tapi pada kenyataannya saat sekarang ini banyak juga digunakan dalam menuliskan kosa kata asli bahasa Jepang dan hal ini menyebabkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengartikan maknanya. Salah satunya adalah penggunaan katakana dalam komik Jepang. Misalnya, kosa kata asli bahasa Jepang yaitu 俺 / ore yang berarti ‘saya’ dalam salah satu dialog percakaan komik Hime Chan no Ribon dituliskan dengan huruf katakana オレ/ore.


(10)

Komik Hime Chan No Ribon ini merupakan kisah seorang gadis kelas 2 SMP yang tomboi. Pada suatu malam, seorang putri dari negeri sihir bernama Erika menjumpai Hime. Erika memiliki wajah yang serupa dengan wajah Hime. Erika datang untuk meninjau bumi selama setahun dan untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi seorang putri, dia harus memberikan benda ciptaannya sendiri untuk digunakan orang lain. Karena itu Erika memberikan Hime sebuah pita merah yang bisa merubahnya menjadi orang lain. Rahasia ini hanya diketahui oleh Hime, Erika, Daichi dan Arisaka yang juga merupakan penduduk dunia sihir. Komik ini menceritakan tentang pengalaman dan masalah-masalah yang mereka hadapi selama Hime memakai pita ajaib tersebut .

Penulis mengklasifikasikan dialog-dialog percakapan dalam komik tersebut berdasarkan fungsi penulisan huruf katakananya. Katakana selain dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti nama tempat dan nama orang asing, kata pungut dan kata-kata bahasa asing, dapat juga dipakai untuk kata-kata yang tergolong onomatope, (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, istilah-istilah khusus (ingo), istilah bidang keahlian (senmon yoogo), nomina nama diri (koyuu meishi), menggantikan huruf kanji, menuliskan telegram, menunjukkan kata-kata seruan, dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengartian khusus.

Dari 10 fungsi penulisan huruf katakana yang penulis kumpulkan dari beberapa buku dan pendapat pakar, penulis hanya membahas 6 dari fungsi huruf katakana yang ditemukan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang di


(11)

masing-masing fungsi tersebut diberikan 2 contoh cuplikan percakapan. Fungsi-fungsi huruf katakana yang dibahas, antara lain:

7. Menunjukkan nama hewan dan tumbuhan 8. Menunjukkan nama diri

9. Menunjukkan kata-kata seruan

10.Menunjukkan penekanan, menarik perhatian pembaca 11.Menunjukkan istilah-istilah khusus (ingo)

12.Menunjukkan onomatope

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

3. Untuk mengetahui latar belakang situasi dan kondisi yang memunculkan penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

4. Untuk mengetahui sejauh mana fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

Dari 10 contoh cuplikan percakapan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4, beberapa fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang antara lain:

h. menunjukkan nama hewan dan tumbuhan terdapat 3 kata. i. menujukkan nama diri terdapat 2 kata.

j. menunjukkan kata-kata seruan terdapat 3 kata.

k. menunjukkan penekanan, menarik perhatian pembaca terdapat 7 kata. l. menujukkan istilah-istilah khusus (ingo) terdapat 2 kata.


(12)

m. menunjukkan onomatope terdapat 4 kata.

n. menggantikan huruf kanji terdapat terdapat 3 kata.

Dari beberapa contoh cuplikan percakapan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang penulis analisis, dapat disimpulkan bahwa fungsi penulisan huruf katakana sudah sesuai dengan konsep katakana yang telah diuraikan sebelumnya dan fungsi penulisan huruf katakana yang terbanyak dalam komik tersebut adalah berfungsi sebagai penekanan dan menarik perhatian pembaca terhadap kata yang diucapkan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Penguasaan terhadap bahasa, melebihi dari atribut manapun, memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya. Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa yang menjadikan kita sebagai makhluk manusia. Menurut ahli filsafat pengungkapan dalam kepercayaan atau agama oleh kebanyakan orang, bahasa adalah sumber kekuatan dan kehidupan (Ahmad, 1996: 2).

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi (Chaer, 2004: 11).

Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yag kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut (Sutedi, 2003: 5).


(14)

Sementara itu, Keraf (1980: 16) menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.

Bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka (arbitrer), artinya bahwa hubungan antara bahasa dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu (Chaer, 2004: 12).

Bahasa dapat dinyatakan dengan dua cara, yang pertama melalui medium lisan dan yang kedua melalui medium tulisan. Kedua cara itu mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyampaikan ide, pikiran, pendapat, perasaan, berita atau hal-hal lain kepada orang lain sebagai bahan informasi. Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Sebelum bisa mempelajari bahasa asing, sebagai pembelajar bahasa asing juga harus mengetahui mengenai huruf yang mereka gunakan dalam menyampaikan bahasa tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Huruf adalah: tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa; aksara.


(15)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahasa dinyatakan dengan lisan dan tulisan. Perbedaannya ialah penyampaian informasi secara lisan menggunakan alat ucap manusia dengan bantuan udara pernafasan. Sedangkan penyampaian informasi secara tulisan menggunakan huruf-huruf yang dapat diterima, dibaca, dimengerti oleh penerima informasi tersebut (Sudjianto, 2007: 54). Tapi, dari kedua cara tersebut, ada satu kelemahan bahasa yang disampaikan secara lisan yaitu hanya sekejap bentuk bahasa itu akan hilang. Hal ini terjadi terutama pada zaman dulu sebelum ada alat perekam suara seperti sekarang ini. Dengan alasan itulah diperlukan huruf yang dapat merekam bahasa secara tertulis.

Diantara banyaknya bahasa di dunia, bahasa Jepang adalah salah satunya. Dalam bahasa Jepang juga dikenal dua cara penyampaian bahasa yaitu 話し言 葉/ hanashikotoba (ragam lisan, yaitu bentuk bahasa yang dipakai pada waktu tukar menukar informasi secara lisan dalam berbagai kehidupan sehari-hari) dan 書き言葉/ kakikotoba (ragam tulisan, yaitu bentuk bahasa yang dipergunakan pada waktu tukar menukar informasi secara tertulis menggunakan huruf dalam berbagai kehidupan sehari-hari).

Sebelum mempelajari suatu bahasa terutama bahasa Jepang, sebagai pengajar maupun pembelajar harus mengenali huruf-huruf dalam bahasa Jepang, karena penggunaan huruf Jepang sangat berbeda dengan penggunaan huruf di negara lainnya. Hal ini dikarenakan huruf Jepang sangatlah bervariasi. Dengan adanya huruf, penerima informasi dapat melihat secara berulang-ulang


(16)

informasi yang disampaikan orang lain pada saat ia membutuhkannya. Dapat dibayangkan kalau huruf tidak ada di dalam bahasa Jepang. Mungkin orang Jepang tidak akan dapat melihat jauh ke belakang bagaimana sejarah negaranya atau bagaimana sastra budayanya yang berlangsung terus sejak zaman dulu sampai sekarang.

Huruf dalam bahasa Jepang disebut 文 字/ moji, termasuk di dalamnya huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, roomaji dan sebagainya. Ada yang menyebut huruf ini dengan istilah monji dan ada pula yang menyebutnya hanya dengan istilah ji. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dapat dinyatakan dengan tulisan yang menggunakan huruf-huruf (kanji, hiragana, katakana, roomaji) ini (Iwabuchi, 1989: 180).

Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf tetapi miskin dengan bunyi. Hal ini dikarenakan bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari lima vokal, dan beberapa buah konsonan yang diikuti vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka. Jumlah suku kata (termasuk bunyi vokal) dalam bahasa Jepang hanya 102 buah dan tidak ada suku kata tertutup atau kata yang diakhiri dengan konsonan kecuali bunyi [ん] saja (Sutedi, 2003: 6).

Tentunya dengan keterbatasan bunyi seperti ini, bagi penutur bahasa Jepang akan sulit untuk mempelajari bahasa lain. Di samping itu dalam bahasa Jepang ada konsonan rangkap dan bunyi vokal yang dipanjangkan (dua ketukan) yang berfungsi sebagai pembeda arti, serta memiliki aksen yang berfungsi sebagai pembeda arti (Sutedi, 2003: 6).


(17)

Untuk menyampaikan bunyi yang jumlahnya terbatas tadi (102 bunyi), digunakan empat macam huruf yaitu:

1) Huruf hiragana 2) Huruf katakana 3) Huruf kanji 4) Huruf romaji

Huruf hiragana dan katakana sering disebut dengan huruf Kana. Jumlah huruf hiragana dan katakana yang sekarang digunakan masing-masing 46 huruf, kedua jenis huruf ini digunakan untuk melambangkan bunyi yang sama. Dari huruf tersebut, ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu untuk membentuk bunyi lainnya yang jumlahnya masing-masing 56 bunyi. Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam bahasa Jepang secara total terdiri dari sekitar 102 suku kata (Sutedi, 2003: 7).

Setiap huruf hiragana, katakana, kanji dan roomaji memiliki fungsi yang berbeda-beda. Huruf hiragana biasa digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. Huruf katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing (selain bahasa Cina), dalam telegram, atau ketika ingin menegaskan suatu kata dalam kalimat (Sutedi, 2003: 7). Sementara itu, huruf kanji dapat dipakai untuk nomina dan akar-akar verba dan adjektiva (Matsumoto, 2002: 10). Terakhir, yaitu huruf roomaji atau huruf alphabet (latin). Huruf ini pun (termasuk angka) digunakan dalam bahasa Jepang, terutama dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar yang diperuntukkan bagi pembelajar yang ingin mempelajari


(18)

percakapan tanpa baca tulis. Untuk mentransfer bunyi bahasa Jepang ke dalam huruf alphabet digunakan tiga sistem, yaitu: (1) sistem Jepang (日本式/nihon-shiki), (2) ) sistem Kunrei (訓令式/kunrei-(日本式/nihon-shiki), dan sistem Heppburn (ヘボン 式/Hebon-shiki) .

Secara umum, di kebanyakan tempat kursus bahasa Jepang, katakana agak lebih terburu-buru dipelajari, setelah pelajaran yang jauh lebih mendalam mengenai hiragana. Alasannya adalah bahwa buku-buku sekolah dasar maupun buku anak-anak di Jepang ditulis dalam hiragana. Para pelajar yang mempelajari bahasa Jepang dengan cara seperti ini mungkin saja lantas menyadari bahwa pengetahuan katakana mereka agak lemah dan oleh karena itu ingin memperkuatnya, sebagai bagian pelajaran umum mengenai bahasa Jepang tulisan (Matsumoto, 2002: 11).

Katakana dulunya adalah suku kata yang digunakan untuk menyederhanakan kanji, digunakan oleh para pendeta Budha untuk mengindikasi pelafalan yang tepat dari naskah-naskah Budha pada abad 9. Kata katakana, berarti ‘bagian (dari kanji) naskah’. Hal ini berarti suku kata katakana mewakili sebagian dari kanji, dulunya disebut sebagai ‘tulisan pria’ (http://www.coolest.com).

Dari empat macam huruf tersebut, huruf katakana sering digunakan oleh orang Jepang pada zaman sekarang ini. Bukan hanya pada iklan-iklan saja tapi juga banyak kata-kata serapan asing yang sebenarnya ada maknanya dalam bahasa Jepang, tapi agar kelihatan menarik, mereka menggunakan huruf katakana. Salah satunya adalah penggunaan katakana dalam komik Jepang. Tapi,


(19)

ada sedikit yang berbeda jika dibandingkan dengan fungsi katakana pada awalnya, dimana dalam komik bahasa Jepang, banyak terdapat kata-kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kanji atau hiragana, tapi dituliskan dengan huruf katakana.

Contohnya kanji 俺 / ore yang berarti ‘saya’ dalam komik Hime Chan no Ribon sering dituliskan オレ/ore, lalu pada kata いや/iya yang berarti ‘benci’ seharusnya dituliskan dengan kanji at au hiragana tapi dituliskan dengan イ ヤ/iya. Hal ini terkadang menimbulkan salah pengertian bagi pembelajar bahasa Jepang. Misalnya saja pada kata い や/iya, saat kata ini dituliskan dengan hiragana atau kanji, tentu saja para pembelajar bahasa Jepang akan langsung tahu arti dari kata itu, akan tetapi jika kata tersebut dituliskan dalam katakana, maka bisa saja mereka mengira bahwa ada kosakata lain yang memang dituliskan dengan イヤ/iya dan mempunyai arti yang lain dari kata い や/iya yang ditulis dangan hiragana atau kanji. Karena jika dilihat dalam kamus Jepang-Indonesia Kenji Matsuura kata い や/iya terdiri dari dua arti yaitu いや/iya yang berarti ‘tidak, bukan’ dan 嫌/iya yang berarti ‘kebencian, kejijikan’.

Oleh karena hal itu, penulis berminat untuk meneliti lebih jauh tentang fungsi yang ada pada penulisan kosakata asli bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana beserta latar belakang situasi sehingga munculnya penulisan huruf katakana tersebut, khususnya dalam komik Hime Chan no


(20)

Ribon seri ke 4 Karya Megumi Mizusawa, melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi Penulisan Huruf Katakana dalam Komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 Karya Megumi Mizusawa”.

1.2Perumusan Masalah

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa huruf Jepang terdiri dari huruf hiragana, katakana, kanji dan romaji. Di antara huruf-huruf tersebut, huruf katakana yang biasa sering digunakan sebagai penulisan bahasa asing tapi pada kenyataannya saat sekarang ini banyak juga digunakan dalam menuliskan kosa kata asli bahasa Jepang dan hal ini menyebabkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengartikan maknanya. Misalnya, munculnya penulisan huruf katakana dalam contoh cuplikan dialog berikut:

姫子 :きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ 、きゃ―っ、

でた ―っ...

Himeko : Kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, detaa… ( Himeko : Aaa…aaa…aaa…aaa…!!!Pergiiii…..)

大地 :野々原!!オレだよ。おちつけ!!オレ

Daichi : Nonohara!! Ore da yo.Ochitsuke!! Ore!!

!!

(Daichi : Nonohara!! Ini aku. Tenanglah!! Ini aku!!)

姫子 :えっ!

Himeko : E…! (Himeko : Hah!)


(21)

大地 :オレ

Daichi : Ore da yo. Daichi kun!! Hora kao mite miro yo. だよ。大地くん!!ほら顔みてみろよ。

(Daichi : Aku loh. Daichi!! Ayo coba lihat wajahku.) (Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman17)

Dalam dialog tersebut terdapat kosa kata asli bahasa Jepang yaitu オレ/ore yang dituliskan dalam huruf katakana. Konteks dialog-dialog seperti inilah yang akan penulis analisis pada penulisan ini. Untuk itu, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah latar belakang situasi dan kondisi yang memunculkan penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4?

2. Bagaimanakah fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Pada penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasannya mengenai latar belakang situasi munculnya penggunaan huruf katakana dan fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

Karena dalam menganalisa tentang fungsi penulisan huruf katakana, harus mengacu pada situasi percakapan yang sedang terjadi dan kata-kata yang


(22)

digunakan dalam percakapan itu sendiri, maka untuk menganalisis fungsi penulisan kosakata asli bahasa Jepang dengan huruf katakana ini, penulis akan mencoba menghubungkannya dengan situasi percakapan yang sedang berlangsung dalam alur cerita pada komik tersebut.

Dari 10 fungsi penulisan huruf katakana yang penulis kumpulkan dari beberapa buku dan pendapat pakar, penulis hanya membahas 6 dari fungsi huruf katakana yang ditemukan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang di masing-masing fungsi tersebut akan diberikan 2 contoh cuplikan percakapan. Fungsi-fungsi huruf katakana yang akan dibahas, antara lain:

1. Menunjukkan kata hewan dan tumbuhan 2. Menunjukkan nama diri

3. Menunjukkan kata-kata seruan

4. Menunjukkan penekanan, menarik perhatian pembaca 5. Menunjukkan istilah-istilah khusus (ingo)

6. Menunjukkan onomatope

Penulis akan mengklasifikasikan dialog-dialog percakapan dalam komik tersebut berdasarkan fungsi penulisan huruf katakananya. Untuk mendukung pembahasan, penulis juga akan menyertakan beberapa penulisan huruf kanji dari kosakata yang dituliskan dengan huruf katakana tersebut dan beberapa pendapat pakar mengenai fungsi penulisan huruf katakana tersebut.


(23)

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa bahasa itu merupakan sebuah sistem. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, 2004: 11). Sistem bahasa yang dibicarakan adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang itu berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.

Keraf (1980: 16) menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer. Artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvensional. Artinya, setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya (Chaer, 2004: 12-13).

Huruf Jepang adalah huruf hiragana dan huruf katakana, huruf ini disebut 五 十音/gojuon (50 buah bunyi). Huruf hiragana dan katakana diperkirakan dibuat oleh Kibino Makibi pada abad ke-6, huruf tersebut dibuat dari bagian-bagian


(24)

huruf kanji. Pada awalnya huruf hiragana dipergunakan oleh wanita dan huruf katakana dipergunakan oleh kaum pria (Hamzon, 2007:81).

Katakana dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti nama tempat asing, kata pungut dan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang tergolong onomatope (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau benda mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan,istilah-istilah khusus bidang keahlian (senmongo), dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengertian yang khusus (Ishida, 1991: 75).

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan kerangka teori berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis. Di antaranya, menurut pakar Yasuko Mitamura (1988) yang mengutarakan fungsi katakana sebagai kata hewan, tumbuhan, kata-kata seruan, nama diri, onomatope serta ditambahkan menurut pakar Toshiko Ishida (1991) dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang karya Sudjianto & Ahmad Dahidi (2007) yang mengutarakan fungsi katakana sebagai penekanan, menarik perhatian pembaca, dan juga istilah-istilah khusus. Sebelum menganalisis latar belakang dan fungsi penulisan kosakata asli bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana dalam dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4, maka penulis akan memaparkan pengertian latar belakang dan fungsi terlebih dahulu.


(25)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Latar belakang adalah: 1 hiasan (berupa pemandangan atau musik) 2 efek musik dan suara yang melatari acara televisi maupun radio; 3 adegan di dalam film layar lebar, televisi, atau pada foto (dalam dunia produksi, fotografi, atau percetakan); 4 dasar (alasan) suatu tindakan (perbuatan); motif ; 5 keterangan mengenai suatu peristiwa guna melengkapi informasi yang tersiar sebelumnya. Sementara Fungsi adalah: 1 jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; 2 faal (kerja suatu bagian tubuh); 3 besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5 peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek).

Penulisan ini menggunakan pendekatan semiotik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semiotik adalah: segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa (Chaer, 2007: 37).

Tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan tindakan langsung dan alamiah (Chaer, 2007: 37). Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran dalam wujud bunyi itu. Karena lambang-lambang mengacu pada konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.


(26)

Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik (semiotic pragmatic) yaitu menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek, semiotik sintaktik (semiotic syntactic) yaitu menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek, dan semiotik semantik (semiotic semantic) yaitu menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.

Untuk latar belakang dan fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang akan dianalisis, penulis akan melihat fungsi penulisan huruf katakana dari teori-teori semiotik di atas.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mengelompokkan contoh-contoh dialog percakapan dalam komik Hime Chan bo Ribon seri ke 4 sesuai dengan fungsi-fungsi huruf katakana tersebut yang dilihat dari situasi dan kondisi percakapan.

Dalam hal ini, untuk mempermudah melakukan analisis, akan dilakukan penerjemahan untuk konteks-konteks kalimat tertentu yang terdapat penulisan kosakata asli bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana sehingga dapat lebih mempermudah dalam proses menganalisis dan dapat lebih memperjelas latar belakang dan fungsinya.


(27)

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang situasi dan kondisi yang memunculkan penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

2. Untuk mengetahui sejauh mana fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang pada dialog percakapan komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai fungsi penulisan huruf katakana dalam bahasa Jepang khususnya dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasaan bagi instusi yang membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.

1.6Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian deskriptif yang berupa penjelasan atau pemaparan. Dalam buku pengantar Metodologi ilmiah (Surachmad, 1988: 5) menerangkan metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik


(28)

deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan. Dalam pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interprestasi tentang arti data ini.

Teknik pengumpulan data penulisan ini melalui studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penulisan ini adalah:

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan.

2. Membaca komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklasifikasikan kosakata asli bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana berdasarkan fungsinya dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4.

4. Menterjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu yang dituliskan dengan huruf katakana.

5. Melakukan analisis latar belakang situasi dan fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang dari cuplikan kalimat dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang akan di terjemahkan.


(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SEJARAH HURUF JEPANG, JENIS-JENIS HURUF JEPANG DAN FUNGSI PENULISANNYA, SERTA

KOMIK

2.1Sejarah Huruf

2.1.1 Sejarah Munculnya Huruf di Dunia

Sejarah huruf bermula di Mesir purba. Perkembangan bahasa tulis bermula sejak sebelum Masehi, di mana awalnya manusia menggunakan bahasa gambar untuk berkomunikasi. Bangsa Afrika dan Eropa mengawali pada tahun 3500-4000 sebelum Masehi dengan membuat lukisan di dinding gua. (http://hobyt.wordpress.com)

Sejarah tulisan mencatat perkembangan bahasa ekspresi dengan huruf atau tanda-tanda lainnya. Bahasa telah berkembang secara berbeda pada tiap peradaban manusia. Awal mula tulisan diketahui pada masa proto dengan sistem ideografik dan simbol mnemonik. Penemuan tulisan ditemukan pada dua tempat yang berbeda: Mesopotamia sekitar 3200 SM dan Mesoamerika sekitar 600 SM. Dua belas naskah kuno Mesoamerika diketahui berasal dari Zapote dan Meksiko. Sementara itu, tempat berkembangnya tulisan masih menjadi perdebatan antara di Mesir yaitu sekitar 3200 SM atau di China pada 1300 SM. (http://id.wikipedia.org.wiki/Sejarah_huruf).


(30)

2.1.2 Sejarah Munculnya Huruf di Jepang

Menurut Iwabuchi Tadasu (1989: 280-281), huruf dimulai dari gambar untuk menunjukkan isi atau arti suatu hal atau perkara. Gambar-gambar itu disederhanakan, lalu pada akhirnya bersamaan dengan bentuk (gambar) tersebut ditentukanlah cara-cara pengucapannya berdasarkan kebiasaan atau adat istiadat masyarakat pemakainya. Huruf yang menyatakan isi atau arti dan sekaligus menyatakan pengucapan seperti ini disebut hyoo’i moji. Salah satu contoh hyoo’i moji adalah huruf kanji. Selain hyoo’i moji, ada juga hyoo’on moji yaitu huruf yang hanya menyatakan bentuk-bentuk pengucapan yang tidak memiliki arti tertentu. Di dalam hyoo’on moji terdapat onsetsu moji dan tan’on moji. Onsestsu moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah silabel seperti huruf hiragana dan katakana, sedangkan tan’on moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah fonem seperti huruf latin.

Sebelum adanya huruf Jepang yang digunakan sekarang ini, bangsa Jepang menggunakan aksara kanji China/Tionghoa. Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tionghoa melalui aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kanji)

Sebelumnya, di awal Wani datang dari menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar. Wani membawa buku


(31)

anak-anak dengan judul Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa seja hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa (Jepang). (http://id.wikipedia.org/wiki/Kanji)

Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis keturunan dari Tiongkok bekerja di istana sebagai Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai peristiwa dan kejadian penting.

Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis dalam bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa Tionghoa. Siste漢文) merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa Tionghoa yang dilengkapi membantu penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan infleksi sesuai atura

Selanjutnya berkembang sistem penulis aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Sistem ini dipakai dalam antologi puisi klasman'yoogana, aksara Tionghoa ditulis dalam bentuk kursif agar menghemat waktu. Hasilnya adalah yang merupakan bentuk sederhana dari man'yoogana. Hiragana menjadi sistem penulisan yang mudah dikuasai wanita. Kesusastraan


(32)

hiragana. Sementara it sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam man'yoogana.

2.2Jenis-jenis Huruf Jepang 2.2.1 Huruf Kanji dan Fungsinya

Huruf kanji lahir pada kira-kira 1500 tahun sebelum Masehi di kalangan suku Kan di China. Huruf kanji adalah huruf yang mengutarakan arti yang dibentuk meniru bentuk bendanya, atau tanda-tanda yang diberikan dalam menunjukkan arti sesuatu benda atau sifat atau pekerjaan atau tanda-tanda lainnya.

Huruf kanji tersebut didatangkan ke Jepang pada abad ke-4 atau awal abad ke-5. Didatangkan ke Jepang juga disertai pengucapannya dalam bahasa Kan, yang kemudian di Jepang disebut dengan 音読み/on’yomi (cara baca on). Tetapi arti huruf tersebut bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang asli, sehingga huruf kanji tersebut juga dibaca dengan bahasa Jepang asli yang disebut dengan 訓読み/kun’yomi. (Situmorang, 2007: 82)

Di dalam Daikanwa Jiten yang merupakan kamus (Kanwa Jiten) terbesar yang disusun di Jepang terdapat kira-kira 50.000 huruf kanji (Ishida, 1991: 76). Namun pada zaman Meiji muncullah pendapat-pendapat perlunya batasan jumlah kanji yang begitu banyak. Maka pada tahun 1900 Monbusho (Departemen Kependidikan Jepang) menetapkan 1200 huruf kanji yang harus


(33)

dipelajari di Sekolah Dasar. Lalu setelah itu sudah beberapa kali diterbitkan daftar kanji yang standar. Pada tanggal 16 Nopember 1946 (dengan maklumat kabinet) ditetapkanlah Daftar Tooyo Kanji (Tooyo Kanjihyoo) yang memuat 1850 huruf kanji. Kanji-kanji yang termasuk pada Daftar Tooyo Kanji ini terbatas pada kanji-kanji yang dipergunakan dalam bidang perundang-undangan, dokumen-dokumen atau surat-surat dinas, surat kabar, majalah atau kanji-kanji yang dipakai secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu sebagai lampirannya ditetapkan pula Kyoiku Kanji (Kanji yang harus dikuasai oleh siswa SD dan SLTP di Jepang) yang memuat 881 kanji, Daftar Bentuk Kanji (Jitaihyoo), 92 huruf kanji yang biasa dipergunakan untuk nama orang (Jinmeihyoo Kanji), Daftar On-Kun (Onkunhyoo), dan sebagainya. Lalu pada tanggal 1 Oktober 1981 ditetapkan lagi daftar Jooyoo Kanji (Jooyoo Kanjihyoo) yang memuat 1945 kanji lengkap dengan cara membaca on’yomi dan kun’yomi beserta ontoh-contoh katanya. Jumlah jooyoo kanji ini berasal dari 1850 tooyoo kanji ditambah 95 huruf kanji sehingga seluruhnya berjumlah 1945 huruf kanji (Nihongo Kyooshi Tokuhon Henshuubu,1989: 130).

Dalam bahasa Jepang terdapat kata yang memiliki cara baca yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda atau yang lebih dikenal dengan homofon. Untuk karena itu dibuatlah huruf kanji untuk membedakan arti dari kata tersebut, misalnya:


(34)

a) はし/hashi

Kata hashi dalam bahasa Jepang dapat menunjukkan arti yang berbeda-beda, diantaranya :

1) 箸 / hashi yang menunjukkan arti ‘sumpit’ 2) 橋 / hashi yang menunjukkan arti ‘jembatan’

3) 端 / hashi yang menunjukkan arti ‘tepi’, ‘pinggir’, ‘ujung’ b) かえる / kaeru

Kata kaeru dalam bahasa Jepang dapat menunjukkan arti yang berbeda-beda, diantaranya :

1) 帰る / kaeru yang menunjukkan arti ‘pulang’ 2) 蛙 / kaeru yang menunjukkan arti ‘katak’

3) 変える / kaeru yang menunjukkan arti ‘mengubah’ 4) 孵る/ kaeru yang menunjukka arti ‘menetas’ c) あつい / atsui

Kata atsui dalam bahasa Jepang dapat menunjukkan arti yang berbeda-beda, diantaranya :

1) 熱い/ atsui yang menunjukkan arti ‘panas’ (menyatakan cuaca) 2) 暑い/ atsui yang menunjukkan arti ‘panas’(menyatakan sifat benda) 3) 厚い/ atsui yang menunjukkan arti ‘tebal’

Dari beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa huruf kanji sering digunakan untuk mengutarakan arti dari kata kerja, kata sifat, dan kata


(35)

benda. Dengan adanya huruf kanji dapat memudahkan memahami arti tanpa harus memperhatikan cara baca dari huruf tersebut.

2.2.2 Huruf Hiragana dan Fungsinya

Untuk penulisan bahasa Jepang pada zaman Nara (710M – 794M) dipakai on-kun (cara baca on’yomi dan kun’yomi) huruf kanji secara hyoo’on moji. Oleh karena hal ini pada umumnya dipakai pada man’yooshuu, maka bentuk tulisan tersebut dinamai man’yoogana. Lalu pada akhir zaman Nara bentuk huruf man’yoogana berubah, dan akhirnya menjadi soogana. Setelah itu pada pertengahan zaman Heian (794M – 1192M), setelah dibentuk soogana ini diperbaiki, disederhanakan dan diperindah, maka jadilah huruf hiragana.

Oleh karena huruf hiragana pada mulanya dipergunakan oleh kaum wanita, maka huruf ini disebut onnade (Ishida, 1991: 75). Huruf hiragana yang sekarang adalah bentuk huruf hiragana yang dipilih dari soogana yang ditetapkan berdasarkan Petunjuk Departemen Pendidikan Jepang yang dimuat pada Daftar 1 Shoogakkorei Shiko Kisoku pada tahun 1900 (tahun 33 Meiji). Bentuk huruf-huruf soogana lainnya disebut hentaigana yang dipakai pada catatan-catatan atau tulisan-tulisan lama, pada waka, haiku, dan sebagainya (Iwabuchi, 1989: 230).

Huruf Hiragana diambil dari bahagian huruf kanji. Berikut ini merupakan asal usul huruf hiragana (Katoo, 1991:227)


(36)

か 幾 き 久 く 計 け 己

左 → さ 之 → し 寸 → す 世 → せ 曽 → そ

太 → た 知 → ち 川 → つ 天 → て 止 → と

奈 → な 仁 → に 奴 → ぬ 祢 → ね 乃 → の

波 → は 比 → ひ 不 → ふ 部 → へ 保 → ほ

ま 実 み 武 む 女 め 毛

也 → や 由 → ゆ 与 → よ

ら 利 り 留 る 礼 れ 呂

和 → わ

Sampai sekarang belum ada pendapat yang pasti mengenai pencipta huruf hiragana. Sebab, seperti dijelaskan oleh Sada Chiaki dalam bukunya Atarashii Kokugogaku bahwa ada pendapat yang menjelaskan bahwa pembuat huruf hiragana adalah Kooboo Daishi, namun pendapat ini tidak beralasan. Sebab hiragana tidak dibuat oleh perseorangan dan tidak dibuat dalam satu kurun waktu tertentu (Sada, 1991: 59).

Hiragana adalah huruf-huruf yang berbentuk あ(a)、い(i)、う(u)、え (e)、 お(o) dan sebagainya. Huruf hiragana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang melengkung (kyokusenteki), sedangkan katakana terbentuk dari garis-garis atau coretan yang lurus (chokusenteki) (Iwabuchi, 1989: 229).


(37)

Pendapat ini dapat dijadikan salah satu karakteristik hiragana yang membedakannya dengan huruf katakana. Walaupun ada huruf hiragana seperti か(ka)、き(ki)、せ(se)、へ(he)、や(ya)、り(ri) yang secara sepintas terlihat sama dengan bentuk katakana カ(ka)、キ(ki)、セ(se)、ヘ(he)、ヤ(ya)、リ (ri) namun ada perbedaan yang mendasar. Perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada bentuk coretan-coretan atau garis-garisnya. Coretan-coretan yang membentuk hiragana tampak melengkung, sedangkan coretan-coretan yang membentuk katakana tidak melengkung. Katakana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang lurus yang terkesan kaku.

Semua huruf dalam sistem penulisan bahasa Jepang dapat dipakai secara bersamaan. Huruf-huruf tersebut dipakai secara bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, untuk menguasai ragam tulisan, diperlukan penguasaan semua jenis huruf beserta fungsinya masing-masing. Beberapa fungsi huruf hiragana, antara lain

1) Huruf Hiragana digunakan untuk menulis bahasa jepang yang tidak menggunakan kanji, misalnya:

a) この/ kono (Ini)

b) こちら / kochira (Di sini)

c) ありがとう / arigatou (Terima kasih) d) はい / hai (Iya)


(38)

2) Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang dibagi menjadi 4 kelompok besar yakni wago (bahasa Jepang asli), kango (bahasa Kan / Cina), gairaigo (bahasa serapan asing) dan konshugo (campuran dari berbagai bahasa). Hiragana dapat dipakai untuk menulis wago, kango dan bagian-bagian kata yang dipakai pada konshugo yang berasal dari wago atau kango, misalnya:

WAGO

たのしい tanoshii

楽しい tanoshii しずかだ

shizukada

静かだ shizukada たべる

taberu

食べる taberu はこ

hako

hako

KANGO

にゅうがく nyuugaku

入学 nyuugaku だんじょ

danjo

男女 danjo べんきょう

benkyou

勉強 benkyou けんきゅう

kenkyuu

研究 kenkyuu

KONSHUGO

ほんばこ honbako

kango 本+ wagokango (hon) + wago (hako) てちょう

techou

wago 手+ kangowago (te) + kango (chou)


(39)

でんきスタンド denki sutando

kango 電気+ gairaigoスタンド kango (denki) + gairaigo(sutando) なまビール

nama biiru

wago生 + gairaigoビール wago (nama)+ gairaigo (biiru)

3) Hiragana dapat dipakai untuk menulis bagian kata yang termasuk yoogen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na) yang dapat mengalami perubahan seperti berikut:

VERBA

行く (i ku) 飲む (no mu) 泳ぐ (oyo gu)

ADJEKTIVA-I

高い (taka i) 広い (hiro i) 明るい (akaru i)

ADJEKTIVA-NA

上手な (joushu na) 急な (kyuu na) ハンサムな (hansamu na)

4) Hiragana dipakai untuk menulis partikel (助詞/ joshi), misalnya:

a) 私の 国から 日本まで

Watashi

飛行機で 4時間かかります。

no kuni kara nihon made hikouki de yo jikan kakarimasu. (Dari negara saya sampai ke Jepang memakan waktu 4 jam dengan pesawat)


(40)

b) 首相は 来月 アメリカへ 行くと 言いました。 Shushuo wa raigetsu amerika e iku to

c) あそこに 男の 人が いますね。あの人は だれですか。

Asoko

iimashita. (Perdana menteri mengatakan bulan depan akan pergi ke Amerika)

ni otoko no hito ga arimasu ne. Ano hito wa

5) Huruf hiragana dapat dipakai untuk menulis verba bantu (助 動 詞/ jodoushi) misalnya:

dare desu ka (Di sana ada laki-laki kan. Siapa orang itu?)

a) 桜がきれいです

Sakura ga kirei

desu

b) 私はカメラを買い

(Bunga sakura indah) ( 判 断/ handan ‘pernyataan’)

たい Watashi wa kamera wo

kaitai

c) 電気予報に よると、明日は 寒くなる

(Saya ingin membeli kamera)(希望 / kibou ‘keinginan’)

そう Denkiyouhou ni yoru to, ashita wa samuku naru

sou

6) Huruf hiragana dapat dipakai untuk menulis prefiks atau sufik yang ditulis dengan kanji, misalnya

(Menurut ramalan cuaca, katanya besok cuaca akan menjadi dingin)(伝聞 / denbun ‘katanya’, ‘kedengarannya’


(41)

b) 田中さん / tanaka san c) 長さ / taka

(tuan Tanaka) sa

7) Huruf Hiragana berfungsi sebagai Furigana. Furigana, yaitu cara membaca huruf kanji. Biasanya, terdapat di atas atau di bawah huruf kanji. Fungsinya, untuk mempermudah orang asing dan anak-anak dalam membaca kanji, misalnya:

(tingginya)

a) 国 際 空 港

こくさいくうこう

b)

/ kokusaikuukou (Bandara internasional) 伝 統 的

でんとうてき

c)

/ dentouteki (Tradisional) 自動販売機

じどうはんばいき

/ jidouhanbaiki (Mesin penjualan otomatis)

2.2.3 Huruf Katakana dan Fungsinya

Katakana adalah huruf-huruf yang berbentuk seperti ア(a)、イ(i)、ウ (u)、エ(e)、オ(o) dan sebagainya. Katakana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang lurus (chokusenteki), sedangkan hiragana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang melengkung (kyokusenteki) (Iwabuchi, 1989: 51). Bentuk garis-garis atau coretan-coretan inilah yang menjadi salah satu karakteristik katakana yang membedakannya dengan hiragana.

Walaupun katakana sama dengan hiragana termasuk kelompok huruf kana, namun fungsi katakana tidak sama dengan hiragana. Katakana dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti nama tempat dan nama orang asing, kata pungut dan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang tergolong onomatope,


(42)

(termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, istilah-istilah khusus bidang keahlian (senmon yoogo), nomina nama diri (koyuu meishi), dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengartian khusus (Ishida, 1991:75).

Namun selain untuk hal-hal tersebut di atas, pemakaian katakana dapat kita temukan pula pada bahasa-bahasa telegram . Dalam ilmu bahasa Jepang seperti dalam bidang fonologi, katakana biasa dipakai untuk penulisan lambang bunyi atau pengucapan. Katakana biasa dipakai juga untuk menulis ingo (bahasa rahasia) dan zokugo (slang). Selain itu, katakana sering dipakai pada surat-surat atau buku-buku yang berhubungan dengan urusan perkantoran atau perusahaan. Dalam hubungan ini, katakana sering dipakai pada buku-buku tabungan, pada resi atau pada rekening pembayaran listrik, gas, dan sebagainya (termasuk penulisan nama orang Jepang), dan lain-lainnya. Dengan demikian katakana tidak hanya dipakai untuk penulisan kata pungut, namun dapat dipakai juga untuk menuliskan kata-kata atau kalimat-kalimat yang sebenarnya bisa dituliskan dengan huruf hiragana atau huruf kanji.

Dalam pembelajaran bahasa Jepang, cara pengenalan huruf katakana pun kebanyakan terbatas pada kata-kata yang memang berasal dari bahasa asing tersebut seperti ice cream, chocolate, milk, handkerchief, dan semacamnya yang dijadikan sebagai contoh (Mitamura, 1988). Huruf katakana tidak selalu identik dengan kata serapan asing dan tidak hanya digunakan untuk


(43)

menuliskan kata-kata serapan bahasa asing ke dalam bahasa Jepang saja, penggunaan huruf katakana sangatlah bervariasi.

かたかなというと、一般に外来語を表記する文字という印象が強 い が 、 本 来 の 日 本 語 を 表 記 す る こ と の ほ う が 多 い で あ る 。 (http://ja.wikipedia.org/wiki/片仮名)

Katakana to iu to, ippan ni gairaigo wo hyoukisuru moji to iu inshou ga tsuyoi ga, honrai no nihongo wo hyoukisuru koto no houga ooi dearu.

Terjemahan:

Katakana yang umumnya dianggap sebagai huruf yang semata-mata untuk menulis kata-kata asing, sebenarnya sering dipakai untuk menulis kata-kata Jepang asli.

かたかなは次の場合に用いられる。外来語、外国の人名・地名、 その他の固有名詞、動物・ 植 物 の名、擬声語(擬態語も、時によって かたかなで表記される場合がある)、電報文、とくに他と区別しよう とする場合:当用漢字外の漢字の使用を避ける場合、ひらがなで書くと、 まわりのひらがなの中に埋没してしまって、 印 象 が薄れてしまうこと がある。そんな時にはひらがなかきにせず、かたかなにすると、漢 字 を 使 っ た と き よ り も 注 意 を ひ く と い う 効 果 が あ る 。 (http://ja.wikipedia.org/wiki/片仮名)

Katakana wa tsugi no baai ni mochiirareru. Gairaigo, gaikoku no jinmei, chimei, sono hoka no koyuu meishii, doubutsu, shokubutsu no mei, giseigo


(44)

(gitaigo mo, toki ni yotte katakana de hyoukisareru baai ga aru), denpoubun, toku ni hoka to kubetsushiyou tosurubaai : touyou kanjigai no kanji no shiyou wo sageru baai, hiragana de kaku to,mawari no hiragana no naka ni maipotsushite shimatte, inzou ga usurete shimau koto ga aru. Sonna toki ni wa hiragana kaki ni sezu, katakana ni suru to, kanji wo tsukatta toki yori mo chuui wohiku to iu kouka ga aru.

Terjemahan:

Katakana dipakai untuk menulis dalam keadaan seperti berikut. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing, nama orang dan tempat asing, serta kata-kata benda asing, nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, kata-kata yang menirukan sesuatu bunyi (ada kalanya juga waktu menulis kata-kata yang menunjukkan gerakan atau keadaan makhluk hidup atau benda mati), surat kawat (telegram), kata-kata yang ingin ditekankan: kata-kata yang ditulis dalam huruf kanji yang tidak termasuk lagi dalam toyo-kanji, sering ditulis dengan huruf kana. Akan tetapi, bila ditulis dengan huruf hiragana, ada kalanya kurang dapat memberikan kesan yang kuat, karena terpengaruh oleh huruf-huruf hiragana disekitarnya. Oleh karena itu, kata tersebut ditulis dengan huruf katakana, yang dapat memberi kesan yang lebih menyolok daripada bila ditulis dengan huruf kanji.

Berikut ini merupakan asal usul huruf katakana (Katoo, 1991:228)

ア 伊 イ 宇 ウ 江 エ 於


(45)

サ 之 シ 須 ス 世 セ 曽

太 → タ 千 → チ 川 → ツ 天 → テ 止 → ト

奈 → ナ 仁 → ニ 奴 → ヌ 祢 → ネ 乃 → ノ

八 → ハ 比 → ヒ 不 → フ 部 → ヘ 保 → ホ

万 → マ 三 → ミ 牟 → ム 女 → メ 毛 → モ

ヤ 由 ユ 與

良 → ラ 利 → リ 流 → ル 礼 → レ 呂 → ロ

レ → ン

Beberapa fungsi huruf katakana antara lain:

1) Untuk menuliskan nama hewan dan tumbuhan

Nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf Katakana atau pun dengan huruf Hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana. Tentunya, bunyi o panjang dituliskan dengan huruf katakana ウ(u)、atau terkadang dengan huruf katakana オ(o) bukan dengan tanda ー atau | (Mitamura, 1988: 38). Misalnya:

a) モモ/ momo (persik) b) バラ/ bara (mawar) c) カエル / kaeru (katak)


(46)

d) タコ / tako (gurita)

2) Untuk menuliskan onomatope

Onomatope adalah suatu bentuk ekspresi yang mengandung makna definisi tersendiri dengan cara menirukan bunyi yang mencerminkan makna tersebut, atau pun dengan menamakan bunyi-bunyian itu. Misalnya saja karakteristik suara hewan atau burung, menirukan suara alam, seperti angin, hujan, air yang mengalir, dan banyak suara-suara lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, menggambarkan pergerakan atau pun keberadaan sesuatu secara grafik dan sugestif (Mitamura, 1988: 41). Misalnya:

a) ワンワン / wan wan (guk guk)

b) ニャーニャー / nyaa nyaa(meow meow) c) ヒューヒュー / hyuu hyuu(suara angin) d) ゴロゴロ / goro goro(suara guntur) 3) Untuk menuliskan telegram

Pada waktu dulu, telegram dituliskan dengan huruf katakana. Cara penulisan ini sudah digunakan sejak lama. Misalnya:

a) アシタ イク ムカエ タノム

Ashita iku mukae tanomu (Besok datanglah, tolong jumpai aku) b) カネ オクレ


(47)

c) ニュウガク オメデトウ

Nyuugaku omedetou (Selamat atas keberhasilan masuk sekolah baru) Seperti yang ditunjukkan di sini, tanda baca dan partikel dihilangkan dan pada umumnya bentuk sederhana lebih digunakan dari pada bentuk sopan –masu/desu (Mitamura, 1988: 44)

4) Untuk menggantikan kanji

Penggunaan seperti ini sangat banyak dijumpai dalam penulisan di majalah-majalah atau koran, baik itu berfungsi untuk menggantikan penulisan kanji yang susah, maupun kanji yang jarang dipakai (Mitamura, 1988: 44). Misalnya,

a) カエルはどんなエサ

Kaeru wa donna

をたべますか。 esa

b)

wo tabemasuka. (Seperti apa makanan yang dimakan katak?)

カギをおとした。 Kagi

c)

wo otoshita. (Menjatuhkan kunci) ハマキをすった。

Hamaki

d) よくきょうだい

wo sutta. (Menghisap cerutu) ケンカ

Yoku kyoudai

をする kenka

5) Untuk menyatakan penekanan arti , menarik perhatian pembaca wo suru (Sering bertengkar dengan saudara)

Sering dipakai juga untuk mengekspresikan kalimat yang mengandung idiom (Mitamura, 1988: 45). Misalnya,


(48)

a) ツケがまわってきた。 Tsuke

b) そんなことは

ga mawatta kita. (Aku harus membayar dosa-dosaku) <Tsuke: tagihan>

カンタン Sonna koto wa

ですよ。 kantan

c) あの人は

desu yo. (Hal seperti itu akan mudah loh) カンジ

Ano hito wa

がいい。 kanji

6) Untuk menuliskan kata-kata seruan dengan huruf katakana

ga ii. (Orang itu memberikan kesan yang baik)

Sering ditemui penulisan kata-kata seruan yang huruf-huruf terakhirnya ditulis dengan katakana, walaupun huruf sebelumnya ditulis dengan hiragana (Mitamura, 1988: 47). Misalnya,

a) あつ いナア

Atsui

naa b) …だよネ

(panasnya…)

…dayo ne

7) Untuk menuliskan bahasa percakapan sehari-hari, zokugo (bahasa slang). Ekspresi percakapan sehari-hari biasanya dituliskan dengan katakana (Mitamura, 1988: 47). Misalnya,

(…ya kan)

a) ノッポ /noppo (orang yang berbadan tinggi) b) チビ/ chibi (orang yang berbadan pendek) c) デブ / debu (orang yang berbadan gemuk)


(49)

8) Untuk menuliskan kata serapan bahasa asing,

Cara pengenalan huruf katakana pun kebanyakan terbatas pada kata-kata yang memang berasal dari bahasa asing tersebut seperti ice cream, chocolate, milk, handkerchief, dan semacamnya yang dijadikan sebagai contoh (Mitamura, 1988: 49)

a) アイスクリーム / aisukuriimu (es krim) b) チョコレート/ chokoreeto (cokelat) c) ミルク/ miruku (susu)

d) ハンカチ / hankachi(sapu tangan)

9) Untuk menyatakan nomina nama diri (Ishida, 1991: 75)

Katakana juga bisadigunakan sebagai nomina nama diri (koyuu meishi). Misalnya,

a) ボク/ boku (saya) b) オレ/ ore (saya) c) アンタ/ anta (kamu)

10)Untuk menuliskan senmongo (bahasa keahlian) dan ingo (bahasa rahasia), (Ishida, 1991: 75).

Morita (1997: 25) dalam buku Shakai Gengogaku menyatakan:

「隠語」は、集団内での秘密保持心理的結合を強化する機能を 持つものとして生まれたことばである。

‘Ingo’ wa, shuudannai de nohimitsu hoji shinriteki ketsugou wo kyoukasuru kinou wo motsu mono toshite umareta kotoba dearu.


(50)

Terjemahan:

Bahasa rahasia adalah bahasa yang muncul dengan memiliki fungsi untuk menjaga kerahasiaan atau mempererat hubungan antar orang-orang yang ada dalam suatu kelompok.

Misalnya:

a) 「ルー」/ ‘ ruu’ (obat kadaluarsa)

b) 「 ル ー ナ オ シ 」/ ‘ruu naoshi’ (memperbaharui obat yang kadaluarsa)

c) 「 マ ー キ ス ル 」/ ‘maki suru’ (menempatkan obat yang sudah kadaluarsa).

2.2.4 Huruf Romaji dan Fungsinya

Dalam bahasan mengenai huruf-huruf Jepang, selain huruf-huruf kanji , hiragana, dan katakana, ada satu huruf lagi yang harus diperhatikan yaitu roomaji. Memang huruf yang utama untuk penulisan bahasa Jepang adalah kanji, hiragana dan katakana, tetapi ada saatnya diperlukan pemakaian roomaji. Sebagai bukti dalam tulisan yang berbahasa Jepang baik dalam surat kabar, majalah-majalah, buku-buku pelajaran dan sebagainya yang ditulis dengan huruf Jepang, disana-sini selalu tampak penggunaan roomaji.

Roomaji sama dengan hiragana dan katakana termasuk hyoo’on moji yaitu huruf yang hanya melambangkan bunyi, tidak melambangkan arti seperti huruf kanji. Perbedaannya, huruf hiragana dan katakana termasuk onsetsu moji


(51)

yaitu huruf yang melambangkan sebuah silabel, sedangkan roomaji disebut tan’on moji yaitu huruf yang melambangkan sebuah fonem.

Pemakaian roomaji untuk penulisan bahasa Jepang dimulai oleh para penyebar agama Kristen yang datang ke Jepang pada akhir zaman Muromachi. Pada waktu itu huruf roomaji dipakai untuk menuliskan lafal (hatsuon) bahasa Jepang yang berdasarkan cara pemakaian roomaji bahasa Portugis. Lalu setelah memasuki zaman Meiji, dipakailah sistem Hepburn (hebonshiki, atau ada juga yang menyebutnya hyoojunshiki) yaitu sistem penulisan roomaji yang berdasarkan cara pemakaian roomaji bahasa Inggris. Namun timbul pemikiran bahwa pemakaian roomaji untuk penulisan bahasa Jepang ini akan lebih baik apabila berdasarkan sistem bunyi (suara) bahasa Jepang. Sehingga pada tahun 1886 lahirlah sistem yang baru yaitu Sistem Jepang (nihonshiki) yang dicetuskan oleh Tanakadate Aikitsu. Lalu selain itu, mempertimbangkan dan membandingkan kedua sistem itu (hebonshiki dan nihonshiki), pada tahun 1937 muncullah kunreishiki (Sistem Kunrei) yang lahir dan ditetapkan dengan instruksi kabinet (naikaku kunrei). Setelah Perang Dunia II selesai pada tahun 1954, dibuatlah “Roomaji no Tsuzurikata” (Sistem Ejaan Huruf Roomaji) sebagai salah satu maklumat kabinet Jepang. Di dalam Roomaji Ni Tsuzurikata itu kunreishiki dijadikan Daftar Kesatu, sedangkan cara penulisan dengan sistem lainnya yang berbeda dengan kunreishiki semuanya dicantumkan dalam Daftar Kedua (Iwabuchi, 1982: 302).

Tetapi sebagai dasar pemakaiannya ditentukan bahwa pada umumnya untuk penulisan kokugo dipergunakan Daftar Kesatu, sedangkan Daftar Kedua


(52)

di antaranya dipakai untuk penulisan bahasa Jepang yang menyangkut hubungan internasional (Iwabuchi, 1989: 302). Kato Akihiko (1991: 233) berpendapat bahwa bagi siswa yang mempunyai latar belakang bahasa Inggris akan lebih baik bila memakai sistem Hepburn, namun bagi siswa lainnya (yang tidak memiliki latar belakang bahasa Inggris) malah lebih praktis apabila memakai sistem kunrei terutama untuk bidang pengajaran bentuk perubahan (konjugasi/deklinasi) misalnya dalam pengajaran tata bahasa dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan sistem huruf roomaji menurut Iwabuchi (1989: 302) tersebut dapat diihat dalam tabel berikut:

ヘボン式 hebon shiki

日本式 nihon shiki

訓令式 kunrei shiki

フ fu fu Hu

シ shi si si

チ chi ti ti

ツ tsu tu tu

ジ ji zi zi

ヂ ji di zi

ヅ zu du zu

シャ行 sh sy sy

チャ行 ch ty ty


(53)

ヂャ行 j dy zy

Fungsi dari huruf roomaji dalam bahasa Jepang, diantaranya adalah untuk menuliskan angka dan singkatan. Huruf ini juga digunakan dalam kamus, buku teks dan buku frase untuk pelajar asing bahasa Jepang.

2.3Komik

2.3.1 Pengertian Komik

Komik adalah cerita bergambar serial sebagai perpaduan karya seni rupa, atau seni gambar. Komik berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan cerita yang umumnya dilengkapi oleh teks untuk memperjelas jalan ceritanya (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990:54).

漫画とは、多くの場合はコム割、フキダシ、書き文字(擬音)、 動作線、集中線などの特有の記号的表現様式を特徴とし、絵と文字を中 心 と し て 情 報 を 創 作 的 に 表 現 す る 様 式 の 総 称 で あ る 。 (http://ja.wikipedia.org/漫画)

Manga to wa, ooku no baai wa komuwari, fukidashi, kakimoji (gion), dousasen, shuuchuusen nado no tokuyuu no kigouteki hyougen youshiki wo tokuchou toshi, e to moji wo chuushin toshite jouhou wo sousakuteki ni hyougensuru youshiki no soushou dearu.


(54)

Terjemahan :

Yang disebut dengan manga, biasanya merupakan istilah asing untuk menggambarkan suatu penyampaian pesan atau informasi yang diciptakan dengan gambar dan huruf sebagai pusatnya, dengan ekspresi lambang tertentu yang menjadi keunggulannya seperti dibagi menjadi kotak-kotak, cerita yang lucu, huruf yang ditulis sebagai tiruan bunyi, garis-garis yang menggambarkan gerak atau tindakan, garis-garis pemusatan, dan lain-lain.

2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang

Manga (漫画) merupakan istilah untuk komik Jepang, beda dengan komik Amerika. Manga pertama dibuat oleh Suzuki Kankei pada tahun 1771 berjudul Mankaku Zuihitsu. Berikutnya terbit Shinjo no Yukikai oleh Santo Kyoden (1798) dan manga Hyakujo karya Aikawa Minwa (1814). Namun ada juga yang menyebut manga muncul pertama kali abad ke-12. Manga generasi awal ini bertajuk ‘choju jinbutsugiga’ yang berisi berbagai gambar lucu hewan dan manusia. Manga yang dibuat banyak seniman ini memenuhi hampir semua persyaratan manga. Sederhana, memiliki cerita di dalamnya dan memiliki gambar artistik. Pada mulanya komik Jepang sangat dipengaruhi gaya Amerika, ini terlihat dari komik-komik buatan Osamu Tezuka yang sangat bergaya Waltz disney. Ia mengadaptasi karakter wajah komik Amerika, seperti mata, mulut, alis dan hidung. Beberapa komiknya yang sudah dikenal dan sudah difilmkan


(55)

adalah Kimba the white lion, Black Jack dan Astro Boy. (http://naburo.wordpress.com)

Keahlian Osamu Tezuka membuat manga menjadikan tempat berguru para mangaka (penulis komik). Beberapa diantara muridnya adalah Ishinomori Shotaro, Akatsuka Fujio dan Fujiko Fujio yang terkenal dengan Doraemon. Osamu Tezuka merupakan salah satu orang yang paling mempengaruhi perkembangan manga.

Manga mulai menemukan ciri khasnya setelah perang dunia ke-2. Salah satu pelopornya adalah Fujiko Fujio yang sukses dengan Doraemon. Ciri khas itu meliputi karakter wajah serta penceritaan. Tokoh-tokoh manga kini bermata besar, memiliki raut wajah halus dan pipi bulat, hidung sempit dan bibir tipis. Latar belakangnya dibuat senatural mungkin. Para mangaka diketahui sangat memperhatikan detail.

Bila sebelumnya lembaran komik hanya terdiri atas 4 kotak gambar, kotak gambar manga bisa lebih dari itu. Para mangaka berusaha membuat gambarnya bergerak, karena itulah mereka kadang-kadang membuat hingga 10 kotak gambar dalam 1 lembar manga untuk mendapatkan kesan pergerakan. Membuat kita seolah sedang menonton film kartun saat membaca manga.

Setelah Perang Dunia II, manga telah berkembang menjadi sebuah fenomena internasional dalam dunia industri hiburan. Rumah penerbitan Jepang (termasuk tiga besar rumah penerbitan yakni Kodansha, Shueisha, dan Shogakukan) telah merilis ratusan lebih judul manga di berbagai belahan dunia.


(56)

2.3.3 Komik Himechan no Ribon seri ke 4

Komik Hime Chan no Ribon 4 (姫ちゃんのリボン4)yang berarti Pita Hime, merupakan komik seri yang ditulis oleh Megumi Mizusawa pada tahun 1992. Jumlah komik ini ada 10 jilid yang diterbitkan dari bulan Agustus 1990 sampai Januari 1994. Komik ini merupakan komik remaja yang juga ditayangkan menjadi anime seri sampai episode ke 61 diproduksi oleh Studio Gallop , yang disiarkan pada tanggal 2 Oktober 1992 sampai 3 Desember 1993. Komik Hime Chan No Ribon ini merupakan kisah seorang gadis kelas 2 SMP yang tomboi. Pada suatu malam, seorang putri dari negeri sihir bernama Erika menjumpai Hime. Erika memiliki wajah yang serupa dengan wajah Hime, yang membedakannya hanya rambut mereka. Hime memiliki rambut yang pendek seperti laki-laki dan Erika memiliki rambut panjang dan terlihat cantik serta anggun. Erika datang untuk meninjau bumi selama setahun dan untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi seorang putri, dia harus memberikan benda ciptaannya sendiri untuk digunakan orang lain. Karena itu Erika memberikan Hime sebuah pita merah yang bisa merubahnya menjadi orang lain. Dengan pita itu, Erika juga bisa terus mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Hime melalui bola kristalnya. Pita itu bukan hanya bisa membuatnya berubah menjadi orang lain, tapi pita itu juga bisa membuatnya berbicara dengan boneka singa kesayangannya yang bernama Pokota. Rahasia ini hanya diketahui oleh Hime, Erika dan Arisaka yang juga merupakan penduduk dunia sihir. Tapi, tanpa disadari, rahasia ini juga diketahui oleh teman sekelas Hime yaitu Daichi. Di komik ini diceritakan mengenai


(57)

pengalaman-pengalaman mereka di sekolah dan Daichi yang selalu membantu Hime ketika dia sedang dalam kesulitan.

Dalam komik Hime Chan no Ribon 4 ini diceritakan tentang kisah Hime dan kawan-kawannya ketika sedang melakukan karya wisata. Pada suatu hari, teman sekelas Hime lainnya yaitu Hibino memergoki Hime yang sedang berbincang dengan Pokota. Tentu saja hal ini aneh bagi Hibino dan akhirnya secara diam Hibino menyelidiki hal tersebut. Setelah penyelidikan diam-diam, Hibino akhirnya juga mengetahui rahasia Hime yang dapat berubah menjadi orang lain. Hibino juga bermaksud untuk menceritakan hal ini kepada wartawan agar dia menjadi orang terkenal. Hime yang mengetahui hal tersebut akhirnya merubah dirinya menjadi Hibino dan bermaksud untuk mengagalkan rencana Hibino dengan berjanji bertemu dengan wartawan itu. Tapi, Hime tidak menyadari bahwa itu merupakan jebakan dari Hibino agar mereka dapat muncul secara bersamaan. Erika yang mengetahui hal itu sangat panik dan langsung turun ke bumi dan menghentikan waktu di bumi. Tanpa disadari, ternyata hal tersebut menyebabkan waktu di bumi dan di dunia sihir terganggu sehingga Hime yang sekarang berwajah Hibino tidak bisa kembali ke dirinya yang semula. Sebagai hukuman, Erika juga tidak bisa kembali ke dunia sihir dan harus tinggal selama satu bulan di bumi. Hime yang tidak bisa kembali ke rumah selama sebulan dengan keadaannya seperti itu, akhirnya tinggal di sebuah rumah kosong dan sebagai pengganti dirinya, Erika merelakan memotong rambutnya agar menyerupai Hime dan menjalani hidup sebagai manusia dengan menjadi Hime selama satu bulan.


(58)

BAB III

ANALISIS FUNGSI PENULISAN HURUF KATAKANA DALAM KOMIK HIME CHAN NO RIBON SERI KE 4 KARYA MEGUMI

MIZUSAWA

3.1 Menunjukkan Kata Hewan dan Tumbuhan Cuplikan I:

お父さん :(コンコン)姫子―っ。スイカ

Otousan : (

切ったぞ―

kon kon) Himeko… Suika

(Ayah : (tok tok) Himeko… Semangkanya uda dipotong loh…) kitta zo…

姫子 :いらない

Himeko : Iranai

(Himeko : Gak butuh)

お父さん :どうしたんだい。姫子のだ~いすきなスイカ

Otousan : Doushitan dai. Himeko no daa~i suki na

だぞ。あま いぞ―っ

suika

(Ayah : Kenapa? Ini semangka yang paaaling Himeko suka. Manis loh…)


(59)

姫子 :いらないってば、今それどころじゃないの!!

Himeko : Iranaitteba, ima sore dokoro ja nai no!!

(Himeko : Kalau sudah kukatakan tidak butuh, sekarang ini bukan itu yang penting!)

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, halaman 90)

Analisis:

Cuplikan dialog di atas merupakan dialog antara Hime dan ayahnya yang menceritakan situasi ayah yang mengetuk pintu kamar Hime yang ditunjukkan dengan bunyi コンコン/ kon kon dan mengajaknya untuk bergabung bersama keluarga yang lain untuk memakan buah semangka (スイカ/ suika). Tapi, Hime menolak ajakan ayahnya tersebut karena Hime sedang bingung memikirkan bahwa rahasianya akan segera diketahui oleh Hibino. Ayah yang tidak mengetahui masalah tersebut, menanyakan penyebab Hime menolak ajakan ayah. Tapi, Hime hanya menjawab seadanya tanpa menyadari ayahnya yang pergi dengan sedih mendengar penolakan Hime itu.

Dalam dialog tersebut terdapat dua penulisan katakana yaitu スイカ/suika dan コンコン/konkon. Kata スイカ mempunyai arti ‘semangka’ yang biasa dituliskan dengan huruf hiragana すいか atau jika dituliskan dengan huruf kanji yaitu 西 瓜. Kata ス イ カ merupakan kata yang menujukkan nama buah (tumbuhan) yang fungsi katakana pada dialog ini sesuai dengan konsep yang


(60)

dikemukakan oleh Yasuko Mitamura (1988:38) bahwa nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf katakana atau pun dengan huruf hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana.

Fungsi katakana スイカpada dialog tersebut selain berfungsi menunjukkan kata tumbuhan, juga bermakna sebagai pusat perhatian pembaca yang menerangkan bahwa Hime dan Erika memiliki persamaan yaitu sama-sama menyukai buah semangka walaupun ini tidak diceritakan pada masing-masing profil tokoh. Tapi, hal ini dapat dilihat dari beberapa dialog percakapan sebelumnya yang mengambarkan secara tidak langsung bahwa Erika juga menyukai buah semangka.

チャッピ :エ..エリカさま。おちついで。スイカ

Chappi : E… Erika sama. Ochitsuide.

でも食べて。 Suika

(Chappi : Pu… Putri Erika. Tenanglah. Makanlah semangka ini) demo tabete.

Dialog tersebut menerangkan, Chappi yang menawarkan スイカ/ suika (semangka) agar bisa menenangkan kegelisahan Erika. Fungsi katakana sebagai pusat perhatian pembaca juga sesuai dengan konsep Yasuko Mitamura (1988:45) bahwa katakana digunakan untuk menyatakan penekanan arti / pusat perhatian. Sering dipakai juga untuk mengekspresikan kalimat yang mengandung idiom.


(61)

Sementara untuk katakana コンコン/konkon merupakan suatu onomatope yang menyatakan bunyi ‘suara ketukan pintu’ (tok tok). Bunyi ini muncul ketika ayah Hime mengetuk pintu kamar Hime. Katakana sebagai onomatope yang merupakan bunyi bahasa timbul dengan melihat benda (Gitaigo), ini sesuai dengan pendapat Yasuko Mitamura (1988:41) bahwa katakana digunakan untuk menuliskan onomatope menggambarkan pergerakan atau pun keberadaan sesuatu secara grafik dan sugestif.

Cuplikan II:

姫子 :どこっ?!

Himeko : Doko…?!

(Himeko : Dimana?!)

日比野 :どこって。そこの林ぬげて坂上がったとこの...ちょ

っと 野々原さん!! 行ったって無駄よ。流れてっち

ゃったんだから。

Hibino : Dokotte. Soko no hayashi nugete, saka agatta toko no… Chotto Himeko san!! Ittatte muda yo. Nagarete chattan dakara.

(Hibino : Ehm… Di atas lereng setelah melewati hutan itu… Himeko tunggu!! Kalaupun pergi percuma saja. Karena sudah terbawa arus…)


(62)

Himeko : (hashitte…)

(Himeko : (berlari…))

日比野 :<叫んで>キリンとカバ

Hibino : (sakende)

も買ってきてあげるから―っ

Kirin to kaba

(Hibino : (berteriak) Aku akan membelikan jerapah dan kuda nil…) mo katte kite ageru kara…

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, halaman 51)

Analisis :

Dialog di atas terjadi antara Hime dan Hibino. Pada cuplikan tersebut diceritakan Hime yang panik karena Hibino telah menghilangkan Pokota, boneka kesayangan Hime. Hibino yang merasa menyesal karena tidak menepati janjinya untuk menjaga Pokota, menjelaskan bahwa boneka itu tidak akan bisa ditemukan lagi karena sudah hanyut terbawa arus sungai yang deras. Hibino juga mengatakan akan menggantinya dengan boneka yang lain yaitu キリン /kirin (jerapah) dan カ バ/kaba (kuda nil) tanpa mengetahui bahwa Pokota bukanlah boneka biasa. Hime yang merasa cemas kehilangan Pokota langsung berlari ke arah hutan tanpa mendengarkan penjelasan dari Hibino.

Pada cuplikan teks tersebut terdapat dua buah kata yang dituliskan dengan huruf katakana yaitu キリン/kirin dan カバ/kaba. Kata キリン/kiri mempunyai arti ‘jerapah’ dan kata カ バ/kaba yang berarti ‘kuda nil’. Kedua huruf


(63)

katakana tersebut sama-sama berfungsi sebagai menunjukkan nama hewan. Selain menyatakan fungsi katakana yang menunjukkan nama hewan, katakana di sini bukanlah membelikan hewan yang sebenarnya tapi bermaksud membelikan boneka hewan yang berbentuk jerapah dan kuda nil sebagai pengganti Pokota yang berbentuk singa, katakana di sini hanya sebagai lambang yang mewakili nama hewan tersebut. Dimana fungsi katakana sebagai nama hewan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yasuko Mitamura (1988: 38) bahwa nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf katakana atau pun dengan huruf hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana.

Kata キリン/ kirin biasa dituliskan dengan huruf hiragana きりん atau dengan huruf kanji dituliskan dengan麒麟 , tapi penulisan dengan huruf kanji sangat jarang digunakan, karena kanjinya yang sulit. Sedangkan kata カバ biasa dituliskan dengan huruf hiragana かば , atau jika dituliskan dengan huruf kanji dengan penulisan 河馬. Penulisan katakana berfungsi sebagai pengganti huruf kanji sesuai dengan konsep fungsi katakana yang dinyatakan oleh Yasuko Mitamura (1988: 44) bahwa katakana digunakan untuk menggantikan kanji. Penggunaan seperti ini sangat banyak dijumpai dalam penulisan di majalah-majalah atau koran, baik itu berfungsi untuk menggantikan penulisan kanji yang susah, maupun kanji yang jarang dipakai.


(64)

3.2 Menujukkan Nama Diri Cuplikan I:

姫子 :きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ、きゃ―っ 、きゃ―っ、

でた―っ...

Himeko : Kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, kyaa…, detaa… ( Himeko : Aaa…aaa…aaa…aaa…!!!Pergiiii…..)

大地 :野々原!!オレだよ。おちつけ!!オレ

Daichi : Nonohara!!

!! Ore da yo.Ochitsuke!! Ore

(Daichi : Nonohara!! Ini aku. Tenanglah!! Ini aku!!) !!

姫子 :えっ!

Himeko : E…! (Himeko : Hah!)

大地 :オレ

Daichi :

だよ。大地くん!!ほら顔みてみろよ。 Ore

(Daichi : Aku loh. Daichi!! Ayo coba lihat wajahku.) da yo. Daichi kun!! Hora kao mite miro yo.

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman17)

Analisis:

Pada dialog di atas diceritakan situasi ketika Hime yang menjerit ketakutan di dalam hutan ketika Daichi yang datang tiba-tiba dari belakang dan menakut-nakutinya. Hime yang menjerit dengan histeris ketakutan karena mengira Daichi adalah hantu, dengan memeluk pohon di depannya berteriak untuk mengusirnya


(65)

tanpa melihat kebelakang. Daichi yang pada saat itu juga panik mencoba menenangkan Hime tapi Hime justru menjerit semakin kuat. Daichi (オレ/ore ‘saya’ ) mencoba untuk menjelaskan kepada Hime bahwa dia bukanlah hantu dan meminta Hime untuk melihat wajahnya.

Penggunaan katakana yang digunakan dalam dialog tersebut adalah kataオ レ/ore yang berarti ‘saya’. Kata オ レ juga sering digunakan dengan menggunakan huruf kanji 俺. Fungsi kata オレ di sini sebagi penunjuk nama diri yang sesuai dengan konsep fungsi katakana yang dikemukakan Toshiko Ishida (1991: 75) bahwa katakana digunakan untuk menyatakan nomina nama diri.

Selain berfungsi sebagai penunjuk nama diri, penulisan kata オレ pada dialog tersebut juga sebagai penekanan arti pada saat kondisi Daichi yang panik karena Hime yang terus menjerit histeris dan ketakutan, sehingga Daichi berulang mengucapkan kata オレ/ore kepada Hime. Fungsi katakana sebagai penekanan arti juga sesuai dengan konsep yang dinyatakan oleh Yasuko Mitamura (1988: 45).

Cuplikan II:

ポコ太 :姫ちゃん。リボンはずしてよ。

Pokota : Hime Chan. Ribon wa hazushite yo. (Pokota : Hime. Lepaskan pitamu)


(66)

Himeko : Ee…! (Himeko : Hah?!)

ポコ太 :リボンをはずして間は、ボクは普通ぬいぐみるだから。

たたかれても、落とされても、痛くなんかないし。ヘ タにかくしたりするより、気がすむまで日比野さんに ボク

Pokota : Ribon wo hazusite aida wa,

を見てもらったほうがいいと思うんだ。

boku wa futsuu nuigumiru dakara. Tatakaretemo, otisaretemo, itaku nanka naishi. Heta ni kakushitari suru yori, ki ga sumu made Hibino san ni boku

(Pokota : Karena selama melepaskan pita, aku adalah boneka biasa. Meskipun dipukul, dijatuhkan, tidak akan sakit. Menurutku sebaiknya perlihatkan aku kepada Hibino sampai dia tenang daripada menyembunyikanku dengan kurang pandai)

wo mitemoratta houga ii to omounda.

(Hime Chan no Ribon seri ke 4, Halaman 27)

Analisis:

Dialog percakapan di atas terjadi antara Hime dan bonekanya Pokota mengenai kecurigaan Hibino kepada Pokota yang bisa berbicara. Dalam dialog tersebut, Pokota ( ボ ク /boku ‘saya’) meminta agar Hime untuk tidak menggunakan pita Erika sementara waktu dan membiarkan Hibino untuk memperlihatkannya kepada Hibino, daripada menyembunyikannya dengan kurang pandai (ヘタ/ heta) dengan tujuan agar Hibino percaya bahwa Pokota


(1)

penekanan arti / pusat perhatian. Sering dipakai juga untuk mengekspresikan kalimat yang mengandung idiom.

Kemudian muncul kembali penggunaan kata ス イ カ /suika yang menunjukkan nama tumbuhan yang berarti ‘semangka’. Fungsi katakana untuk menunjukkan nama tumbuhan juga sesuai dengan konsep Yasuko Mitamura (1988: 38) bahwa nama tumbuhan dan hewan pada umumnya bisa ditulis baik dengan huruf katakana atau pun dengan huruf hiragana. Petunjuk umum menyarankan untuk lebih memprioritaskan menggunakan huruf katakana.

Selanjutnya, terdapat onomatope yang dituliskan dengan huruf katakana dalam dialog ini, yaitu オロオロ/orooro, イライラ/iraira. オロオロ/orooro mempunyai arti ‘gugup’ yang menyatakan perasaan gugup ketika melihat sesuatu yang tidak diharapkan. Sementara, イライラ/iraira mempunyai arti ‘gelisah’ yang menyatakan perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal yang buruk. Kedua fungsi katakana di sini memilki makna yang sama yaitu sebagai onomatope atau ungkapan perasaan saat melihat sesuatu (gitaigo). Fungsi katakana ini sesuai dengan konsep katakana oleh Yasuko Mitamura (1988:41) bahwa katakana digunakan untuk menuliskan onomatope menggambarkan pergerakan atau pun keberadaan sesuatu secara grafik dan sugestif.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Huruf dalam bahasa Jepang disebut 文字/ moji, yang terdiri dari huruf kanji, hiragana, katakana dan roomaji. Setiap huruf hiragana, katakana, kanji dan roomaji memiliki fungsi yang berbeda-beda. Huruf hiragana biasa digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, baik secara utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. Huruf katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing. Sementara itu, huruf kanji dapat dipakai untuk mengutarakan arti dari kata kerja, kata sifat dan kata benda. Terakhir, yaitu huruf roomaji digunakan untuk menuliskan angka dan singkatan. Huruf roomaji juga digunakan dalam kamus, buku teks dan buku frase untuk pelajar asing bahasa Jepang.

2. Katakana selain dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti nama tempat dan nama orang asing, kata pungut dan kata-kata bahasa asing, dapat juga dipakai untuk kata-kata yang tergolong onomatope, (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, istilah-istilah khusus (ingo), istilah bidang keahlian (senmon yoogo), nomina


(3)

nama diri (koyuu meishi), menggantikan huruf kanji, menuliskan telegram, menunjukkan kata-kata seruan, dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengartian khusus.

3. Dari 10 contoh cuplikan percakapan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4, beberapa fungsi penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang antara lain:

a. menunjukkan kata hewan dan tumbuhan terdapat 3 kata. b. menujukkan nama diri terdapat 2 kata.

c. menunjukkan kata-kata seruan terdapat 3 kata.

d. menunjukkan penekanan, menarik perhatian pembaca terdapat 7 kata. e. menujukkan istilah-istilah khusus (ingo) terdapat 2 kata.

f. menunjukkan onomatope terdapat 4 kata.

g. menggantikan huruf kanji terdapat terdapat 3 kata.

4. Dari beberapa contoh cuplikan percakapan dalam komik Hime Chan no Ribon seri ke 4 yang penulis analisis, dapat disimpulkan bahwa fungsi penulisan huruf katakana sudah sesuai dengan konsep katakana yang telah diuraikan sebelumnya dan fungsi penulisan huruf katakana yang terbanyak dalam komik tersebut adalah berfungsi sebagai penekanan dan menarik perhatian pembaca terhadap kata yang diucapkan.


(4)

4.2 Saran

Bagi para pembaca yang juga ingin meneliti bagaimana fungsi dan latar belakang penulisan huruf katakana dalam kosakata asli bahasa Jepang yang terdapat dalam komik, sebaiknya harus benar-benar memahami konteks cerita secara menyeluruh untuk dapat lebih mempermudah dalam menganalisisnya, serta harus juga memahami konsep tentang semiotik yang didukung dengan konsep lain yang saling berhubungan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta

___________ 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dahidi, Ahmad & Sudjianto. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc

HP,Ahmad. 1996. Linguistik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ishida, Toshiko. 1991. Nihongo Kyoojuhoo. Tokyo: Taishuukan Shoten

Iwabuchi, Tadasu. 1989. Nihon Bunpoo Yoogo Jiten. Tokyo: Sanseido

Katoo, Akihiko. 1991. Nihongo Gaisetsu.Tokyo: Kyooshinsha Insatsujo

Kawarazaki, Mikio. 1979. Nihongo Kana Nyuumon (Indonesiago han). Tokyo: Bojinsha

Keraf, Goris.1980. Lingusitik Bandingan Historis. Jakarta : Gramedia

Mangunsuwoto, S.A. 2001. Panduan Membaca & Menulis Katakana. Bandung: Yrama Widya

Matsumoto, Anne. 2002. Asas-Asas Katakana. Jakarta: Kesaint Blanc


(6)

Mizusawa, Megumi. Hime Chan No Ribon (4). 1992. Tokyo: Ribon Masukotto Komikkusu

Nihongo Kyooshi Tokuhon Henshuubu. 1989. Nihongo Kyooshi Tokuhon Henshuubu. Tokyo: Aruku

Nobuyuki, Oku. 2007. Pelajaran Bahasa Jepang dengan BJ System Jilid 2. Jakarta: Kesaint Blanc

Sada, Chiaki. 1987. Nihongo no Kiso. Tokyo: Nihongo Hoosoon Shuppan

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU Press

Surachmad, Winarno. 1988. Pengantar Metode Ilmiah. Bandung: Angkasa

Sutedi,Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press

http://coolest.com

http://naburo.wordpress.com

http://ja.wikipedia.org/漫画

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanji

(http://ja.wikipedia.org/wiki/片仮名)

http://id.wikipedia.org.wiki/Sejarah_huruf